“Terlalu banyak sandiwara yang kau buat. Sampai aku tak bisa lari kemanapun.”
selalu cantik :))
sebelum baca, jangan lupa juga kalian mampir ke lapak aku yang judulnya Pancarona (kisah perjuangan Camelia mendapatka Sean) dan Efemeral (bercerita tentang kisah mantan kekasih Zenka - Ameisha). Di ramaikan juga yaaa🍑
waktu cerita ini udah tamat, dan kalau kalian kangen sama Saka dan Shilla kan bisa baca cerita itu. Hehe. Terimakasih.
---
Saka masih menggenggam tangan Shilla erat. Ia berjalan di depan langkah Shilla, menuntun gadis itu untuk mengikutinya.
Saka sempat ragu membawa Shilla kembali ke Rumahnya. Dikarenakan ada Sean yang menetap di rumah Mamanya. Tapi, Saka tidak bisa apa-apa. Fuchia menyuruhnya untuk membawa Shilla ke rumah setelah mendengar kalau Shilla sakit.
Entahlah. Saka rasa ini wajar. Kedekatan Mamanya dengan Shilla memang terjadi begitu singkat. Fuchia sangat menyukai anak perempuan, kerap kali ia menyuruh tetangganya untuk mampir dan berbincang dengannya.
Setiap ditanya apa alasannya, Fuchia menjawab kalau ia hanya sekedar mencari teman bicara. Selama ia menjalani perawatan di rumah, tidak ada yang sekedar mengajaknya mengobrol. Saka dan Sean sibuk bersekolah dari pagi hingga sore. Bahkan bisa sampai malam.
Bi Marti juga tidak tinggal dirumahnya. Dulu, ia menyuruh Bi Marti untuk tinggal menemani Saka yang bertempat di rumah sepeninggal Almarhumah Oma. Saka mengerti. Ternyata benar, ia sudah terlalu membuat susah Mamanya. Tidak tahu lagi jika mendiang sang Oma masih hidup, mungkin Saka akan lebih merepotkan beliau.
Saka cukup berterima kasih pada Shilla. Gadis yang kini menjadi pacarnya itu sudah mau membantunya untuk berubah. Walau belum sepenuhnya.
Shilla melihat Sean yang sedang duduk di sofa dan melihat televisi dengan santai. Namun Saka tiba-tiba makin mengeratkan genggamannya, Shilla dibuat bingung di belakangnya. Ada apa dengan cowok ini?
Shilla tersenyum canggung saat Sean menoleh menatap mereka berdua. “Kak,” sapa Shilla mencoba ramah. Tetapi senyum itu menghilang seketika karena ia menubruk tubuh Saka yang berhenti mendadak.
Shilla meringis, ia mengusap dahinya yang terasa sedikit pening. Shilla terkejut, Saka menurunkan tangannya. Lalu cowok tampan itu mengusap dahinya dengan lembut dan teratur.
Saka meniup kening Shilla pelan, “Masih sakit?” tanya Saka kepada Shilla dengan masih sibuk meniup.
Shilla meneguk ludahnya dengan sulit, wajah Saka yang menawan ini terlalu dekat dengannya. Apalagi masih ada Sean di sana, yang Shilla yakin masih mengamati dirinya dengan Saka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Boyfriend [COMPLETED]
Teen Fictioncover by @itskarrin "Tolong...., Tolong. Jangan buat gue tersiksa." Mari kita bercerita. Bagaimana perasaanmu ketika kau harus berpisah dengan orang yang meski sangat kamu sayangi? Tidak ada toleransi. Tidak ada waktu memperbaiki. Tidak ada lagi kes...