Rentetan nafas berat dihembuskan oleh Mona seiring dengan pesannya yang tak kunjung di balas oleh Julian. Gadis itu menunggu sang kekasih yang berkata akan sampai di rumahnya dalam 30 menit. Namun sayang, setelah hampir satu jam berlalu, sang kekasih masih belum kunjung sampai dan membuatnya sedikit khawatir karna tak biasanya kekasihnya itu terlambat datang begitu lama. Apalagi di luar langit tampak sangat gelap walaupun hujan masih belum jatuh.
"Lo ngapain sih, dek?! Mondar-mandir aja lo?!" Tanya Joshua yang sedang duduk santai sambil menonton netflix di atas sofa ruang keluarga mereka.
"Nungguin Bang Ian, mas." Jawab Mona gusar.
"Kan bisa sambil duduk? Lo bisulan emangnya?" Sindir Joshua sambil menarik sang adik agar duduk dengan tenang di sampingnya.
Mona yang risih pun akhirnya menjatuhkan bokongnya di atas sofa berdampingan dengan kakaknya.
"Lo sama Ian mau keluar memangnya?" Walaupun sedang bertanya pada sang adik, mata Joshua tetap berfokus pada layar televisi.
"Nggak sih, mau di rumah aja. Mumpung mas Elo lagi ke luar kota, kan." Mona dengan polosnya menjawab.
Joshua hanya bisa terkekeh pelan untuk menyembunyikan rasa kasihannya pada Mona yang tak kunjung mendapat restu dari Elo.
"Mas..." Tiba-tiba Mona menyandarkan kepalanya pada Joshua dan menghela nafas berat.
"Kenapa, dek?"
"Kenapa sih, mas Elo tuh kayaknya nggak sukaaaa... banget sama Bang Ian?" Tanya Mona memelas.
Joshua tersenyum miris meresapi pertanyaan sang adik. Jujur saja, ia memang kasihan pada Mona dan Julian, tetapi ia tidak bisa begitu saja menyalahkan sang kakak mentah-mentah, karena ia tahu apa alasan yang mendasari Elo melakukan itu semua. Ia mungkin bisa saja memberi tahu Mona alasannya, tapi ia juga tidak bisa membuka luka lama kakaknya begitu saja.
"Mas!" Mona memukul pelan sang kakak.
"Apaan, sih?" Joshua mengelus lengannya yang sama sekali tidak terasa sakit itu.
"Mas Jo dengerin gue nggak sih?!" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal karena merasa tidak didengarkan.
"Iya..dengerin!" Iya mencubit pipi adiknya gemas hingga menimbulkan bekas kemerahan.
"Aduh! Sakit!"
"Tuh dateng tuh pangeran berkuda, lo! Sambut dulu sana!" Joshua melepaskan cubitannya begitu mendengar suara motor Julian.
"Ih, awas ya lo!" Mona melemparkan sebuah bantal ke arah Joshua kesal sebelum membukakan pintu pagar untuk Julian.
Menatap punggung Mona yang tampak sangat bahagia menyambut kedatangan Julian, entah mengapa perasaan Joshua menjadi miris. Baginya, Mona sangat berhak untuk bahagia bersama Julian. Apalagi ia tahu, Julian anak baik-baik dan sangat bertanggung jawab. Karena kalau tidak, tentunya ia akan bersikap senada dengan Elo dalam menentang hubungan mereka berdua.
"Yang, maaf ya aku telat! Hujan deres banget di kontrakan." Ucap Julian dengan wajah dan telapak tangan yang basah kuyup.
"Kamu kenapa nggak bilang, sih? Kan aku bisa jemput kamu?" Tanya Mona sembari menutup pintu pagar rumahnya.
"Nggak ah, deket ini." Jawab Julian sembari melepas satu pasang jas hujan yang dikenakannya.
"Ya tapi jadi kehujanan, kan? Sini jas hujannya aku jemurin dulu, kamu masuk aja. Ada mas Jo di dalem."
"Makasih, calon istriku." Kekeh Julian membuat wajah gadis itu panas dan memerah.
Di dalam rumah, kedua pasangan kekasih itu memilih duduk di ruang keluarga bersama Joshua yang masih asik menonton. Namun bedanya, kali ini Joshua memiliki teman mengobrol untuk membahas salah satu series tefavorit dunia itu. Apalagi, mereka berdua sama-sama penonton setia series itu, tidak seperti Mona yang lebih suka menonton drama korea yang dibintangi Park Seojoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
Fiksi PenggemarHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...