"Mas...." Dessy berteriak sekuat tenaga, kontraksi diperutnya semakin menjadi. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang begitu mendesak. Rasa sakit yang ia rasakan tak mampu ia gambarkan.
"Mas, sakit...." teriak Dessy lagi saat tak mendapat jawaban dari Fais.
Lalu tak berapa lama, Fais masuk ke dalam kamar dan betapa terkejutnya ia saat melihat keadaan Dessy. Ia pun langsung menghampiri sang istri.
"Ya ampun Sayang, kamu berdarah?" ucap Fais panik saat melihat darah segar mengalir begitu deras di kaki Dessy. Dan kini mulai turun sampai ke lantai.
"Sakit, Mas." Dessy meremas tangan Fais.
"Tunggu sebentar, Sayang." Fais bergegas mengambil kunci mobil dan barang penting lainnya. Lalu ia langsung menggendong Dessy dan membawanya ke luar dari rumah.
Fais menurunkan Dessy di dalam mobil. Ia pun bergegas masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan penuh. Fais mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Sesekali ia melirik Dessy yang terus meringis kesakitan.
"Hallo Gio, istriku mau melahirkan. Kamu ada dirumah sakit kan? Bantu aku urus semuanya. Aku sedang dalam perjalan ke sana. Makasih, Yo." Fais menutup sambungan telepon dan meletakan ponselnya di dasboar. Ia ikut merasakan sakit saat mendengar Dessy mengerang kesakitan. Fais semakin panik, ia menggegam tangan Dessy begitu erat sambil pokus pada jalan yang lumayan ramai.
"Ah sial, kenapa macet?" umpat Fais saat melihat jalanan sangat macet.
"Mas, sakit...." ringis Dessy dengan wajah yang sudah memucat. Keringat pun sudah membasahi pakaiannya.
"Sabar Sayang, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Fais berusaha untuk tetap tenang.
Dessy memejamkan matanya, sambil meremas tangan Fais dengan begitu erat. Sedangkan Fais terus mengumpat karena jalanan macet parah.
"Dessy tidak kuat, Mas. Ini sakit banget," rancau Dessy begitu pelan. Tubuhnya mulai melemah. Fais yang melihat itu langsung keluar dari mobil dan beranjak menuju sisi tempat Dessy duduk.
"Kita tidak bisa menunggu lama." ucap Fais yang langsung menggendong Dessy dan langsung berjalan cepat. Ia tidak bisa menunggu hingga kemacetan berakhir. Nyawa istrinya menjadi taruhan. Beruntung jarak rumah sakit sudah tidak berapa jauh.
"Sabar, Sayang. Tahan sedikit lagi, jangan tutup mata kamu. Kamu harus kuat," ucap Fais dengan napas tersenggal. Dessy yang sudah lemas pun hanya bisa menenggelamkan wajahnya di dada Fais.
"I Love you," ucap Dessy sangat pelan, namun masih dapat didengar oleh Fais.
"Jangan tutup mata kamu sayang, bertahan lah. Demi aku dan juga anak kita," ucap Fais dengan keringat bercucuran di wajahnya. Dessy yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Fais menyadari, Dessy terus mengalami pendarahan. Ia bisa meraskan tangannya semakin basah.
Lima belas menit kemudian, Fais berhasil membawa Dessy sampai di rumah sakit. "Dokter, Suster. Tolong bantu istri saya!!" Teriak Fais dengan nada tinggi. Beberapa suster dengan sigap menghampiri Fais dengan membawa brankar. Fais menidurkan Dessy disana dan langsung membawanya ke IGD.
"Kenapa bisa pendarahan?" tanya Gio yang tiba-tiba saja muncul.
"Aku gak tahu, tolong dia, Yo." Jawab Fais begitu panik.
"Aku akan berusaha, tapi jangan sampe istri kamu menutup matanya. Pendarahannya lumayan parah, Is." Ujar Gio saat melihat kondisi Dessy.
Fais sama sekali tidak peduli dengan penampilnnya yang sudah dipenuhi darah sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Doctor (Tamat)
Teen FictionKisah cinta yang sulit di percaya antara seorang followers dan idola. Seorang gadis manis begitu mengagumi seorang selebgram yang berprofesi sebagai seorang dokter. Hingga suatu hari, keduanya di pertemukan dalam waktu yang tak terduga. "Aku yakin...