28

5.8K 227 2
                                    

"Di, ini bagus gak?" Dessy menunjukkan  sebuah kaus berwarna putih bergambar menara eiffel pada Diana.

"Bagus? Lo mau ambil?" tanya Diana sambil meneliti baju yang Dessy tunjukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus? Lo mau ambil?" tanya Diana sambil meneliti baju yang Dessy tunjukkan.

Saat ini,  mereka sedang berada di pusat pembelanjaan terbesar di kota Paris. Mereka berniat untuk membeli  beberapa oleh-oleh untuk sanak keluarga. Karena beberapa hari lagi mereka akan segera pulang.

"Ini kan buat pasangan, jadi Gw ambil sepasang." Jawab Dessy.

"Buat siapa?" tanya Diana heran.

"Buat Gw dan suami lah, Lo kira buat siapa?" Jawab Dessy ketus. Habis, pertanyaan Diana sama sekali tidak masuk akal.

"Udah baikan? Cepet banget sih?" tanya Diana yang berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Dessy.

Diana yang merasa terintimidasi pun terkekeh. Sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Saat sedang asik memilih beberapa pakaian. Diana dikagetkan dengan suara rintihan Dessy. Wanita itu terlihat pucat seraya menyentuh bagian perutnya. Sontak Diana pun mendadak panik.

"Eh, Lo kenapa?" Tanya Diana dengan wajah cemas. Dessy memegang tangan Diana begitu erat.

"Perut Gw kram, Di. Sakit banget, mungkin mau datang bulan kali. Kita pulang aja yuk, sakit banget sumpah." Dessy mengigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang semakin menjadi.

"Ok, ok kita pulang ya? Biar Gw yang bayar dulu semua berangnya. Lo tunggu di sini." Ujar Diana yang langsung berlari menuju kasir. Dessy terus meringis, manahan rasa sakit yang tak kunjung hilang.

Tidak berapa lama, Diana sudah kembali dengan beberapa paper bag ditangannya. "Masih sakit?" tanya Diana masih cemas. Dessy menggeleng pelan, karena rasa sakit itu perlahan menghilang.

"Mungkin Lo kecapean, habis tiap hari jalan-jalan mulu." Cerocos Diana seraya membawa Dessy keluar dari Mall. Dessy sama sekali tak merespons. Membiarkan sahabatnya terus mengomel.

Sesampaianya di hotel, Diana mengantar Dessy sampai depan kamar. Sejak awal mereka memang memesan kamar yang berbeda.

"Gw gak apa-apa, Di." Ujar Dessy sambil mengambil barang miliknya dari tangan Diana. "Sana istirahat, Gw beneran udah baikan. Makasih ya, tar besok Gw ganti uang Lo."

"Beneran gak papa? Apa perlu malam ini Gw temenin Lo tidur?" Tanya Diana masih tidak yakin dengan kondisi Dessy saat ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Dessy? Posisi kamar mereka juga lumayan jauh.

"Gw aman, cuma kram biasa. Lo kan tahu sendiri kalau Gw mau datang bulan gimana?"

Diana mengangguk. Mencoba meyakinkan dirinya. "Kalau gitu Gw ke kamar dulu, udah sana masuk gih. Lo juga harus istirahat." Perintah Diana yang dijawab anggukan oleh Dessy. Lalu Diana pun meninggalkan Dessy yang masih berdiri di depan pintu.

Setelah melihat sahabatnya masuk ke dalam kamar. Dessy pun membuka pintu kamarnya dengan malas. Tiba-tiba saja ia sangat merindukan Fais. Ingin sekali rasanya memeluk lelaki itu dengan erat, menghirup aroma maskulin dari tubuh suamijnya. Ah, ada-ada saja kamu, Des. Pikir Dessy yang langsung masuk ke dalam kamar.

Dessy menghela napas panjang, dan hendak melempar barang belanjaannya di atas ranjang. Namun, semua pergerakkannya tertahan saat matanya menangkap seseorang yang saat ini berada di atas tempat tidurnya. Seseorang yang sangat ia rindukan.

"Ya tuhan, bisa-bisanya aku menghayal sampai seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya tuhan, bisa-bisanya aku menghayal sampai seperti ini. Bahkan dia terlihat sangat nyata. Wake up Dessy, lo gak bisa gini terus." Gumamnya seraya menepuk pipinya beberapa kali. Namun, ia masih bisa melihat bayangan itu. Bahkan bayangan itu mulai bergerak, turun dari ranjang dan menghampiri Dessy yang masih mematung.

Dessy mengedipkan matanya beberapa kali, saat bayangan itu kini sudah berdiri di hadapannya. Hembusan napas bayangan itu pun terasa begitu hangat.

"Apa aku terlihat seperti bayangan?"

Mendengar itu, Dessy langsung membulatkan matanya. Ia terdiam seribu bahasa, karena apa yang ia lihat saat ini bukan sekadar bayangan. Itu benar-benar Fais. Karena kaget, barang belanjaan yang Dessy genggam pun terjatuh ke lantai.

"Ma... Mas kenapa bisa ada di sini?" tanya Dessy gugup. Pasalnya Ia tidak pernah memberi tahu keberadaannya pada Fais. Bagaimana mungkin saat ini Fais bisa ada di dalam kamarnya?

"Bodoh, kamu kira aku akan diam saja saat melihat istriku bermesraan dengan orang lain, huh?" ujar Fais menyentil dahi istrinya. Sontak Dessy meringis kesakitan, seraya mengusap dahinya dengan lembut.

"Ck, sakit tahu. Emang Mas aja yang bisa bermmmfff...." Ucapan Dessy terpotong karena Fais langsung mengecup bibirnya. Tubuh Dessy pun menegang seketika.

"Jangan banyak bicara, kamu sudah membuat aku menderita beberapa hari ini. Apa kamu memang menyukai jika suami kamu ini mati karena merindukanmu, hah?" ujar Fais menarik Dessy dalam dekapan. Tentu saja hal itu membuat Dessy senang. Ditambah ia memang sangat merindukan Fais. Dessy pun membalas pelukan suaminya dengan hangat.

"Bukanya Mas bahagia disana? Kan ada Alya." ucap Dessy dengan nada lemah.

Mendengar itu, Fais melerai pelukannya dan menangkup wajah Dessy. Mengunci erat mata wanitanya itu.

"Lihat mataku, apa di sana ada wanita lain?" Perintah Fais amat lembut. Dessy menatap mata Fais begitu dalam. Tanpa sadar, air matanya menetes. Dan langsung menggeleng kuat.

"Aku sangat mencintaimu, Sayang. Sangat mencintaimu. I love you so much, Sweetheart." Ucap Fais yang langsung melumat bibir Dessy begitu lembut. Dessy memejamkan matanya, membalas perlakuan sang suami padanya.

Fais melepas ciumannya dan menatap wajah Dessy lamat-lamat. Wanita itu masih memejamkan matanya, dengan air mata yang berlinang. Fais mencium kening Dessy begitu dalam. Menyalurkan rasa rindu yang menggebu.

"Jangan pergi lagi," ucap Fais kembali memeluk Dessy.

Tubuh Dessy bergetar, menangis sendu dalam pelukan Fais.

"Maaf," ucap Fais mengelus kepala Dessy. Dan berkali-kali ia mengecup pucuk kepala sang istri penuh kasih sayang. Sekarang Fais merasa lega, karena sudah mengutarakan perasaanya pada sang istri. Ia berharap tak akan ada lagi kesalahpahaman yang terjadi.

My Love Doctor (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang