Setelah mengatakan 'Jika ia percaya dengan Lexa' maka Aldi masih tetap memasang sikap cuek, berjalan meninggalkan ruangan dan meninggalkan kalimat terakhir. "Mau Rokok-an, kalo udah... aku tunggu di depan aja."
Selesai proses pertemuan pertama dengan Lexa, calon Klien mereka. Aldi dan Johan melangkah bersama keluar dari Rutan. Apa yang dikatakan oleh Aldi tadi di dalam ruangan, bertemu dengan Lexa sungguh diluar dugaan Johan. Juga, tampak ekspresi memendam harapan dari Lexa yang juga di lihat oleh Johan, makin menambah beban dalam diri Johan sendiri.
Dan kini, mereka berdua telah berada di dalam mobil. Rasa penasaran Johan sungguh begitu besar, namun hingga saat ini Aldi masih saja diam, cuek sambil fokus menyetir menuju ke kantor.
"Aaaaaahhhhhh!" Johan menghela nafas panjang. Karena tak mampu menahan rasa penasarannya, maka Johan bermaksud untuk bertanya sekarang juga ke Aldi. Johan lalu menoleh ke Aldi. "Dari mana loe bisa nyimpulin, kalo Lexa gak bersalah?"
Aldi tersenyum, sambil menoleh. "Feeling aja."
"Jiahhhh... detective borokokok loe mah!" seru Johan. Ada kesal disana, melihat respon dari Aldi seperti itu.
"Hahahaha, sue!" yah! Beginilah ke akraban antara Aldi dan Johan, tak ada penghalang antara bos dan bawahan. Juga, Johan selama ini sangat terbantukan oleh keahlian seorang Aldi dalam menemukan berbagai bukti dari sudut pandang berbeda, yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh orang lain/juga para penegak maupun pembela hukum di negara ini.
"Serius nih." Tanya Johan, masih saja memaksa Aldi untuk bercerita. Minimal, sedikit saja. Atau kisi-kisi agar Johan tak penasaran lagi.
Aldi hanya meliriknya, sambil menahan tawa. "Ntar aja bos... gak sabaran banget sih jadi orang." Kata Aldi sesaat. "Ngobrolnya ntar di kantor aja." Lanjut Aldi membuat Johan di rundung makin penasarannya terhadap 'Pilihan Aldi; jika Lexa gak membunuh si korban.
Johan hanya menghela nafas kembali. Kemudian ia menahan keinginannya untuk mencari tau ke Aldi. Menunggu hingga tiba di kantor, rasa-rasanya waktu yang Johan rasakan berjalan begitu lambat.
Aldi hanya geleng-geleng kepala. Karena Johan sama sekali tak mampu menutupi rasa penasarannya di hadapan Aldi.
"Tugasku disini, hanya memberikan informasi yang selayaknya buatmu Bos! Kamu lah yang mutusin, Maju or mundur setiap kasus, sama seperti kasus kita kali ini." Gumam Aldi lagi, membuat Johan mangguk-mangguk.
"Tapi beneran loe yakin, kalo dia bukan pelaku pembunuhan Radit?" tanya Johan menoleh.
"100% yakin."
"Busyet dah... gue kadang bingung ma loe Di. Loe punya cara tersendiri untuk menebak orang bersalah atau tidak." Kata Johan sesaat. "Atau jangan-jangan loe bisa baca pikiran orang lain, seperti di film-film gitu... Hmm, film LUCY, Terus... film nya Andy Lau, gue lupa apa judulnya. Pemerannya bisa membaca/mendengar pikiran orang lain. Atau sama ma cerita Bersambung yang pernah gue baca... Judulnya 'The Revenge Of Andra'... Pengarangnya Tj44!"
"Hahaha itu hanya ada di film atau cerita, Jo! Gak akan ada yang bisa, di dunia nyata."
"Lah terus?" seru Johan dengan nada tanya.
"Aku hanya bisa membaca dari gerak/bahasa tubuh seseorang..."
"Ohhh itu... gue sih, kadang bisa menebak sih apa orang itu bohong atau tidak, tapi-"
"Hehehe, kudu di dalamin lagi tuh ilmunya."
"Hahahaha bisa aja loe mah!" kata Johan akhirnya bisa tertawa juga.
"Emang gak salah, gue ajekin loe bantuin gue di kantor... Hehehehe,"
"Makanya... gajiku di naikin dua kali lipat lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
IL - Segreto
RomanceCerita ini khusus untuk 18+ Jika belum cukup umur di sarankan segera tinggalkan cerita ini. Jangan lupa kritik & saran sangat di harapkan Jangan Lupa Bahagia Tj44