"Aqila, terimakasih kamu sudah mau bantu aku dan berhasil membuat pangeran Brandon aku yang manis ini gak bisa berkedip." Ucap Lisa sambil merangkul tangan Brandon yang kini sudah sah menjadi suaminya.Semua acara berjalan dengan sangat lancar dan kini semuanya sudah selesai. Tugas Dessy pun sudah rampung dan bersiap untuk pulang.
"Iya sama-sama. Semoga kalian jadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah dan cepet dikasih momongan. Kalau begitu aku pamit dulu ya? Terima kasih juga sudah percaya Pada kami." Ucap Dessy memberikan peluk perpisahan pada Lisa.
"Oke. Hati hati dijalan ya?" ucap Lisa yang dijawab anggukan oleh Dessy.
"Oh iya, tolong sampaikan juga pada Diana terima kasih banyak atas semua bantuanya." sambung Lisa.
"Iya nanti aku sampaikan. Aku pamit ya Assalamualaikum." Ucap Dessy yang langsung bergegas pulang.
"Wa'alaikumusalam."
Diana memang sempat hadir, tetapi tidak berselang lama ia pergi lagi. Karena ada hal mendesak yang harus ia selesaikan di kantor secepatnya. Wanita itu memang sangat sibuk sekarang, ia harus mempersiapkan diri untuk menggantikkan sang Ayah di kantor pusat.
"Dessy." panggil seseorang saat Dessy hendak masuk ke dalam mobil. Mendengar itu, Dessy langsung menoleh kesumber suara. Betapa kagetnya ia saat melihat sosok yang sudah lama tak ia lihat. Jujur Dessy sangat merindukannya. Rindu dengan sikap ramah dan pelukan hangat wanita itu.
"Tante." Sapa Dessy gugup. Wanita paruh baya itu berjalan menghampiri Dessy.
"Apa kamu tidak ingin memeluk Tante?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Seira. Ya, Seira Ibu kandung Fais.
Dessy mengikis jarak antara dirinya dan Seira, lalu berhambur dalam dekapan wanita lembut itu.
"Kamu kemana aja huh, kenapa tidak memberi kabar pada Tante?" Tanya Seira melepaskan pelukannya. Menatap wajah Dessy lamat-lamat.
Dessy menundukan kepalanya, air mataya mulai menetes saat bayangan dua tahun lalu kembali terputar di kepalanya. Dessy bingung harus mengatakan apa pada Seira. Jadi ia memilih diam sambil menangis tanpa suara.
Seira menarik dagu Dessy perlahan, ingin melihat wajah gadis itu dengan jelas. Akan tetapi, hatinya terenyuh saat melihat buliran bening yang membasahi pipi Dessy.
"Maaf." Hanya itu yang dapat Dessy katakan sambil terisak. Ia kembali memeluk Seira.
"Kenapa menangis? Apa benar Fais yang membuat kamu seperti ini?"
"Bukan, Tan. Dessy sibuk dengan kuliah Dessy, jadi tidak sempat menghubungi Tante. Dessy menangis karena rindu Tante." Dessy menggeleng dan menarik diri dari dekapan Seira.
"Iya, Tante percaya kok. Kamu kan sekarang sudah menjadi desainer terkenal di Jakarta. Tante lihat kamu dibeberapa majalah, Tante bangga. Sekarang kamu sudah sukses." Seira mengecup kening Dessy dengan tulus.
"Terima kasih, Tan." Ucap Dessy kembali memeluk Siera.
"Maafkan anak Tante, begitu dalam kah dia menyakiti hati kamu? Sampai kamu menjauh seperti ini?" Tanya Seira seraya mengelus lembut kepala Dessy.
"Enggak kok Tan, dokter Fais sama sekali tidak pernah menyakiti hati Dessy. Hanya Dessy saja yang terlalu bawa perasaan." jelas Dessy sambil tersenyum getir.
"Jangan berbohong. Kamu tidak pandai berbohong, Sayang. Ayok ikut tante sekarang." Ajak Seira melerai pelukan mereka. Dessy sempat menolak ajakan Seira. Tetapi wanita paruh baya itu terus memaksa dan sulit untuk Dessy menolaknya.
Seira membawa Dessy kembali masuk ke dalam rumah. Disana masih ramai keluarga besar dari Lisa dan Brandon. Tapi Dessy hanya fokus menatap seseorang yang sedang asik mengobrol dengan Brandon dan satu orang lagi sepertinya sudah tidak asing dimatanya. Kemudian ketiga orang itu langsung memandang kearah Dessy dan Seira berdiri.
"Tante. Loh Aqila, bukannya tadi sudah pulang ya?" Tanya Lisa heran.
"Em...." Dessy ingin menjawab, tetapi langsung di tahan oleh Seira. Wanita itu menggengam erat tangan Dessy.
