"Sudah,mari kita makan saja!" Tegas Namjoon yang sudah berdiri dan berjalan menuju dapur pesantren yang diikuti oleh ketiga temannya.
Sesampainya mereka di dapur pesantren mereka melihat hanya tersisa 2 kursi saja. Itupun tanpa meja. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan berdiri saja. Tak lama dari itu Ustadz Sejin melihat mereka, langsung menoyor kepala keempat pria itu.
"Asu rek!"
"Anjing!"
"Woy kampang!"
"Masyaallah cantiknya!"Ucapan itulah yang spontan mereka lontarkan sehingga membuat Ustadz Sejin mengelus dada hingga perutnya.
"Astaghfirullah! Itu mulut licin ya, tadi subuh minum oli atau gimana?" Tanya Ustadz Sejin tak habis pikir kelakuan mereka belum sepenuhnya berubah.
"Tadi subuh sepertinya aku bukan minum oli. Tapi molto pewangi." Ujar Jimin santai sembari memakan tempe oreknya.
"Ya begini bunda jika sejak dini diberi asupan endors." Sahut Hoseok tanpa dosa.
Jimin menaruh piringnya di lantai, menjilati jari jarinya yang kotor karena makanannya lalu menarik kerah baju Hoseok pelan. "Tangan kosong kalau berani!"
"Sudah roma, cukup sekali saja aku pernah merasa ditonjok kamu." Jawab Hoseok bernada.
Ya beginilah kelakuan sehari hari mereka. Dramatis. Calon aktor mah bebas.
Ustadz Sejin tersenyum miris melihat anak didiknya semakin hari semakin banyak saja adegan tak terduga. Ia jadi berpikir, apa ada Ustadz tambahan untuk pelajaran Drama?
"Kalian tonjok saja saya, saya mohon. Saya sudah pusing dengan kalian." Ustadz Sejin angkat bicara sekaligus memindahkan tangan Jimin di kerah Hoseok, menjadi di kerah bajunya.
"Ayo tonjok, ayo!" Suruhnya sembari menunjukkan wajah melas dramatis.
Dengan sigap, Jimin melepaskan tangannya dari kerah baju Ustadz Sejin.
"Ustadz, aku dan Hosen just kidding saja."
"Bercanda kalian itu bisa membuat tekanan darah saya meninggi tiap detiknya!"
Entah kapan Seokjin mengambil air, namun tiba tiba ia datang menyodorkan segelas air putih pada Ustadz Sejin. "Minum dulu tadz, siapa tahu bisa sedikit tenang."
Tak lama, Ustadz Sejin mengambil air tersebut dan meminumnya dengan beberapa teguk saja. "Terimakasih."
Seokjin hanya membalas dengan anggukan saja.
"Hei kamu!" Ustadz Sejin mengalihkan pandangannya pada Namjoon yang sedari tadi melihat kearah luar dapur pesantren.
Seperkian detik kemudian, Namjoon menoleh pada Ustadz Sejin.
"Buat aku tersipu, buat ku malu malu." Timpal Jimin dan Hoseok bersamaan.
Ustadz Sejin semakin geram. Tak tinggal diam, ia melepas sendal jepit yang di gunakan dan hendak ia lempar pada kedua biang onar itu. Namun sayang, mereka berdua telah mengeluarkan jurus legend. Yaitu "Ayo hitung,"
"Satu,"
"Dua,"
"Ti- Lariii!""AS-TAGHFIRULLAH!" Ujar Ustadz Sejin yang hampir saja lepas kontrol.
"Asu!" Sahut Namjoon dengan santai namun ada penekanan.
Ustadz Sejin dan Seokjin sama sama terkejut atas lontaran Namjoon.
"Kenapa? Bukankah kata elok itu yang ingin Ustadz lontarkan? Itu sudah saya wakilkan." Ujarnya santai untuk kedua kalinya.
"Tidak begitu konsepnya Joonaedi!" Geram Seokjin sembari menoyor kepala Namjoon pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANTRI BIGHIT
FantasiBigHit : Batas Wilayah Putra Kisah ke tujuh laki-laki yang jauh dari kesehatan rohani. Minimalisnya keimanan membuat mereka jauh dari agama. Namun justru karena kisah mereka yang berbeda mereka dipertemukan satu sama lain dengan cerita yang unik. Ba...