41

6.5K 217 4
                                    

Dessy kini sedang sibuk dengan laptop di hadapannya. Air matanya terus menetes saat ia melihat sebuah video dirinya beberapa bulan yang lalu bersama sang sahabat.

Flashback on

"Apa? Lo mau nikah? Kenapa gak bilang sih?" seru Dessy berdiri sambil mengacak pinggang. Ia juga memberikan tatapan tajam pada sahabatnnya.

Diana menghela napas berat. "Duduk dulu deh," perintah Diana menarik Dessy agar duduk di sebelahnya.

Fais maupun Rey yang ikut hadir di sana hanya bisa diam. Menyaksikan perdebatan wanita kesayangan mereka.

"Kenapa kalian menyembunyikan semuanya? Jadi Mas juga tahu masalah ini?" tanya Dessy beralih menatap Fais untuk meminta jawaban.

Dengan ragu, Fais pun menjawab dengan anggukkan.

"Lihat! Bahkan kalian tega menyembunyikan semuanya dari Gw. Apa kalian masih menganggap Dessy Aqila ini masih hidup?" Hardik Dessy menatap ketiganya bergantian.

Diana memutar bola matanya jengah. "Ck, sudah puas ngomeljya?" tanya Diana menatap Dessy lekat.

"Sekarang giliran Gw yang bicara. Dengarkan Gw bicara Ms.bawel. Jadi begini... Alasan kenapa Gw gak kasih tahu Lo, karena kondisi yang gak mendukung. Lo sadar gak sih? Kalau sejak Lo pulang dari Inggris,  Lo sebentar-bentar sakit. Itu alasannya kenapa Gw gak bilang sama Lo, tentang rencana pernikahan Gw sama Rey. Dan satu lagi, acara nikahan Gw itu seminggu lagi. Jadi Gw belum telat dong kasih tahunya?"

"Lagian Lo kan tinggal datang aja sebagai orang spesial. Gak Gw suruh Lo buat masak di rumah." imbuh Diana.

"Tetap aja, Gw kan gak ada persiapan untuk acara Lo. Mulai dari baju belum gw buat dan semuanya deh," sahut Dessy dengan nada kesal.

"Aman, semuanya udah beres. Suami Lo kan ada. Lagian Lo kan desainer, banyak stok baju di rumah." Diana memainkan kedua alisnya.

"Itu beda," ucap Dessy masih belum meyerah.

"Gak peduli, semuanya udah beres. Tanya aja sama suami Lo."

Dessy langsung menatap Fais. Lelaki itu  mengangguk sebagai jawaban.

"Ck, terserah kalian deh." Pungkas Dessy memalingkan wajahnya. Ia masih belum terima, karena dirinya orang terkahir yang tahu tentang pernikahan Diana dan Rey.

"Uluh-uluh... udah mau jadi emak-emak juga masih suka ngambek." Ledek Diana seraya mencubit pipi gembul Dessy.

"Biarin!" Ketus Dessy yang disambut tawa oleh ketiganya. Lalu obrolan mereka pun berlanjut hingga sore hari.

Hari acara pernikahan Diana pun tiba. Dessy terlihat cantik degan gaun abu-abu. Begitu pun dengan Fais yang memakai baju senada dengannya. Saat ini mereka duduk tepat di depan pelaminan.

"Mas, mereka sangat cocok ya? Dessy tidak menyangka jika Diana akan menjadi adik Ipar kita." Dessy menggandeng tangan Fais. Menyandarkan kepalanya di pundak Fais.

"Jodoh tidak ada yang tahu, Sayang." ucap Fais mengusap kepala Dessy.

"Ya, seperti kita. Awalnya Mas menolak, terus malah jatuh cinta." Ujar Dessy yang masih pokus menatap Diana dan Rey diatas pelaminan.

"Kamu tidak lapar?" tanya Fais.

Dessy menggelengkan kepalanya.

"Dessy mau kesana, kita foto bareng mereka ya?" ajak Dessy bangkit duduknya. Lalu menarik Fais naik ke pelaminan.

Sesampainya di pelaminan, Dessy langsung berhambur dalam pelukkan sahabatnya. "Selamat, Sayangku. Lo beneran cantik banget."

"Ini semua berkat Lo, Des. Lihat gaun limited addition butik Lo, benar-benar melekat di tubuh Gw sekarang. Gw gak pernah membayangkan, bakal pake karya sahabat Gw sendiri dihari yang bahagia ini." Ujar Diana penuh semangat.

"Ck, Gw juga gak tahu kalau suami Lo yang pesan baju itu. Terima kasih buat semuanya, Di. Kalau bukan karena Lo, gak bakalan deh  Gw ketemu ama suami gw. Gw berdoa, semoga kalian selalu bahagia. Cepat punya anak, supaya anak Gw punya temen." Ujar Dessy panjang lebar.

