Firts Love 1.1

1.1K 117 7
                                    

Setelah Adinda pergi meninggalkan Yura,kini kakinya melangkah pada sebuah tempat yang beberapa minggu lalu ia datangi bersama Yura.
Minimarket. Ya,minimarket dekat pesantren lah tujuan Adinda saat ini.

"Aku harus membeli banyak bahan untuk hasil akhir yang sempurna,"

Jika saat ini Adinda berada di minimarket,Yura sedang kebingungan mencarinya. Sungguh persahabatan yang aneh.

"Assalamualaikum,apa kau melihat peliharaanku yang lugu dan polos itu?" Tanya Yura pada beberapa santri wati yang tengah berada di depan masjid pesantren.

"Waalaikumsalam,"

"Sejak kapan kau memelihara hewan?" Celetuk seseorang yang baru saja keluar dari masjid tersebut.

"Kau lagi kau lagi," cetus Yura malas.

"Kami tak tau Yur,maaf. Kami permisi dulu" pamit segerombolan santri wati itu.

"Arghh kemana perginya onta polos itu?" Lirih Yura. Bahkan semut pun tak mendengar monolognya tadi. Namun hal ini tak berlaku pada telingan lelaki yang berada di depannya saat ini.

"Sejak kapan ada onta di sini?aku tak pernah melihatnya,"

"HEI TEMBOK BISU!JIKA KAU TAK TAU,DIAMLAH. JANGAN MEMBUAT OTAKKU INI TAMBAH PUSING!"

"Aku hanya bertanya. Itu saja otakmu sudah pusing?daya ingatmu lemah ya,gadis bernyali"

"KAU DIAM ATAU AKU GAMPAR SEKAR-"

"Din,belanjaanmu banyak sekali,"
"Kau dari mana?"

Mendengar suara sapaan beberapa santri wati pada sahabatnya dari arah belakang Yura berdiri,Yura segera menurunkan tangannya yang sudah siap mendarat di pipi tirus Yoongi. Sontak saja,Yura menghampiri beberapa santri wati itu.

"Untung,ada pengecoh pikirannya. Kalau tidak,hari ini aku akan terkena gamparan maut"

Yura yang hampir sampai pada titik tujuannya,tiba tiba terhenti begitu saja. Seperti tengah menemukan harta berlimpah.

"AKU PASTI AKAN MENGGAMPARMU!INGAT PERKATAANKU INI TEMBOK BISU!"

"T E R S E R A H!"

Kini,Yoongi yang berjalan menjauh dari tempat ia berdiri. Begitupun dengan Yura yang melanjutkan aktifitas berjalannya menjumpai Adinda.

"Hei nona," sapa Adinda dikala ia tengah kerepotan membawa banyak sekali kantung plastik ditangannya.

"Hei nona hei nona,bertemu itu mengucap salam. Bukan dengan sapaan aneh begitu," cetus Yura.

"Assalamualaikum nona"

"JANGAN SEBUT AKU NONA!AKU BENCI KATA ITU,"

"Jawab dulu salamku," pintanya dengan nada manis.

"Waalaikumsalam."

"Gitu atuh dari tadi,yuk ikut aku." Ajak Adinda sembari menarik tangan Yura.

"YA!YA!KAU INI INGIN MEMBAWAKU KEMANA?LEPAS TANGANKU. AKU BISA BERJALAN SENDIRI!AKU INI MANUSIA,BUKAN HEWAN. MAEN SEENAK JIDAT DI TARIK TARIK!"

Yura yang kesal,segera berjalan mendahului Adinda yang masih repot dengan kantung belanjaannya. Tapi tunggu,"Hey onta. Kita ini mau kemana?belok kiri saja ya. Lebih baik aku kembali ke kamar,daripada ikut denganmu yang tanpa tujuan." Cetus Yura untuk kesekian kalinya.

Adinda menghela napas panjang. Ia berjalan menyusul Yura yang mendahuluinya. "Kau ini bisa tidak jangan jutek?kita belok ke arah kanan," ajak Adinda.

"Arah kanan itu dapur pesantren. Untuk apa kesana?"

•••

SANTRI BIGHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang