cover by @itskarrin
"Tolong...., Tolong. Jangan buat gue tersiksa."
Mari kita bercerita. Bagaimana perasaanmu ketika kau harus berpisah dengan orang yang meski sangat kamu sayangi? Tidak ada toleransi. Tidak ada waktu memperbaiki. Tidak ada lagi kes...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*play mulmed. enak banget sumpah :(
oh iya. Aku mau nanya ke kalian.
Kalian mau MCB finish di part 30-an atau 40-an nih? Hehe. Jawab dong! Aku maksa.
Okay. Ini dia.
Selamat membaca (: jgn lupa vote dan komen yaa;
---
Shilla mengembuskan napasnya berat. Ia menurunkan ponsel miliknya yang tadi tertempel pada telinga kanannya. Shilla memandang layar ponselnya itu. Ia sudah memanggil Saka untuk beberapa kali, tapi tidak kunjung diterimah oleh pria dingin itu.
Shilla menatap lurus. Gadis itu berpikir keras. Apa Saka marah lagi? Mungkin, iya. Cara bicaranya tadi sudah menunjukkan semuanya. Shilla meremas ponselnya kuat. Mengapa ia dan Saka harus terus seperti ini? Tidak bisakah mereka baik-baik saja?
Air mata Shilla menetes perlahan. Benar, mereka berdua akan sulit untuk bersatu. Takdir untuk mereka sudah mulai terlihat. Menyedihkan. Seharusnya Shilla lebih berhati-hati lagi dalam mengantar pesanan mereka waktu itu. Tapi, bukankah itu juga bagian dari takdir?
Apa yang sebenarnya Tuhan takdirkan? Hidupnya sungguh berliku-liku. Masalah terus menerus menghampirinya. Shilla tak tahu apa salahnya sehingga ia harus menanggung beban ini sendirian.
Sudah tiga hari ini Shilla masih dirawat. Indah juga belum menjenguknya. Atau sekedar menanyakan kabarnya. Sepertinya wanita itu benar-benar sudah tidak peduli dengannya.
Keadaan itu diperparah dengan Saka yang berusaha lagi untuk menjauhinya. Benarkah ini salahnya? Jika iya, yang mana? Shilla hanya ingin memberitahu Saka jika perasaan Gladys tidak sekuat itu. Tapi sejujurnya, dirinya juga tidak suka jika Saka selalu bersama Gladys.
Perasaan ini memang untuk Saka.
Shilla terlalu bodoh. Ini memang salahnya. Mengulur-ulur kesempatan dan waktu yang ia punya untuk bisa bersama dengan Saka seperti Gladys.
Tetapi, entah kenapa. Shilla selalu ragu tiap kali Saka dekat. Terlalu banyak rahasia yang disembunyikan cowok itu. Saka begitu misterius. Saka berbahaya untuknya. Dia selalu menyerang hati Shilla dengan suara ataupun perlakuannya yang membuatnya tidak keruan.
Kadang Saka menerbangkannya sampai ke tinggi langit. Tapi cowok itu juga sering menjatuhkannya dengan semena-mena.
Shilla menoleh saat ada seorang perawat yang masuk. “Kamu sudah boleh pulang hari ini. Sudah ada yang menjemputmu di depan.”