"Emang udah jodoh Lo itu mah," sahut Diana sambil mengusap perut Dessy yang mulai terlihat buncit.

"Eh adi ipar, jaga sahabat Gw. Jangan gatal sama cewek lain, baruntung banget buaya kayak Lo dapat sahabat baik Gw. Kalau aja Gw liat Lo nyakitin dia. Gw bakal minta suami Gw buat sunat Lo untuk yang kedua kali." Ancam Dessy pada adik iparnya, Rey.

"Tenang, paling Gw berani gatal sama lo doang, Kakak ipar endut." Balas Rey mencoba menggoda Dessy.

"Hey, jangan sembarangan. Durhaka Lo ya sama Kakak ipar. Awas aja kalau sampe Lo buat Diana nangis, Gw gak akan segan buat sunat lo untuk yang kedua kalinya." Timpal  Dessy. Rey yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah menyangka jika Dessy akan semakin galak saat sedang hamil.

Ibu hamil itu pun langsung turun dari pelaminan.

"Hati-hati Rey, ancamannya tidak pernah bohong. Aku korbanmya," bisik  Fais menepuk pundak Rey dan langsung beranjak turun untuk menyusul Dessy.

Rey dan Diana pun saling melempar pandangan, lalu keduanya tersenyum.

Setelah acara selesai, semua keluarga besar ikut mengantar Diana dan Rey ke Bandara. Karena Rey saat ini bertugas di Prancis. Jadi ia langsung memboyong Diana ke sana. Katanya sih sekalian bulan madu di sana.

Dessy terus menangis sesegukan karena tak rela jika harus berjauahan dengan sang sahabat.

"Jangan nangis dong, Gw janji kok pas Lo lahiran Gw bakal pulang. Lo tahu kan, Rey kerja di Paris. Gw sebagai istri, harus setia dong sama suami. Ngekor ke mana pun doi pergi." Jelas Diana memeluk Dessy yang masih menangis.

"Tapi Paris kan jauh, kalau Gw kangen gimana? Terus perusahaan Lo di sinu gimana?" Tanya Dessy seraya menarik diri dari dekapan Diana.

"Kan kita bisa video call, masalah perusahaan Gw tetap yang pegang. Tapi lewat jarak jauh. Jangan nangis lagi, nanti jelek."  Diana menghapus air mata Dessy dengan kedua ibu jarinya.

"Janji ya, pas Gw lahiran datang." Ucap Dessy yang dijawab anggukan oleh Diana. Lalu tak lama suara panggilan pun terdengar. Diana dan Rey berpamitan pada seluruh keluarganya. Dessy yang melihat itu masih menangis dalam diam. Diana melambaikan tangannya dan langsung beranjak pergi meninggalkan semua orang.

"Sudah, kita pulang sekarang. Kamu sudah lelah bukan?" Ajak Fais. Dessy memgangkat wajahnya untuk menatap Fais, lalu ua pun mengangguk. Dan mereka langsung beranjak untuk pulang.

Flashback off

"Sayang, kamu kenapa? Sakit, apa ini sudah saatnya?" tanya Fais yang baru masuk ke kamar dan sangat panik melihat Dessy sedang menangis.

Dessy menatap Fais dan menggeleng pelan.

"Kangen Diana, dia sangat sibuk. Padahal sudah beberapa kali Dessy telepon." Jawab  Dessy mengadu pada Fais.

Fais menghela napas lega karena Dessy hanya merindukan Diana. Ia pikir Dessy mengalami kontraksi.

"Sudahlah, jangan ganggu mereka terus. Mereka juga punya kesibukan, Sayang." Fais duduk disebelah Dessy.

"Iya tahu, tapi... Sudahlah, Dessy lapar. Mas masak ya? Dessy mau makan ayam sambal sama tahu goreng. Gorengnya jangan terlalu kering." Ujar Dessy yang langsung merubah raut wajah sedihnya menjadi semangat. Fais yang melihat itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ya sudah, mas ke dapur dulu. Tunggu sebentar," ucap Fais mencium pipi Dessy dan langsung beranjak keluar. Dessy tersenyum sambil menatap kepergian Fais. Ia mengelus perutnya yang buncit.

Tidak berapa lama, Dessy merasakan sesuatu yang aneh setelah kepergian Fais. "Akhhh...." pekik Dessy saat merasakan perutnya berkontraksi. Dessy mengangkat kakinya untuk turun dari tempat tidur, tetapi ia sangat terkejut saat melihat cairan berwarna merah mengalir dikakinya yang bengkak.

"Mas...."

My Love Doctor (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang