Dalam hingar bingar sebuah kafe yang dipenuhi anak muda Sabtu malam ini, Ramona tampak cukup sibuk membantu beberapa pegawai di sana untuk melayani para pelanggan. Walaupun ia tidak bekerja di tempat itu, baginya lebih baik disibukkan dengan membantu para pegawai yang tampak sedikit kewalahan menangani tamu-tamu malam ini daripada harus menunggu Julian yang masih belum selesai rapat dengan salah satu kliennya.
"Meja 3 atas nama kak Wanda? Pesanannya 2 cheesecake regal, 1 carbonara fettuccini, 1 affogato, 1 strawberry milkshake, sudah lengkap semua, ya?" Mona meletakkan 2 buah dessert dan memastikan pesanan di meja itu sudah lengkap.
"Iya, mbak. Terima kasih."
"Terima kasih, selamat menikmati, kak." Ucap gadis itu ramah.
Setelah ia memberikan struk kelengkapan di kasir, seorang pria dengan kaos hitam yang berdiri di salah satu sudut ruangan memanggilnya keheranan, "Mon, lo ini tamu gue, kenapa jadi bantuin anak-anak, sih?"
"Ya gimana lagi Bang Jay, daripada nungguin bang Ian. Lama banget." Gadis itu menghela nafas berat.
"Nah, tuh yang ditungguin baru beres!" Pria yang akrab dipanggil Jayden ini menunjuk sekumpulan orang yang saling berpamitan baru saja keluar dari salah satu ruangan private di kafe itu.
"Eh, sorry lama banget nunggunya, ya?"
"Sampai cewek lo selesai probation di kafe, nih." Ledek Jay pada kakak tingkat sekaligus sahabatnya itu.
"Gimana? Lolos nih pak saya probationnya?" Timpal Mona.
"Emang nih berdua cocok banget kalo nyindir gue." Ucap Julian sambil mengelus dadanya pasrah.
"Ya udah, kebelakang yuk. Biar ini diurusin sama anak-anak." Jay mengajak mereka menuju basecamp yang ada tepat di belakang kafe miliknya itu.
Di rumah milik Jay itu, sudah ada Arvin, dan Raymond, sahabat Julian sekaligus kakak Kevin yang sedang asyik menonton film sambil menikmati pizza dan french fries dari kafe milik Jay. Ya, rumah Jayden inilah yang telah menjadi basecamp sekaligus saksi persahabatan mereka sejak duduk di bangku perkuliahan.
"Aduh kakak iparku yang cantik dari mana aja? Lama banget nggak ketemu! Kangen!!!" Arvin melambaikan tangannya pada Mona.
"Halo adek! Nih, titipannya siapa!" Ucap Mona sambil mengayunkan sebungkus tas kain berisi masing-masing satu kotak martabak manis dan martabak telur.
"Wih, asik!" Arvin langsung meninggalkan Raymond menuju dapur tempat Mona berada.
"Tumben gak ada Kevin, dek. Kemana dia?" Tanya Mona yang sibuk menempatkan makanan ke dalam piring.
"KKN mbak, ke daerah Sleman sana." Jelas Arvin.
"Paling dia pulang-pulang bawa pacar tuh." Tebak gadis itu.
"Dia kan emang satu tempat KKN sama gebetannya, mbak." Arvin terkekeh menanggapi Mona.
"Tuh, kan! Aku tuh tau banget tahap-tahap percintaan seumur kalian," ucap Mona bangga sambil menyodorkan martabak, "Nih, bawa sana buat rame-rame."
Arvin menangguk semangat sambil membawa dua piring makanan favoritnya itu ke ruang tengah, tempat mereka biasa berkumpul.
Suasana rumah Jayden yang nyaman, sejuk, dan rapi, memang pantas menjadikan tempat ini sebagai tempat berkumpul mereka. Apalagi, di rumah ini teman satu angkatan Mona itu hanya tinggal berdua bersama Selena, kekasihnya. Ya, mungkin terdengar sedikit melanggar norma bagi masyarakat Indonesia, tapi Jayden dan Selena tidak ambil pusing dengan hal itu. Apalagi Jakarta adalah kota besar, bukan hal tabu lagi bagi banyak kaum muda seusia mereka untuk tinggal bersama kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanfictionHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...