"Dia calon menantu Tante, yang selama ini Tante cari." Ungkap Seira yang berhasil membuat Dessy terkejut. Bukan hanya Dessy, tetapi semua orang juga ikut terkejut.
"Tante please, jangan lakukan itu lagi." Ucap Dessy memohon. Tapi Seira tidak menghiraukan itu. Saat ini emosinya tengah memuncak.
Seira menatap anak sulungnya yang juga sedang menatap dirinya.
"Mami mohon, Fais. Jangan membohongi diri sendiri. Mami tahu kamu mencintai Dessy. Katakan itu sekarang Fais." Tegas Seira.
"Mami cukup! Jangan memaksa bang Fais. Dia berhak memilih pilihannya sendiri. Cinta tidak bisa dipaksa, Mi." Rey berjalan menghampiri Seira, lalu bergantian menatap Dessy.
Dessy yang merasa terintimidasi pun hanya bisa menunduk. Ini kesalahannya. Kenapa ia menerima tawaran Seira untuk masuk lagi ke rumah itu? Sudah jelas ia tak pernah disambut di sana.
Namun, Dessy juga tidak mau kalah. Ia memberanikan diri untuk menatap Fais yang saat ini berdiri beberapa kaki darinya.
"Rey benar, Tante. Cinta tidak bisa dipaksa. Dessy sudah mengubur perasan itu sejak lama. Jadi Dessy mohon, biarkan dokter Fais memilih jalannya sendiri. Maaf." ucap Dessy. Ada sedikit sesak saat Dessy mengatakan hal itu.
Dessy menyadari jika saat ini Fais tengah menatapnya. Tetapi apa itu? Kenapa kamu menatapku seperti itu, please jangan memberi harapan palsu lagi untukku. Ucap Dessy dalam hati kala melihat tatapan kecewa di mata Fais.
"Tidak sayang, kamu harus mendengarkan penjelasan Fais dulu." mohon Seira pada Dessy.
"Maaf tante. Dessy gak bisa." Ucap Dessy lirih, ia berusaha untuk menahan agar air matanya tidak jatuh.
"Maaf, dulu saya sempat mengganggu dokter." ucap Dessy memperdalam tatapannya pada Fais.
"Permisi." Pungkas Dessy dan langsung beranjak pergi meninggalkan semua orang yang masih membisu. Mereka semua masih kaget dan bingung harus mengatakan apa.
Lisa merupakan sepupu Fais, lebih tepatnya keponakan Seira. Oleh karena itu mereka sekeluarga hadir di pesta pernikahan Lisa sebagai keluarga besar.
"Kejar sebelum terlambat." Perintah Brandon seraya menyentuh pundak Fais. Tanpa banyak berpikir, Fais pun mengejar langkah Dessy.
"Dulu dia yang berjuang buat kamu, sekarang gantian kamu yang harus kejar dia. Bukan begitu peraturannya kan? Laki-lakilah yang seharusnya mengejar perempuan?" Timpal Gio saat melihat Fais berlari mengejar Dessy.
"Haha, semoga dia beruntung bro." ucap Brandon yang disusul tawa oleh keduanya.
"Tunggu!" Teriak Fais saat melihat Dessy sudah masuk ke dalam mobil. Ia mengetuk jendela kaca mobil Dessy terus menerus.
Dessy sama sekali tidak menghiraukan panggilan Fais. Ia masih belum siap dengan apa yang sudah terjadi. Hatinya masih sakit untuk sekadar menatap wajah lelaki itu l.
"Jalan pak." Perintah Dessy pada supirnya.
"Tapi Non...."
"Saya bilang jalan pak." Ulang Dessy penuh dengan emosi.
"Baik Non." Pak Dirman langsung melajukan mobilnya untuk meninggalkan kediaman keluarga besar Lisa.
Fais berteriak frustrasi. Ia gagal menahan Dessy untuk tetap di sana. Fais ingin menjelaskan semuanya.
"Nih kunci mobilku, kejar sana." Titah Brandon sambil melempar kunci mobil pada Fais.
"Thanks." Fais sangat bersyukur dan langsung berlari menuju mobil sport merah milik Brandon.
Fais melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga ia lupa bahwa jalanan ibu kota sangat lah padat. Karena fokus dengan tujuannya, Fais tidak menyadari bahwa lampu di depannya sudah merah. Namun, ia masih melajukan mobilnya. Sebuah mobil lain pun melaju sangat kencang mengarah pada mobil yang Fais kendarai. Hingga kecelakaan pun tak dapat ia hindari.
BRAAAAKKKK....
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Doctor (Tamat)
Teen FictionKisah cinta yang sulit di percaya antara seorang followers dan idola. Seorang gadis manis begitu mengagumi seorang selebgram yang berprofesi sebagai seorang dokter. Hingga suatu hari, keduanya di pertemukan dalam waktu yang tak terduga. "Aku yakin...