Sudah beberapa waktu terlewati semenjak pertengkaran Mona dan Julian di mobil hari itu. Walaupun mereka sudah saling meminta maaf, namun entah mengapa di hati keduanya masih ada sesuatu yang terasa mengganjal. Penyelesaiaan masalah itu rasanya bagi mereka hanya seperti menyingkirkan kerikil kecil di jalan berbatu. Hubungan mereka sekarang bahkan malah terasa sedikit merenggang.
"Hai, Mon! Lama nunggu, ya?" Sapaan seorang pria berkemeja biru muda itu membuat perhatian Mona teralih.
"Siang, pak Nathan." Gadis itu tak bersemangat menjawab Jonathan.
"Kaku banget sih sama gue, Mon?" Pria itu menyilangkan tangannya menatap Mona sambil bersandar di kursi kebesarannya.
"Saya cuma berusaha tetap profesional, pak." Gadis itu memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Ini final agreement sama bukti transfernya." Jonathan menyerahkan sebuah map pada gadis itu.
"Terima kasih, pak." Jawab Mona dingin.
Pria itu menatap miris pada gadis yang duduk di seberangnya itu, "Mon, gue nggak tau sih kenapa lo kesannya nggak suka banget sama gue."
Kata-kata Jonathan otomatis membuat perhatian Mona teralih padanya.
"Tapi, apa mungkin karena gue temennya Elo?" Pria itu berusaha menerka.
Kedua netra gadis itu mengerjap singkat memahami maksud pria bersuara bass itu. Seketika ia menyadari bahwa sepertinya sikap dingin yang ditunjukkannya pada Jonathan selama ini sedikit berlebihan. Apalagi ia seperti sangat tidak menghargai pria itu walaupun dia adalah klien sekaligus teman kakaknya sendiri,
"I'm so sorry kalau kesannya saya rude banget selama ini, pak. It's my fault." Mona membungkuk meminta maaf padanya.
"Just call me Nathan, Mon." Interupsi pria itu.
"Okay, Nathan." Ulang gadis itu.
Si pemilik nama hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil.
"But you know, Mas Elo kan nggak suka banget sama Julian. So he always ask me to meet the other guys, like his friends. Jadinya gue skeptis aja kalau ketemu temen-temennya dia, misalnya lo. Dan salah gue, karena hal itu hubungan kita jadi nggak profesional gini. I'm so sorry, Than." Jelas Mona tentang alasannya tidak menyukai Nathan.
"No, it's okay! I see, jadi lo curiga kalau gue disuruh Elo buat deketin lo?"
"Kind of that, lah." Gadis itu mengendikkan bahu samar.
Jonathan terkekeh mengetahui inti permasalahannya, "Okay, kalau itu masalahnya, lo sekarang bisa tenang. Karena Elo sama sekali nggak pernah nyuruh gue buat ngedeketin lo."
Mona kembali tersenyum tipis mendengar pengakuan Jonathan.
"Well, I guess we can be friend now, isn't it?" Pria itu mengajukan tangannya untuk berjabat.
"Let's try!" Mona membalas jabatan tangannya itu.
Mona dan Jonathan pun akhirnya untuk pertama kalinya sejak mereka pertama bertemu, mengobrol dengan santai dalam waktu yang cukup lama. Sebagian besar topik mereka memang tentang pekerjaan, namun tak lupa sesekali mereka akan membicarakan persoalan pribadi, seperti bagaimana Jonathan dan sang kakak berakhir menjadi partner di perusahaan start up milik Elo, atau bagaimana Mona dan Julian harus menghadapi ketidaksukaan Elo.
"Than, gue kayaknya harus balik sekarang, deh. Gue udah ada janji habis ini." Pamit Mona sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
"Okay, let's meet soon." Ucap pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanfictionHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...