Matahari yang kelelahan di atas langit Jakarta, perlahan-lahan kini mulai turun untuk beristirahat di ufuk barat ibukota Indonesia, pertanda saatnya para pengais rejeki mulai kembali ke peraduan masing-masing setelah seharian berjuang di medan perang. Sama seperti para manusia pekerja lain, Mona pun membereskan barangnya dan bersiap-siap keluar dari kantornya agar bisa segera beristirahat. Apalagi hari ini ia harus menaiki kendaraan umum karena Julian ataupun para kakaknya tidak bisa menjemputnya hari ini.
Hari ini rasanya bisa dibilang cukup melelahkan bagi Mona, karena ia dan timnya harus menyelesaikan isi kontrak kerjasama dengan salah satu kliennya sesegera mungkin. Dia pun dengan sedikit terpaksa harus pulang dengan membawa setumpuk revisi kontrak yang sudah dicorat-coret sesuai dengan hasil kesepakatan kedua perusahaan tersebut.
Saat gadis itu akan masuk ke dalam lift menuju lobby kantornya, telepon genggamnya tiba-tiba saja berbunyi dan menunjukkan sebuah panggilan masuk dari nomor tidak di kenal. Awalnya ia cukup ragu untuk mengangkat telepon tersebut, namun karena ia khawatir itu adalah telepon penting dari salah satu klien atau kenalannya, Mona pun mengangkat telepon tersebut.
"Halo..." Sapa Mona ragu.
Dari seberang sana, suara seorang pria menyapanya lembut, "Halo, selamat sore. Ini dengan Mona?"
"Iya, betul. Ini..." Gadis itu berusaha menebak siapa si pemilik suara itu.
"Aku Yohan!"
"Yo...ah, Yohan! Iya, iya!" Sebuah gambaran sesosok lelaki muda pemilik Kafe La Vida tempo hari tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Mona masih di kantor nggak, ya?"
"Iya, nih. Kebetulan baru mau pulang. Ada apa ya?" Tanya gadis itu ramah.
"Eh, aku ada di lobby kantor kamu, nih. Mau balikin baju kamu."
"Ah, oke. Tunggu sebentar ya, aku turun sekarang." Ucapnya sambil menekan tombol lift dengan sedikit kesulitan karena membawa cukup banyak barang.
Setelah melewati delapan lantai dari ruang kerja khusus milik tim desain kreatif, gadis itu akhirnya sampai di lantai lobby. Matanya langsung saja mencari pria yang baru saja meneleponnya itu kesana kemari. Hingga akhirnya Mona mendapati sesosok pria berkemeja abu-abu yang sedang duduk tenang dengan dua buah paper bag cokelat di tangannya.
"Hai!" Sapa Mona yang melihatnya lebih dulu.
"Hai! Baru selesai kerja?" Tanya pria itu berbasa-basi.
"Iya, nih. Ngomong-ngomong sorry ya, jadi ngerepotin pakai nganterin segala. Padahal kamu chat aku aja nggak masalah, nanti aku ambil ke kafe." Ungkapnya.
"Nggak masalah, kok. Tadi aku sekalian lewat sini memang." Yohan tentu saja berbohong demi menemui gadis incarannya tersebut.
"Thank you, ya." Gadis itu meraih salah satu tas yang diberikan Yohan.
"Oh iya, kamu mau balik, ya? Aku anterin, ya?" Tawar Yohan sembari sebisa mungkin mencari kesempatan untuk mendekati Mona.
"Nggak usah. Aku mau naik TJ, kok." Tolak Mona karena merasa tidak enak.
"Kamu tinggal di daerah mana memangnya? Siapa tau searah sama aku." Yohan mencoba mencari cara lain.
"Daerah Cilandak. Memangnya kamu mau ke mana?"
"Kebetulan aku mau ke..Fatmawati! Bareng aja, yuk! Lagian barang kamu juga banyak, nih. Kasian kamu mepet-mepetan di dalam bis." Rayu Yohan.
"Uhm... beneran nih aku nggak ngerepotin?"
Yohan mengangguk.
"Ya udah deh, aku numpang, ya?" Dengan sedikit pertimbangan, akhirnya Mona pun menyetujui tawaran Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanfictionHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...