Elo menghela nafas frustasi, menghadapi kenyataan pahit yang tak pernah di duganya. Ia merasa bersalah pada Mona karena harus mengenalkan Jonathan sialan itu padanya hingga harus menjadi korban pelecehan seksual. Sungguh di dalam hatinya ia amat menyesal dan ingin sekali memutar ulang waktu agar tak pernah mengajak pria itu untuk jadi partner bisnisnya.
"Mas El... ngapain di sini?" Mona yang baru saja bangun dengan samar melihat wajah sang kakak dengan aneh.
"Kamu udah bangun? Minum dulu, gih." Elo membukakan sebotol air mineral untuk Mona.
"Mas memangnya nggak kerja?" Gadis itu berusaha bangkit dan duduk.
Pria itu menggeleng pelan, "Kamu pusing nggak?"
"Dikit, sih. Mas kok nggak kerja, sih?" Tanya Mona pada Elo yang duduk di tepi ranjangnya.
"Kamu semalem kemana, dek?" Elo menatap adiknya itu sedih.
"Kemana?" Gadis itu mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat, "Makan sama Jonathan, terus... ke club..?"
Elo memeluk adiknya erat-erat dan mengusap punggungnya lembut, "Harusnya dari awal bukan cowok brengsek itu yang aku kenalin ke kamu."
"Mas El kenapa, sih?" Mona yang masih bingung dengan sikap sang kakak, perlahan berusaha melepas pelukan mereka.
Elo mengambil ponselnya dan membuka kamera depan untuk ditunjukkan pada Mona.
Mona melihat leher, pundak dan dadanya yang dipenuhi bercak merah, "Mas... ini aku.. siapa―"
"Jonathan semalam... dia hampir.. Ahhh!" Elo yang tak sanggup melanjutkan kata-katanya, mengusap wajahnya frustasi.
Mona yang mulai mengingat potongan-potongan kejadian semalam, perlahan mengalirkan air mata, "Mas.. aku..."
"Maafin aku, dek. Harusnya dari awal aku nggak pernah biarin dia buat kenal kamu." Elo tak sanggup menahan tangisnya melihat tubuh adik perempuannya yang masih dipenuhi tanda kemerahan.
Tubuh kurus Mona memeluk sang kakak yang masih menangis dengan erat, "Mas... udah ya, jangan di bahas lagi. Aku..takut..."
"Mona, maafin aku.. Aku kakak yang nggak becus! Aku nggak bisa jagain kamu dengan baik." Elo membalas pelukkan sang adik erat.
"Mas... udah dong! Jangan salahin diri mas Elo sendiri..." Ia mengusap kepala sang kakak lembut.
"Ini memang salah aku, Mon. Harusnya dari awal aku nggak maksa kamu untuk terus putus sama Julian."
"Mas... aku tahu mas Elo cuma mau yang terbaik buat aku." Mona melepas pelukkan mereka dan mengusap air mata pria itu lembut.
"Nggak, Mon. Dari awal aku cuma nggak bisa ngeikhlasin apa yang terjadi sama aku dulu. Aku cuma jadiin kalian pelampiasan aja!" Ujarnya penuh sesal.
Mona mengahpus air matanya dan menatap sang kakak kebingungan, "Mm..maksud mas El apaan?"
Elo menarik nafas panjang dan menghelanya berat. Rasa bersalahnya bahkan membuatnya tak berani menatap mata sang adik. Seluruh memorinya tiba-tiba membawa pria itu kembali mengingat kenangan manis sekaligus pahit yang membuatnya hingga kini masih belum ingin mencari kekasih lagi.
"Kamu inget nggak, waktu kita pindah dari Jakarta ke Semarang waktu kamu SMP?"
Mona mengangguk mengiyakan.
"Dulu papa bilang, kita pindah ke sana karena pindah tugas, kan? Mungkin kamu nggak tahu selama ini, tapi ucapan papa itu bohong. Papa di PHK waktu itu karena kantornya hampir pailit." Pria itu meraih tangan Mona dan menggenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
FanficHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...