Mobil HRV berwarna putih baru saja meninggalkan Sherly di depan pintu gerbang appartemen. Sherly hanya menatap kepergian mobil tersebut sembari menghela nafas panjang.
"Kasihan Amanda yah," Sherly bergumam.
Yah! Sherly baru saja di antar pulang oleh Amanda. Sambil menatap mobil Amanda yang sudah berbelok di ujung pertigaan, pikiran Sherly kembali ke: kejadian beberapa saat yang lalu, di kantor Johan.
Jelas saja apa yang dilihatnya di depan matanya, berdua dengan Johan di depan ruangan Johan sendiri. Aldi benar-benar tak memberikan kesempatan kepada Amanda untuk mencintainya. Secara terang-terangan Aldi menolak cinta Amanda. Meski Sherly paham masa lalu Aldi seperti apa, tapi kan masa lalu tinggallah sebuah kenangan saja. Kenapa Aldi tidak melihat ke depan saja?
Ataukah masih ada hal lain yang di sembunyikan Aldi dari Sherly? Apakah karena Mirandah, Aldi bersikap demikian? Menolak semua wanita yang ingin mencintainya? Hmm! Tapi, karena apa? Apakah Aldi masih mencintai Mirandah?
Berbagai pertanyaan kini hinggap di benak Sherly. Bahkan satu pertanyaan di awal yang tak sabar ingin ia tanyakan langsung ke Johan, tentang hubungannya dengan Lexa. Terabaikan sesaat karena kejadian Aldi dan Amanda.
"Hufhhhh Aldi... Kamu gak sadar, jika di awal kamu lah yang memberi harapan kepada 'Kami'... Itu yang kamu harus rubah mulai sekarang!" Sherly kembali bergumam, dan memberikan penekanan kata 'Kami'. Karena Sherly sendiri akui, jika sempat mempunyai rasa terhadap Aldi. Namun karena rasa itu lebih besar kepada Johan, maka lambat laun Sherly bisa menepis rasa kepada Aldi.
Sedikit banyaknya ia bersyukur jika tak sempat terjebak dalam lingkaran perasaan terhadap Aldi. Karena tentu saja, jika hal itu terjadi. Sherly akan menjadi salah satu batu sandungan buat Amanda ingin mendapat cinta Aldi.
Tapi!
Sekarang, malah jalan cerita yang telah berjalan sangatlah berbeda. Jauh dari apa yang di perkirakan oleh Sherly di awal. Dengan menarik nafas panjang, Sherly melanjutkan langkahnya menuju ke appartemen.
Setibanya di appartemenya.
Sherly membersihkan dirinya dahulu. Sekarang ia kembali lagi tinggal sendiri, karena Ira adik Aldi sudah pindah. Maka kondisi appartemen pribadi Sherly, benar-benar sepi.
Semua sudah selesai.
Mandi sudah!
Siapin teh manis panas, pun kini telah berada di meja kerja Sherly dalam ruang tengah. Juga cemilan, karena Sherly memilih untuk tidak makan malam hari ini.
Sherly duduk dan menghela nafasnya sesaat. Jemarinya menekan tombol on di Mac Pro miliknya. Sembari tangannya mengambil berkas yang ia letakkan di ujung meja saat ia pulang kerja tadi.
Di buka berkas sebuah kasus 8 tahun yang lalu. Adalah kasus 'Pembunuhan' seorang wanita yang dilakukan oleh seorang perwira polisi bernama Beny. Yang korbannya si wanita itu, adalah istri Beny sendiri.
Saat itu Sherly baru setahun menjabat sebagai Jaksa. Dan selama itu pula ia masih menjadi Jaksa pengganti, yang tugasnya hanya membacakan tuntutan/sidang akhir ketika Jaksa Utama-nya sedang berhalangan. Bukan hal yang baru terjadi, jika Jaksa Utama selalu saja menjadikan tameng para junior-juniornya ketika sidang di babak akhir. Mereka seakan ingin melempar batu sembunyi tangan. Atau bahkan mereka tak tega melihat terdakwa di tuntut dengan hukuman yang telah mereka putuskan sebelumnya.
Nah! Kala itu, Sherly pun yang menangani kasus Beny. Kebetulan jaksa utamanya, adalah almarhumah Ibu Jumiati. Ibu Deri, mertua Mirandah. Beny akhirnya di kenakan pasal 338, pembunuhan dan di jatuhi hukuman 12 tahun penjara. Rupanya Beny menjalaninya hanya 8 tahun saja, dan saat ini Beny sudah di bebaskan bersyarat. Dan dapat melanjutkan hidupnya tanpa lagi berada di penjara. Udara segar di luar memang sangatlah menyenangkan bagi para nara pidana.
KAMU SEDANG MEMBACA
IL - Segreto
RomanceCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44