Kasus yang di tangani Amanda saat ini, sedang ramai di bicarakan oleh seluruh rakyat di negara ini. Hampir setiap saat, beritanya muncul di media TV maupun media cetak. Juga ramai postingan di social media. Mengatakan bahwa hukum harus benar-benar membuka mata, dan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku pembunuhan.
Bahkan Amanda mendapat ancaman dari Kepala Kejaksaan yang tak lain adalah pimpinan Amanda sendiri. Dan pimpinan Amanda sendiri, mendapat ancaman dari Kejaksaan Agung negara ini, jika sampai Pelaku di berikan hukuman yang tak setimpal, maka mereka yang menangani kasus kali ini, mendapat hukuman sekecil-kecilnya akan di mutasi ke daerah/luar kota. Bahkan bisa saja di luar pulau Jawa.
Yang menjadi beban bagi Amanda, jika foto si pelaku yang tak lain Alexa. Sahabat Amanda sejak kecil, telah nongol di semua media.
Maka dari itu, tak ada alasan bagi Amanda untuk melepas atau berpihak kepada si terdakwa.
Yah! Yang jelas Amanda tak ingin mati konyol. Hanya demi membela sahabatnya, yang mungkin juga sama sekali tak pernah menganggap Amanda sebagai sahabat, malah akan mengorbankan segalanya. Tidak! Amanda tak akan pernah memberikan ampun/kebebasan terhadap Lexa.
Amanda tiba di depan parkiran Rumah Tahan.
Setelah mengurus administrasu, maka Amanda di persilahkan masuk oleh petugas jaga di depan pintu masuk Pos satu.
Di dalam Rutan, sengaja Amanda ingin bertemu dengan Lexa. Meski kasus ini baru hari ini di limpahkan, namun Amanda ingin bergerak cepat. Minimal, hari ini Amanda ingin sekedar mencari tau serta mengadakan sesi penyidikan kepada terdakwa. Alexa sahabatnya sendiri. Tak dapat di punkiri, hati kecil Amanda masih bergejolak. Karena meski secara luarnya saja, Amanda terkesan sangat membenci gadis itu. Namun dari hati kecil paling terdalam, Amanda masih sangat menyayangi Lexa.
Setibanya di dalam RUTAN, Amanda segera menyebut nama tahanan. Nama lengkap Alexa kepada salah satu petugas, yang juga lumayan akrab dengannya.
"Siapkan ruangan penyidikan..." kata Amanda sambil menunjukkan berkas tersangka yang baru saja ia dapatkan dari petugas kepolisian, setelah di rasa cukup bukti untuk di limpahkan ke pihak Kejaksaan kasus tersebut.
"Baik Bu Jaksa..." kata petugas itu. "Silahkan bu... kami antar ke dalam."
Amanda di antar oleh petugas itu menuju ke ruangan pemeriksaan. Yang saat ini, dijadikan ruangan pemeriksaan terletak di samping ruangan KP.
Krieeeek!!! "Silahkan Bu... tahanan sedang di jemput di dalam," kata petugas itu, sambil mempersilahkan Amanda untuk masuk ke dalam ruangan.
"Terima kasih Pak." Kata Amanda.
Sepeninggalan petugas itu, Amanda segera duduk di kursi sambil membuka berkas yang ia bawa tadi, sambil menunggu kedatangan Lexa yang akan ia sidik.
Dan, tak lama sosok Lexa telah memasuki ruangan menggunakan seragam Tahanan Rutan. Melihat Amanda duduk di ruangan, membuatnya terdiam. Juga adanya kekhawatiran beserta ketakutan, untuk menghadapi Amanda.
Terbersik di ingatan Lexa, apa yang sering kali Amanda katakan kepadanya.
Mengetahui ada yang datang, Amanda mengangkat kepala. Melihat Lexa, di awal ia melempar senyum. Bukan kepada Lexa, melainkan kepada petugas yang membawa Lexa ke ruangan ini. "Thanks yah Pak." Kata Amanda tak lupa mengucapkan terima kasih. "Silahkan Ibu Alexa." Lanjutnya mempersilahkan Lexa untuk duduk di depannya.
Dengan jantung yang berdetak kencang, Lexa menarik nafas dalam-dalam, tatapannya sendu ke Amanda. Tubuh kaku, dengan butiran keringat yang membasahi kening juga beberapa bagian tubuhnya, karena ketakutan maupun kesedihan melandanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IL - Segreto
RomanceCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44