Pagi hari, Dessy terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat dan melihat ke arah samping, ternyata tidak ada siapa-siapa di sana.
"Apa tadi malam aku mimpi?" Dessy bangun dan bersandar di kepala ranjang. Memijat pelepisnya karena merasa pusing. Namun itu tidak berlangsung lama.
Dessy menyibak selimutnya dan turun dari tempat tidur, ia berjalan dengan malas ke kemar mandi.
"Kenapa mimpinya seperti nyata ya? Uh, aku sangat merindukannya. Malam tadi seperti nyata banget." Gumam Dessy sambil menggosok giginya, ia menatap wajahnya yang sedikit pucat. Kesadarannya belum sepenuhnya kembali. Oleh karena itu ia masih linglung.
Setelah selesai membersihkan diri, Dessy keluar dari kamar mandi. Dan ia sangat terkejut saat melihat Fais sudah berdiri di depan pintu.
"Astagfirullah," ucap Dessy mengelus dadanya.
"Ada apa?" tanya Fais bingung.
"Jadi tadi malam aku tidak bermimpi? Jadi kamu nyata, Mas?" tanya Dessy menatap Fais lekat.
Fais mencubit pipi Dessy dengan gamas. Bagaimana mungkin istrinya itu lupa kejadian malam tadi? Tidak ada yang bisa menebak tingkah ibu hamil yang satu itu. Sikapnya bisa berubah setiap saat.
"Auwwh... sakit, Mas." Ringis Dessy mengelus pipinya yang memerah karena ulah Fais.
"Apa masih bermimpi?" tanya Fais melipat kedua tanganya di dada. Dessy mengerucutkan bibirnya dan menggeleng pelan.
"Lalu?" tanya Fais menaikkan sebelah alisnya.
"Peluk," Dessy merentangkan kedua tangan layaknya anak kecil.
Fais yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya, ia tersenyum dan langsung memeluk Dessy.
"Makan dulu, kamu pasti lapar kan?" Fais mengecup pucuk kepala Dessy.
"Mas yang suap," ucap Dessy mengangkat kepalanya, menatap Fais penuh harap.
Fais tersenyum tulus dan mengangguk. Menyetujui keinginan istrinya. Kemdian Fais membawa Dessy duduk di sofa, menyuapi bayi besarnya dengan penuh kesabaran. Tentu saja hal itu membuat Dessy bahagia. Memiliki suami seorang dokter tampan, penuh perhatian seperti Fais merupakan impian semua orang. Dessy merasa beruntung karena mendapatkan apa yang selama ini ia impikan.
***
"Sayang, apa harus pergi sekarang? Ini sudah malam." Fais mentap Dessy yang sedang berdiri di depan cermin. Wanita itu mengenakan dress hitam, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sedikit berisi. Fais merasa jengah melihat penampilan istrinya saat ini. Tetapi ia tidak mau merusak mood istrinya.
Untuk kali ini aku izinkan, besok tidak lagi. Batin Fais.
Dessy berbalik dan menghampiri suaminya. "Iya, Mas. Malam ini, malam penerimaan penghargaan untuk para desainer. Mas juga harus ikut, cepat ganti baju." Sahut Dessy menarik Fais bangun dari duduknya.
"Iya sabar, Sayang." Fais mengacak rambut Dessy.
Dessy membukatkanmatanya karena Fais membuat rambutnya berantakan. Padahal dengan susah payah ia menata rambutnya sedemikian rupa.
"Mas, lihat semuanya jadi berantakan." Kesal Dessy kembali merapikan rambutnya.
"Kamu tetap cantik kok, tenang aja."
"Ih nyebelin, untung aja kamu ganteng, Mas. Kalau enggak udah aku bejek-bejek kayak rempeyek." Dessy mengomeli Fais. Sedangkan sang empu yang mendengar itu hanya tersenyum. Lalu mengambil satu set pakaian yang sudah Dessy siapkan sebelumnya di atas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Doctor (Tamat)
Teen FictionKisah cinta yang sulit di percaya antara seorang followers dan idola. Seorang gadis manis begitu mengagumi seorang selebgram yang berprofesi sebagai seorang dokter. Hingga suatu hari, keduanya di pertemukan dalam waktu yang tak terduga. "Aku yakin...