▪︎05

170 22 3
                                    

Langit Jakarta malam ini tampak cukup cerah untuk ukuran musim hujan. Namun sayang, suasana hati Mona terlampau mendung untuk suasana malam secerah dan seindah ini. Hal ini tentu saja bukan terjadi serta merta tanpa alasan yang jelas. Mona yang tadinya bersemangat untuk menemui perwakilan dari perusahaan klien barunya, tiba-tiba berubah menjadi kesal dan tidak bersemangat karena orang tersebut adalah orang yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Hai, Ramona. So glad to meet you here. Jadi kamu perwakilan dari ReSolution yang akan handle kantor saya?" Pria yang cukup familiar itu berdiri dan menyambut gadis itu serta rekannya.

Gadis itu hanya tersenyum kecil sambil mengangguk pelan menutupi ketidak sukaannya.

"What a coincidence, ya? Silahkan, duduk dulu."

"Terima kasih, pak." Jawab Winnie, rekan sekaligus junior Mona di kantor mereka.

"Oh, iya. Perkenalkan. Saya Jonathan, general affair manager dari PT. Peponi." Pria itu mengulurkan tangannya pada Winnie.

"Saya Winnie, pak."

"Ramona, kita nggak usah kenalan lagi, ya. But i hope, kita bisa bekerjasama." Kekeh Nathan sambil berganti mengulurkan tangannya pada Mona.

"Oh iya, pak Jonathan. Sesuai dengan kesepakatan awal yang sudah kamu kirim melalui email, kami sudah membawakan proposal dan juga penawaran yang paling tepat untuk PT. Peponi. Silahkan dilihat dulu, pak." Winnie menyerahkan sebuah map berisi tumpukkan kertas proposal dan penawaran.

"Okay, ini saya bawa dulu ya supaya bisa di review sama pimpinan saya."

"Baik, pak."

Setelah memakan waktu kurang lebih satu jam, Winnie dan Mona akhirnya selesai menjelaskan panjang lebar tentang konsep singkat yang akan dipakai untuk kontrak periklanan dari perusahaan tempat Jonathan bekerja. Pasca mencapai kesepakatan untuk rapat selanjutnya, kedua gadis itupun berpamitan untuk bisa segera kembali ke kantor karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus mereka selesaikan.

"Ehm... mbak Mona..." Panggil Winnie sambil melajukan mobilnya ke arah kantor.

"Kenapa Win?"

"Mbak Mona udah kenal sama pak Jonathan lama?" Tanya Winnie berusaha sesantai mungkin.

"Cuma sekedar tau aja kok, Win. Kenapa sih?"

"Aku kira pak Jonathan tuh mantannya mbak Mona. Soalnya bete banget mukanya mbak Mona tadi." Kekeh gadis itu canggung.

"Nggak lah, Win. Gue tuh kalau putus sama mantan-mantan gue dulu pasti selalu putus baik-baik." Mona tersenyum sambil menurunkan sandaran kursi mobil Winnie.

"Tapi, mbak. Sorry ya kalau aku agak gengges, nih. Tapi tadi dari gerak-geriknya pak Jonathan, kayaknya dia tertarik deh sama Mbak Mona."

"Win, ganti topik aja, yuk."

"Eh, sorry ya, mbak. Aku nggak maksud gitu...." Gadis itu menggaruk kepalanya canggung.

"Nggak apa-apa kok, Win. Btw, mampir makan siang dulu, yuk. Di deket kantor ada kafe baru, tuh. Kayaknya enak." Ajak Mona untuk setidaknya mencairkan suasana antara mereka.

"Boleh, mbak. Aku laper juga lagian." Tentu saja gadis itu tak bisa menolak.

Melewati jarak tempuh yang tidak terlalu jauh, kedua gadis itu sampai di sebuah kafe yang masih benar-benar baru dibuka sekitar satu minggu lalu. Setelah mereka memarkirkan mobil, di sepanjang jalan menuju pintu masuk utama mereka disambut dengan berbagai papan bunga ucapan selamat yang di kirimkan para rekanan kafe tersebut. Suasana sejuk dan nyaman di sana, memberikan kesan pertama yang baik tentunya bagi Winnie dan Mona.

Falling Leaves In December Night [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang