Pagi ini Julian dan beberapa orang krunya sedang disibukkan untuk meliput serta membantu sebuah acara lelang amal yang kebetulan diadakan oleh keluarga Jesslyn. Acara ini diadakan di sebuah panti asuhan terpencil di kabupaten Bogor. Memang tak banyak orang yang mengetahui keberadaan panti asuhan ini, tapi keluarga Jesslyn sudah sejak dulu menjadi penyumbang tetap di sini.
"Julian, tante sama om senang sekali loh kamu bisa bantuin kita hari ini." Ucap wanita paruh baya yang masih tampak awet muda itu.
"Saya juga senang kok bisa bantu-bantu di sini, tante." Balas Julian ramah.
"Oh iya, kamu setelah putus sama Jes udah punya pacar lagi belum? Ini Jesslyn kan belum ngenalin orang lain lagi nih ke om sama tante. Siapa tau aja, masih ada kesempatan. Iya kan, pi?" Wanita itu menyenggol lengan sang suami.
"Iya, bener nih! Jes nggak pernah bawa cowok lain ke rumah. Apa jangan-jangan kalian... balikkan ya?" Goda ayah Jesslyn itu.
"Ih, mami sama papi apaan sih! Isinya ngegosip terus!" Ucap Jesslyn malu.
"Loh, mami sama papi nggak ngegosip, Jes. Kan papi cuma tanya." Elak pria itu.
"Ya udah ya, mi, pi. Jesslyn, Julian, sama yang lain balik dulu. Nanti ketemu di rumah, ya." Pamit gadis itu pada orangtuanya untuk menghindari pertanyaan serta gosip-gosip yang dibuat mereka.
Sebelum benar-benar kembali ke Jakarta, Julian dan Jesslyn mampir untuk makan di sebuah restoran di dekat sana. Sementara para kru lain, harus segera menuju lokasi lain yang masih di bilangan Bogor untuk bertemu dengan klien yang ingin memesan jasa foti pre wedding pada studio mereka.
Suasana kafe yang bertemakan outdoor ini tampak mulai dipadati oleh para pengunjung yang rata-rata adalah pegawai kantoran karena waktu pun sudah mendekati jam makan siang. Setelah memesan beberapa makanan favorit, Jesslyn yang menangkap ekspresi berbeda pada mantan kekasihnya itu mulai memberanikan diri membuka obrolah me arah hal pribadi.
"Kamu belakangan kayak nggak fresh gitu, sih? Kenapa? Ada masalah sama Mona?" Tanya Jesslyn santai.
Julian menggeleng pelan, "Gue udah putus sama Mona, Jes."
"Hah? Kok bisa?! Sorry, i mean... what happen?" Gadis itu masih menatap Julian tsk percaya.
"Nggak tau juga, Jes. Mungkin guenya aja yang emang kurang pantes buat dia." Julian menghela nafas berat mengingat kejadian yang hampir genap sebulan berlalu itu.
"Ngaco aja, ah!" Elak Jesslyn pada pernyataannya.
"Ya habis gimana? Gue kerja 'serabutan', gajinya dikit, kakaknya Mona yang nggak setuju. Sekarang giliran gue banting tulang, cari duit sana-sini biar buat Mona, eh dia bilang gue terlalu asik sama kerjaan gue. Padahal dia sendiri yang bilang bakal support all of my dream." Julian tersenyum miris.
"Sekarang aku tanya deh, kamu tuh mau sama Monanya, apa kakaknya Mona?" Jesslyn menatap mantan kekasihnya serius.
"Maksudnya?" Pria itu menatap Jesslyn bingung.
"Kalo kamu emang maunya sama Mona, kenapa harus dengerin kata orang lain, sih? Relationship itu yang ngejalanin kamu sama Mona, kalau kalian udah commit to build a relationship, ya kalian berdua harusnya tanggung jawab dong buat kebahagiaan satu sama lain. You should hear her, she should hear you. Karena relationship itu dua arah, loh."
Julian hanya diam menatap makanannya sambil mendengar ucapan Jesslyn seksama.
"Oh iya, aku bukannya mau belain Mona, ya. Tapi nih, sebagai sesama perempuan, emang kita nggak perlu kok, pasangan kerja pagi sampai pagi, kayak nggak kenal waktu gitu. Kita juga butuh affection yang nyata, waktu berduaan sama pasangan, dan rasa aman." Jelas perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Leaves In December Night [FINISH]
Fiksi PenggemarHari ini malam bulan Desember. Tak ada hujan malam ini, hanya angin yang berhembus lembut dan menggugurkan daun-daun kering di atas pundakmu. Pundak tempatku bercerita, tentang mimpi-mimpi kita. Namun aku tak tahu, apakah mimpimu masih sama dengank...