"Kehilanganmu adalah penyebab utama hati ini terpecah."
***
"Apa gue harus minta maaf ke cewek itu?"
Pertanyaan Saka tersebut mampu membuat Arhen dan Zenka terdiam cukup lama. Saka menghela napasnya, ada apa dengan-nya hari ini? Sejak kapan dia seperti ini? Ini sama sekali bukanlah dirinya.
Saka menyadari hal itu. Patut bila Arhen dan Zenka terdiam seperti itu, mungkin merasa heran dengan sikapnya. Saka bahkan baru kali ini mengerti akan rasa bersalah. Mengapa ia harus merasa bersalah dengan gadis sialan itu?
Saka menggeleng tak terima. Ia meraih tas ranselnya untuk segera pulang. Namun Zenka sudah terlebih dahulu mencekal tangan kirinya, ia pun menoleh pada Zenka.
"Minta maaf aja. Nggak ada yang ngelarang. Malah gue dukung!"
Saka menunduk, menimang-nimang kembali keputusan yang akan ia ambil. Ia menatap Arhen dan Zenka secara bergantian. Saka tersenyum picik,
"Ngapain juga. Nggak ada waktu," balas Saka dingin. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Saka memutar bola matanya malas saat Arhen berucap, "Se-enggaknya lo liat Shilla. Siapa tau waktu lo liat, lo berniat lagi buat minta maaf."
Saka terdiam, ia menerawang lurus. Lalu Saka melangkah lebar lagi. Dalam langkahnya itu, otak Saka berpikir keras walau wajahnya menampilkan mimik datar.
Untuk apa dirinya meminta maaf pada gadis itu? Saka tidak pernah merasa salah selama ini. Dia itu selalu benar. Tidak ada yang bisa menyalahkan-nya.
Tapi mengapa, mengapa hatinya seolah terus memberikan gejolak rasa bersalah terhadap dirinya sendiri? Saka tidak pernah seperti ini. Bahkan pria itu sendiri tidak mengerti mengapa pikiran-nya hanya berisi Shilla saja.
"Kak Saka. Lo dipanggil bu Wenda tuh, disuruh ke Lab."
Saka berhenti. Ia mendongak pada pemilik suara yang mengajaknya berbicara. Saka melihat lagi seorang siswi berambut sebahu itu. Dahinya mengerut, seperti pernah melihat cewek ini.
"Kenapa? Lupa sama gue?"
Saka mengangguk. Siswi itu tersenyum miring. "Camelia. Adik sepupunya Arhen!"
Saka baru ingat sekarang. "Oh," jawabnya singkat yang membuat Camelia menatapnya kesal.
"Kok bisa ya Arhen betah temenan sama lo?"
Pertanyaan Camelia mampu membuat Saka menatap cewek itu lagi. Camelia terlihat menantang Saka, tangan-nya bersedekap di depan dada, dan tidak sadar dengan posisinya yang masih menjadi junior dari Saka.
Ini bocah gajelas banget
"Dasar cowok. Tega banget sih lo sama kak Shilla. Lo tau nggak sih? Kak Shilla baru aja dipanggil Kepsek. Gara-gara mulut lo yang lemes itu, kak Shilla terancam keluar dari sini!" ujar Camelia kepada Saka. Saka mengerutkan keningnya bingung, ia tak tahu arah pembicaraan adik sepupu Arhen tersebut.
Tapi, ia cukup terkejut saat mendengar bahwa Shilla akan keluar dari Skynord. Apakah benar?
"Keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Boyfriend [COMPLETED]
Ficção Adolescentecover by @itskarrin "Tolong...., Tolong. Jangan buat gue tersiksa." Mari kita bercerita. Bagaimana perasaanmu ketika kau harus berpisah dengan orang yang meski sangat kamu sayangi? Tidak ada toleransi. Tidak ada waktu memperbaiki. Tidak ada lagi kes...