Dihadapan cermin, sesosok pria tampan tampak memastikan penampilannya
sebelum berangkat menjemput sang pujaan hati. Kemeja biru muda dipadukan dengan celana jeans biru gelap tampak sangat pas membalut tubuh proposionalnya. Rambut lurusnya yang tampak sudah mulai panjang, disisir rapi mengikuti bentuk alaminya."Mau pacaran ya lo, Bang? Wangi banget!" Tanya seorang pemuda yang berstatus mahasiswa semester akhir itu bertanya pada sang kakak.
"Tuh tau!" Jawab Julian yang kini sudah selesai berdandan.
"Pulangnya bawain martabak telor dong, bang! Di langganannya mbak Mona itu."
"Berangkat aja belum, udah dititipin, Vin." Protes Julian pada sang adik.
"Lagian gue ditinggal sendirian di kontrakan. Kan aku kesepian, sayang." Jawab Arvin dengan kesan sok imut namun berakhir dengan lemparan sekotak rokok dari Julian padanya.
"Najis lo, Vin! Makanya jangan LDR mulu biar bisa pacaran! Lagian lo pacaran apa SLJJ, sih? Jauh mulu." Ledek Julian.
"Eh Bang, apa gue samperin aja ya, si Dara?" Ide gila Arvin untuk mendatangi kekasihnya mulai muncul.
"Lo, jangan aneh-aneh! Jakarta-Surabaya tuh bukan kaya Depok-Cibinong! Tungguin long weekend, lah! Lagian orang bulan depan mau sidang, Dara lah yang harusnya kesini." Julian sungguh tak habis pikir dengan ke'bucin'an sang adik.
"Ah... yaudahlah! Pokoknya gue titip martabak telor langganan kakak iparku yang cantik."
"Bawel!"
"Awas kalo nggak lo beliin! Gue bilang langsung sama mbak Mona." Ancaman dengan membawa nama Mona memang jadi ancaman terampuh untuk Ian.
"Lagian lo tumben nggak keluar kek sama Kevin? Biasanya juga ngecengin cewek-cewek di kafenya si Jay?" Ian mengernyitkan dahinya bingung.
"Kevin kan masih KKN, bang? Gimana sih, lo? Makanya jangan pacaran mulu. Temen kontrakan dilupakan. Cuih!" Jawab Arvin dengan wajah mengejek.
"Ah, berisik jelly 500an. Ya udah, ke tempatnya si Jay aja, nanti gue susulin." Perintah sulung keluarga Irwandy itu.
Dari rumah kontrakannya, Julian memacu motor kesayangannya menuju rumah Ramona yang kurang lebih hanya membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit. Jalanan yang cukup lengang siang ini, seakan amat mendukungnya untuk melepas rasa rindu pada kekasihnya itu. Walaupun kemarin malam mereka baru saja bertemu, namun itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lebih dari satu minggu mereka tidak bisa bertemu karena urusan pekerjaan masing-masing.
Sesaat setelah Julian sampai di rumah Mona, ia disambut oleh asisten rumah tangga keluarga Mona yang sedang menyiram jalanan depan rumah mereka, "Eh, ada mas Ian. Mbak Mona masih sarapan di dalam, mas. Monggo, masuk aja."
"Makasih ya, mbok."
Setelah melepas helm serta jaketnya dan meletakkannya di atas motor, Julian masuk ke dalam rumah kekasihnya yang bisa dibilang sangat layak itu mengikuti mbok Yem. Melihat Mona yang sedang asyik menyiapkan sarapan di dapu, Julian tersenyum kecil membayangkan bagaimana kelak setiap pagi gadisnya itu akan memasakkan sarapan untuknya dan anak-anak mereka.
"Hey! Kamu kok udah dateng, Bang? Udah sarapan belum? Sarapan bareng aku, ya?"
"Kamu masak apa sih, yang?" Julian mengambil posisi di kursi bar yang menghadap langsung ke Mona.
"Bubur ayam, sama nyiapin sop buat siang. Kita siang makan disini aja, ya?" Tawar Ramona.
"Ya boleh, kamu kan udah masak juga lagian. Kalau nggak ada yang makan kan sayang." Kekeh Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanfictionHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...