21

6.1K 234 1
                                    




"Aaaaaaa...." Dessy berteriak histeris saat melihat seekor kucing putih sedang melendot dikakinya. Ia  berlari kebelakang Fais, karena ia pobia dengan kucing. Saat kecil dulu, Dessy pernah di cakar habis-habisan oleh segerombolan kucing liar. Oleh karena itu sampai sekarang ia takut dengan yang namanya kucing.

"Kenapa? Kamu takut kucing?" tanya Fais saat melihat Dessy ketakutan.

"Iya, ih jangan dekat- dekat." seru Dessy saat kucing itu kembali mendekatinya. Dessy berlari kearah sofa, ia naik keatas sofa sambil terus menatap kucing yang juga sedang menatapnya.

"Sisil jangan Sayang, Mama kamu takut tuh." Fais menggendong kucingnya yang ia beri nama Sisil.

Dessy yang mendengar ucapan Fais membulatkan matanya. "Mama?" Tanya Dessy menatap Fais tak percaya.

"Iya, dia sudah Mas anggap seperti anak sendiri. Jadi kamu Mamanya Sisil sekarang. Lihat dia sangat manis." Jelas Fais duduk di sofa dengan Sisil digendongannya.

Dessy semakin panik dan langsung loncat kebawah.

"Mas, Dessy beneran takut." Dessy sangat kesal, ia berlari menjauhi Fais yang sedang menggendong Sisil.

"Dia tidak gigit, Sayang. Coba deh sini kamu pegang, dia baik kok." Fais kembali mendekati Dessy yang semakin terpojok.

"Mas, jangan mendekat. Dessy beneran takut." Teriak Dessy dengan suara bergetar, ia ketakutan. Air  matanya mulai membendung dan siap untuk tumpah. Fais yang menyadari itu langsung menurunkan Sisil dan menyuruhnya pergi. Lalu Fais pun menghampiri Dessy.

"Maaf, Mas cuma becanda sayang." Dessy mulai menangis, ia benar-benar takut. Melihat itu, Fais menarik Dessy dalam dekapan. Mencoba menenangkan sang istri.

"Jangan menangis, Mas minta maaf." Fais mengacup pucuk kepala Dessy. Dessy yang masih ketakutan pun membalas pelukan Fais, tanpa menghentikan tangisannya.

"Kita ke kamar ya?" Ajak Fais yang di jawab anggukan oleh Dessy. Kemudian  mereka langsung beranjak ke kamar.

***

Malam hari, Dessy terlihat sibuk dengan lembaran kertas diatas meja. Ia harus menyelesaikan beberapa desain untuk minggu depan. Akhir-akhir ini ia menerima begitu banyak job.

"Makan dulu, setelah itu lanjut lagi." Fais membawa nampan berisi sepiring nasi dan susu untuk Dessy.

"Sebentar lagi Mas, nanggung." Sahut Dessy sambil mencoret-coret kertas yang selalu menemani kesehariannya.

"Makan hanya sebentar, jangan mencari penyakit." Fais menarik pensil dari tangan sang istri. Wanitanya itu memang sangat keras kepala. Fais kembali duduk di ranjang dan mengambil ponselnya.

"Baik lah," ucap Dessy mengalah. Ia tidak ingin membuat suaminya kecewa, karena sudah menyiapkan makan malam untuknya.

Dessy mengambil piring dan langsung makan dengan pelan.

"Mas gak makan?" tanya Dessy menatap Fais yang sedang asik dengan ponselnya hingga tak mendengar pertanyaan Dessy.

"Mas...." panggil Dessy yang berhasil membuat Fais terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya pada Dessy yang mulai kesal.

"Kenapa?" tanya Fais bersandar di ranjang, ia menatap Dessy penuh tanda tanya.

"Gak jadi, udah main aja sama pacarnya." Dessy membalikkan tubuhnya membelakangi Fais. Fais mengerutkan keningnya karena bingung degan sikap Dessy. Lalu bangun menghampiri Dessy yang kini sudah sibuk kembali degan kertas-kertas yang penuh dengan coretan.

Fais mengambil salah satu hasil desain Dessy, ia tersenyum begitu bangga memiliki istri yang berbakat seperti Dessy.

"Cita-cita dari kecil?" tanya Fais duduk dimeja tempat Dessy bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cita-cita dari kecil?" tanya Fais duduk dimeja tempat Dessy bekerja.

"Tidak, waktu kecil cita-cita ingin menjadi dokter. Tapi apalah daya otak tak sampai." Dessy menjawab sambil terus menggambar, Fais yang mendengar itu tertawa ringan.

"Jadi dokter itu tidak perlu pintar, jika kamu serius pasti bisa." Ujar Fais menatap Dessy.

"Hm... Iya sih, tapi memang tidak ada bakat menjadi dokter. Makanya Dessy lebih suka sama yang namanya dokter ganteng, karena Dessy selalu bermimpi punya suami dokter. Terus gak sengaja ada dokter ganteng lewat di instagram dan berhasil membuat jantung berdebar. Berharap bisa ketemu. Pernah putus asa sih, karena sadar dokter itu terlalu jauh untuk digapai, tapi perasaan itu semakin besar saat melihat story yang dia buat. Pengen rasanya ketemu dan akhirnya semua itu terjadi, yah walaupun harus berjuang dan banyak drama buat dapetin hatinya. Tapi benar kata pepatah, bahwa hasil tidak akan menghianati usaha." Jelas Dessy panjang lebar. Fais yang mendengar itu tersenyum geli. Karena ia tahu, dokter yang dimaksud istrinya tak lain adalah dirinya. Fais senang dan menyadari jika wanita yang ia nikahi saat ini benar-benar mencintainya.

"Bagaimana kalau dokter itu menikah dengan orang lain?" Tanya Fais yang berhasil menarik  perhatian Dessy.

"Entah lah, yang pasti kita harus ikhlas. Mungkin jodoh Dessy lebih baik dari dokter itu, walaupun hati tetap kecewa. Harus tetap terima juga atas takdir yang Allah berikan. Lagian kan sekarang dokter itu sudah ada disini, jadi gak khawatir lagi diambil orang." Dessy menatap Fais sambil tersenyum.

"Gak nyangka kamu bisa dewasa juga." Fais menaikkan sebelah alisnya.

"Bisa lah, Dessy kan sudah dewasa umur saja sudah 24 tahun". ucap Dessy begitu bangga, lalu ia kembali pokus menggambar.

"Kalau begitu kita tidur, karena ini sudah malam." Tanpa aba-aba, Fais langsung menggendong Dessy. Membuat sang empu terlonjak kaget.

"Mas rancangan Dessy belum selesai," protesnya seraya memukul lengan Fais.

Fais menggeleng, dan membisikkan sesuatu pada Dessy. Sontak Dessy pun membulatkan matanya dan kembali memukul dada bidang Fais.

"Tidak ada penolakan," ucap Fais seraya menidurkan Dessy di atas ranjang dengan seulas senyuman yang sulit ditafsirkan. Dan malam panjang itu terulang kembali.

My Love Doctor (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang