17. MENYERAH

8.9K 452 38
                                    

*Play mulmed di atas biar betah bacanya~

“Aku menyerah pada keadaan. Menyerah karena tidak ada satu hal pun yang membuat bahagia.”

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----

Bola mata milik Arhen mengikuti tubuh Saka yang baru saja membuka pintu dan masuk ke dalam Laboratorium.

Cowok itu membawa beberapa tumpuk buku lalu menaruhnya di atas meja. “Lama banget. Nyari buku apa aja?” tanya Arhen saat Saka duduk di sebelahnya.

Saka menoleh, “Udah selesai?” kebiasaan. Kalau ditanya pasti nanya balik. Saka banget tuh!

Arhen berdecak, ia menatap beberapa lembar soal di depannya. “Belum. Susah amat sih, Sak. Bu Wenda enggak salah tuh nyuruh gue masuk ke tim? Apalagi temen se-tim lo, si Dewa itu kayak enggak suka sama gue!” jawab Arhen berbisik. Ia melirik-lirik Dewa, siswa berkacamata itu yanh sedang mengukur kelereng.

Saka menghela napas berat, “Jangan banyak omong. Cepet kerjain,” timpal Saka bernada dingin.

Arhen makin mengeluh. Ia kesal dengan Saka karena cowok itu selalu kelewat serius. Orang pinter emang gitu kali, ya?

Arhen mengalah. Ia memandang sengit soal-soal di hadapannya lagi. Arhen mengerjakan dengan muka yang nampak serius, tidak ingin kalah dengan Saka.

Saka membolak-balik buku dan membacanya dengan teliti. Jika ada yang penting, ia akan mencatatnya. Saka harus berjuang. Ia harus bisa memenangkan Skynord. Saka sudah merencanakan suatu hal yang pasti akan merubah Skynord jika ia memenangkan olimpiade ini.

Walau mantan SMAnya adalah rival utama, namun Saka yakin bisa mengalahkan Starmy. Jika ia berusaha, dan Arhen juga Dewa bersungguh-sungguh, apa yang tidak mungkin terjadi?

“Itu kunci apaan, Ka?” tanya Arhen lagi yang membuat Saka menoleh padanya.

Saka ikut melihat kunci yang tergeletak di atas meja, di samping buku lebih tepatnya. “Perpus,” jawab Saka singkat, pria itu fokus membaca buku kembali.

Arhen mendekat, ia menggeser kursinya. “Perpus? Kok lo bawa kuncinya ke sini? Enggak lo balikin ke ruang TU?” Arhen semakin kepo, namun tidak digubris oleh Saka sama sekali.

Arhen tidak menyerah, ia bertanya lagi. “Gue udah selesai, Sak. Jawab dong. Udah lo kunci belum Perpusnya? Bisa dimarahin Kepsek kalau belum lo kunci,” ujar Arhen memandang Saka, meminta jawaban.

Saka mendongak. Ia menatap lurus. “Udah.”

----

My Cruel Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang