Acar resepsi berlangsung dengan lancar, tamu undangan begitu ramai memenuhi ballroom hotel ternama di Jakarta. Dessy begitu kewalahan untuk melayani tamu yang masih terus berdatangan, baik tamu Dessy atau pun tamu Fais. Ditambah lagi teman dan rekan kerja kedua orang tua mereka.
"Kamu capek?" tanya Fais saat melihat Dessy sudah tidak nyaman berdiri. Kaki Dessy memang sudah sangat pegal, apa lagi ia memakai sepatu high hils setinggi 17 cm.
Dessy menganggukkan kepalanya seraya menatap Fais.
"Kita istirahat sebentar." Tawar Fais merangkul pinggang Dessy.
"Tapi masih banyak tamu." Ucap Dessy sambil menyalami para tamu undangan.
"Duduk saja dulu, mereka juga mengerti." Fais membantu Dessy duduk karena gaun yang Dessy pakai lumayan panjang. Dessy duduk dan memijat kakinya yang pegal, rasanya ingin cepat membentang diri dikasur, menghilangkan rasa penat disekujur tubuhnya.
"Gak nyangka nikah itu bikin capek." Celetuk Dessy yang berhasil membuat Fais tersenyum. Fais merangkul Dessy dan membisikkan sesuatu.
"Ini belum seberapa." bisik Fais membuat Dessy bingung karena tidak mengerti dengan ucapan Fais.
"Maksudnya? Masih ada tamu lain? Aduh Dok, Dessy gak kuat lagi." Ujar Dessy begitu polos. Sambil terus memijat kakinya yang terasa keram. Fais yang mendengar itu menghela napas dan kembali berdiri untuk melayani tamu undangan yang ingin mengucapkan selamat padanya.
"Eh bro, selamat ya. Laku juga Lo, mana dapat desainer cantik lagi." Ucap salah satu teman lama Fais. Dessy menatap teman Fais sambil tersenyum. Ia sangat senang mendapat pujian itu.
"Thanks, Gw memang beruntung." Ucap Fais menepuk pundak temannya. Kemudian beberapa teman Fais pun melakukan hal yang sama. Memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai.
Akhirnya acara selesai, kini pasangan pengantin itu beranjak menuju kamar hotel. Karena sudah larut malam dan tidak mungkin untuk pulang kerumah. Dessy merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia memejamkan matanya karena memang sudah sangat mengantuk. Fais membuka jasnya, ia melirik Dessy yang sudah tertidur di ranjang.
"Ganti pakaian dulu, Sayang." Perintah Fais menghampiri Dessy. Dessy membuka matanya. Menatap Fais yang kini sudah duduk di sampingnya.
"Dokter panggil Dessy dengan sebutan apa tadi?" tanya Dessy yang langsung bangkit dari tidurnya dan menatap Fais lekat.
"Sayang, apa ada yang salah?" tanya Fais santai, sedangkan Dessy menunduk karena merasa sangat malu bercampur dengan bahagia. Bisa ia tebak saat ini pipinya merah seperti tomat.
Fais yang melihat itu begitu gemas, ia tidak pernah menyangka dibalik sikap Dessy yang begitu agresif, ada sisi menggemaskan seperti yang saat ini ia lihat. Fais menarik dagu Sang istri, memperhatikan rona merah yang ada diwajah istrinya. Cukup lama mereka terdiam dan saling mengunci pandangan.
Dessy cukup kaget saat Fais tiba-tiba mengecup bibirnya. Tubuhnya ikut menegang, dan kedua tangannya ia letakkan di dada bidang Fais.
"Ganti pakaian, setelah itu kita tidur." Ajak Fais yang berhasil membawa Dessy kembali ke alam sadarnya.
Dengan gerakan tiba-tiba, Dessy langsung bangun dan berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Fais yang melihat itu cuma bisa menggeleng. Satu per satu sifat menggemaskan Dessy mulai terlihat olehnya. Fais bangkit dari posisinya, lalu bergerak membuka kemejanya.
"Ya ampun sesak napas." Dessy bersandar dipintu kamar mandi, ia memejamkan matanya karena merasa sangat senang. Detak jantungnya berdetak tak karuan. Mengakibatkan rasa sesak didadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Doctor (Tamat)
Teen FictionKisah cinta yang sulit di percaya antara seorang followers dan idola. Seorang gadis manis begitu mengagumi seorang selebgram yang berprofesi sebagai seorang dokter. Hingga suatu hari, keduanya di pertemukan dalam waktu yang tak terduga. "Aku yakin...