“Hidup ini indah.. Bila kau mengikhlaskan yang harus dilepas,”
—Fiersa Besari
❄
Saka mengikuti jejak kaki Shilla yang terus melangkah. Derap langkah kakinya bahkan tidak terdengar dan membuat gadis itu tidak sadar sedang diikuti.
Saka berhenti di depan pintu masuk utama kamar mandi. Ia memandang papan kayu yang terpasang di atas pintu. Disana terpampang jelas keterangan “🚺” yang artinya hanya untuk wanita saja.
Bukan Saka namanya jika peduli dengan semua itu, Saka melanjutkan langkahnya masuk ke kamar mandi. Ia sempat memandang sekitar terlebih dahulu dan untung saja disana sedang sepi.
Aroma tidak sedap langsung menusuk saat Saka masuk, ia menjepit hidung mancungnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Saka memandang kamar mandi itu yang sudah berlumut dan sangat kotor.
Saka menyandarkan badannya ke tembok, ia menunggu Shilla keluar. Saka memandang ruangan itu yang diisi dengan empat kamar mandi. Saka menatapnya satu persatu.
Tatapan Saka tertuju pada pintu yang sudah termakan rayap, Saka mendengar suara tangisan seorang gadis yang ia yakini adalah suara Shilla. Saka akhirnya mendekat ke pintu tersebut, ia seolah menunggu Shilla untuk keluar.
Penantian Saka berbuah manis. Pintu itu perlahan terbuka dan memperlihatkan Shilla yang terkejut karena adanya Saka yang sedang menatapnya datar.
Shilla langsung menghapus air mata yang masih tersisa di pelupuk matanya, “Saka. Kamu kok bisa ada disini?” tanya-nya dengan nada terkejut.
Saka menegapkan tubuhnya dan menyilangkan tangan di dada, “Kenapa?” balas Saka.
Shilla mengalihkan pandangannya, “Kan ini toilet perempuan. Kamu kan laki-laki, kok bisa masuk ke sini?”
Saka tersenyum sinis, “Emangnya ini sekolah lo?” Shilla menggeleng polos. “Tapi kan ada peraturannya di depan.” jawabnya sambil mengedikkan kepalanya ke arah pintu utama.
Saka menghela napas, kemudian ia mendekat pada Shilla dan mendorong gadis itu untuk masuk lagi ke dalam kamar mandi. Shilla terkejut, ia ingin menahan tapi tak bisa.
Shilla hampir saja jatuh jika tidak ada tembok yang menyangga tubuhnya, pria tampan itu mendorongnya hingga ujung.
Shilla menatap Saka yang saat ini sangat dekat dengan wajahnya. Shilla menelan salivanya, Saka terlihat sangat tampan jika dilihat dari dekat. Hidung runcingnya bahkan menempel pada hidung Shilla sekarang.
“Saka mau apa!” pekik Shilla takut. Gadis itu berusaha menjauhkan tubuh Saka. Namun tetap saja tak akan bisa.
Saka kemudian mundur, ia menoleh pada bak berwarna biru yang masih terisi air penuh. Ia meraih bak itu dan mengangkatnya. Shilla yang melihat itu bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Gadis itu hanya diam.
Saka mengangkat bak itu hingga atas kepala Shilla. Itu merupakan hal yang sangat mudah karena tinggi Shilla tidak mencapai pundaknya.
Dengan tanpa aba-aba, Saka mengguyurkan air dari bak itu dari atas kepala Shilla. Tentu saja Shilla terkejut dan memekik kaget. Shilla memejamkan matanya saat air itu membasahi seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Boyfriend [COMPLETED]
Ficção Adolescentecover by @itskarrin "Tolong...., Tolong. Jangan buat gue tersiksa." Mari kita bercerita. Bagaimana perasaanmu ketika kau harus berpisah dengan orang yang meski sangat kamu sayangi? Tidak ada toleransi. Tidak ada waktu memperbaiki. Tidak ada lagi kes...