Malam ini suasana di salah satu gedung aula mewah di pusat kota Jakarta, telah disulap menjadi sebuah lokasi pernikahan cantik yang menggabungkan unsur adat Jawa dan juga Tionghoa. Cantik dan segarnya aroma bunga berkolaborasi menyapa indra penciuman ratusan bahkan ribuan tamu undangan yang mulai berdatangan sejak pukul 6 sore tadi.
Di atas panggung pelaminan yang di dominasi warna putih dan , nampak serasi sepasang pengantin yang berbahagia diapit dengan kedua orangtua mereka masing-masing. Ya, akhirnya sejak pukul 9 pagi tadi, pasangan Raymond dan Ayu resmi melepas status mereka sebagai lajang dan menggantinya dengan gelar suami istri.
Namun sayang, di tengah rasa bahagia yang dirasakan hampir semua orang yang berada di sana, tampak dua orang yang merasa sedikit tak nyaman karena harus kembali bertemu dalam keadaan tidak siap. Terlebih lagi, mereka harus terlibat acara ini sejak sehari sebelum pernikahan karena didapuk sebagai bridesmaid dan groomsmen atau biasanya masyarakat suku jawa mengenalnya dengan mana pager ayu dan pager bagus.
"Mona!" Panggil Yohan yang baru saja datang sebagai salah satu tamu undangan.
"Hey! Kamu sendirian jadinya?" Mona yang tadinya sedang mengobrol dengan bridesmaid lain itu menyambut Yohan bersemangat.
"Ya emang mau ngajak siapa lagi? Mau ngajak kamu juga kamunya udah di sini." Kekeh pria yang tampak rapi dengan batik bodyfit warna abu-abu itu.
"Kamu mau salaman dulu apa makan dulu?"
"Salaman dulu aja, lah. Nggak enak kali baru dateng udah makan." Pria itu menunjukkan senyum pada gadis manis di hadapannya.
"Ya udah, antri dulu sana." Perintah Mona menunjuk ke arah antrian para tamu undangan yang ingin memberi selamat.
"Ih, malu dong aku naik terus foto sendirian. Sama kamu, lah!"
Mona menepuk pelan lengan Yohan sembari terkekeh melihat sikap pria itu.
"Lagian sayang kali kamu udah cantik-cantik aku nggak punya foto sama kamu. Foto berdua gitu, kita?" Timpal pria itu lagi hingga membuat Mona sedikit malu.
"Ya udah, deh. Aku anterin foto, biar nanti album nikahannya Ayu sama Raymond isinya muka aku semua."
Sementara Mona dan Yohan mengobrol dengan akrab, sepasang mata yang merasa sedikit risih menangkap setiap gerak-gerik mereka dari salah satu sudut ruangan. Hati pemilik mata itu merasa sedikit tak nyaman melihat kedua muda mudi itu tampak begitu dekat dan bahagia. Namun sayangnya pria itu tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat perasaannya lebih tenang, terlebih ia sudah tak berhak untuk mendeklarasikan kecemburuannya.
"Liatin aja terus si mbak mantan sampe copot tuh mata lo." Ledek Jayden yang bergabung dengan pria itu dengan segelas soda di tangannya.
"Siapa yang ngeliatin sih, nyet!" Julian berusaha mengelak pernyataan sahabatnya itu.
"Nggak mau balikan aja nih, lo?" Tanya pria yang mengenakan pakaian senada dengan Julian itu.
Julian hanya bisa menghela nafas berat mendengar ucapan temannya itu.
"Kejar lagi dong kalo masih sayang." Kekeh Jayden setelah menyesap minumannya itu.
"Udah happy dianya juga sama Yohan. Ngapain gue ganggu-gangguin dia lagi." Pria itu tersenyum miris.
"Hah? Emang udah jadian mereka?" Jayden menatap pria disebelahnya bingung.
"Udah kali, mana gue tau. Nempel berduaan mulu gitu." Julian menunjuk ke arah dua orang tersebut dengan ujung dagunya.
"Itu mah lo yang cemburu namanya, nyet. Orang si Selen bilang belum jadian, kok. Masih PDKT, tuh." Sanggah Jayden.
"Mana mau dia balikan lagi sama gue?" Julian mendengus pesimis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanfictionHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...