“Kamu itu seperti pelangi. Indah, memudar, lalu hilang.”
---
*Play mulmed-nya. Ngena :")“Lo punya sihir apa Shilla? Sampai gue seperti enggak mau kehilangan lo.”
Shilla menjeda isakannya sejenak disaat Saka berucap kata tersebut. Dan di saat itu juga, waktu serasa berhenti berdetak. Giliran hatinya yang bergema kencang.
Shilla menurunkan tangan-nya yang sebelumnya memberontak ingin lepas dari pelukan cowok dingin itu. Shilla mengerjapkan matanya berkali-kali. Memastikan jika air matanya sudah berhenti.
Namun, Shilla salah. Nyata-nya, air mata itu kembali mengalir. Meski telinga Shilla mendengar ucapan manis dari mulut Saka, tetapi hatinya malah bertambah sesak.
Shilla merasa, Saka hanya ingin mempermainkan perasaan-nya.
Shilla tahu dan sadar diri. Saka tidak akan pernah menyukainya. Apalagi mencintainya. Dia hanya kasihan. Dan sebatas empati saja. Tidak lebih.
Ia bukanlah gadis yang populer, pintar, berada, dan terpandang. Ia hanyalah seorang gadis malang, tidak mempunyai teman, dan menyedihkan. Sangat patut jika Saka mengasihani-nya.
“Shilla cuman mau Saka pergi,” ucap gadis itu dengan sebulir air mata yang menetes. Saka membuka matanya yang terpejam, ia menghela napas. Rupanya, gadis itu benar-benar marah.
Saka melepaskan pelukan itu, ia menatap Shilla yang menunduk dan menangis. “Kenapa? Padahal gue ingin disini. Di samping lo,” ujarnya memandang Shilla makin dalam.
Shilla mendongak, ia balas menatap iris mata Saka yang hijau. Gadis itu menelan ludah susah payah, tatapan Saka selalu sama. Tajam dan dalam. Seperti tidak mempunyai ekspresi tatapan yang lain.
Shilla mengepalkan tangan, meneguhkan hati dan jiwa-nya. Ia tidak mau begitu saja percaya dengan omongan pria itu. Lagi pula, mana mungkin? Tidak. Saka tidak menyukainya. Hal itu bisa Shilla pastikan tidak akan terjadi.
Saka mengerutkan kening saat Shilla tertawa hambar. “Tapi Shilla nggak butuh Saka. Yang Shilla butuhin sekarang, cuma kepergianmu. Shilla nggak mau ketemu orang kayak Saka lagi. Jadi tolong... tolong banget. Kamu pergi. Pergi dari hidup Shilla,”
Saka terkejut. Tatapan matanya menjadi tidak setajam dan se-intens tadi. “Gue tetep disini. Nggak—”
“Apa Saka masih mau nyakitin Shilla? Saka masih mau lihat Shilla tersakiti terus menerus? Kalau Saka hanya ingin menebus semua kesalahan Saka, ya udah. Saka udah nebus itu semua. Shilla udah maafin juga. Nggak perlu repot-repot dipikirin jauh lagi,” potong Shilla cepat dengan suara tangisnya yang masih menyertai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Boyfriend [COMPLETED]
Teen Fictioncover by @itskarrin "Tolong...., Tolong. Jangan buat gue tersiksa." Mari kita bercerita. Bagaimana perasaanmu ketika kau harus berpisah dengan orang yang meski sangat kamu sayangi? Tidak ada toleransi. Tidak ada waktu memperbaiki. Tidak ada lagi kes...