Prolog

1.6K 99 1
                                    

"Pak, ada telepon dari rumah sakit," bisik Okan, personal asisten Farhan yang masuk tergesa ke dalam ruangan rapat manajemen perusahaan. Farhan menerima ponsel yang diserahkan Okan. Ia memerintahkan kepala manajer untuk menutup rapat siang itu sebelum melangkah keluar.

"Halo," sapa Farhan dengan ponsel yang menempel di telinga.

"Halo. Apakah benar anda wali dari Ibu Widya Anggita Wijaya?"

Farhan terkesiap. "Ya. Saya Farhan, suaminya. Ada apa dengan istri saya?"

"Ibu Widya sedang berada di IGD sini, Pak. Kondisi beliau sedang kritis. Bapak bisa datang kesini agar dokter bisa  menindaklanjuti kondisi Ibu Widya?"

Farhan menahan napas. Kritis?

"Baiklah. Saya segera kesana," jawab Farhan sedikit bergetar. Sambungan berakhir setelah Farhan menerima alamat rumah sakit tempat istrinya berada.

Farhan segera bergegas menuju rumah sakit yang disebutkan. Dengan langkah cepat, ia langsung menuju IGD. Ia mencegat seorang perawat yang baru keluar dari balik pintu.

"Saya suami Widya yang barusan masuk IGD. Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Farhan dengan nada panik.

"Oh. Ibu Widya masih ditangani oleh dokter di dalam, Pak. Mari ikut saya dulu untuk mengurus administrasi Ibu Widya."

Farhan bergeming, ia ingin masuk ke dalam tapi langsung ditahan oleh perawat tersebut. "Kondisi istri saya gimana, Suster? Saya harus melihatnya, dia sedang hamil," ucap Farhan frustasi.

"Tenang, Pak. Dokter akan keluar untuk memberikan penjelasan setelah  pemeriksaan pada Ibu Widya selesai. Sekarang lebih baik Bapak ikut saya ke meja administrasi."

Sedikit tak rela, Farhan akhirnya mengikuti perawat tersebut. Setelah mengurus administrasi istrinya dan melakukam pembayaran, Farhan kembali ke depan ruang IGD. Tak lama, seorang dokter wanita keluar dan segera ia hampiri.

"Dokter, bagaimana kondisi istri saya? Dia sedang hamil. Kandungannya baik-baik aja kan, Dok?" tanya Farhan beruntun. Ia benar-benar panik mengingat Widya sedang hamil muda.

"Anda suami Ibu Widya?" tanya sang dokter tenang. Farhan langsung mengangguk.

"Ibu Widya sudah melewati masa kritis. Tadi pasien mengalami pendarahan cukup banyak. Alhamdulillah, kandungannya baik-baik saja. Kondisi janinnya sehat. Ibu Widya sudah bisa dipindahkan ke kamar inap. Tapi, Ibu Widya masih belum sadarkan diri. Kemungkinan karena tubuhnya masih syok. Nanti kami pantau lagi kondisi beliau."

"Terima kasih, Dokter. Saya sudah boleh lihat ke dalam?"

"Silakan. Kalau begitu saya permisi."

Setelah si dokter berlalu, Farhan melangkah masuk ke dalam IGD. Matanya berpendar mencari keberadaan Widya. Setelah ketemu, ia melangkah menuju ranjang pasien paling ujung. Disana, Widya terbaring dengan mata terpejam. Batin Farhan mencelos saat melihat wajah pucat sang istri.

Farhan meraih tangan Widya dan menggenggamnya dengan lembut.

"Kamu berhasil membuatku ketakutan, Sayang," gumam Farhan lirih.

Widya terbangun setelah dua hari tidak sadarkan diri. Dan sejak itu pula, kehidupan pernikahan Farhan dan Widya berubah 180°.

Agustus 2019

Zitidi

Pilar HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang