1. Ingatan yang kembali

1.1K 96 1
                                    

Mata yang tertutup sejak dua hari lalu perlahan terbuka. Kelopaknya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dalam penglihatannya. Setelah mampu melihat dengan jelas, tampak langit-langit berwarna putih dengan sebuah lampu yang menyala terang.

"Alhamdulillah. Akhirnya kamu sadar. Kita tunggu dokter untuk memeriksa kamu, ya." Farhan yang setia menunggu di samping ranjang pasien segera menekan tombol untuk memanggil dokter ketika menyadari wanita yang tengah terbaring di ranjang mulai membuka mata.

Tak lama kemudian, seorang dokter dan dua orang perawat yang mengikutinya masuk ke dalam kamar inap yang mereka tempati. Farhan membiarkan dokter memeriksa. Ia memilih menghubungi Papi Elang untuk mengabari bahwa putrinya sudah sadar. Papi sangat bahagia dan mengatakan akan langsung menuju rumah sakit setelah rapat di kantor berakhir.

"Bagaimana kondisi istri saya, Dokter?" Farhan bertanya setelah melihat dokter berhenti memeriksa.

"Sejauh ini kondisi Ibu Widya sudah stabil. Begitu pula dengan kondisi janin. Tetapi kami masih perlu melakukan beberapa tes untuk mengetahui secara pasti kondisi Ibu dan janinnya. Saat ini, yang dibutuhkan Ibu Widya ialah banyak istirahat."

"Terima kasih, Dokter."

Setelah dokter dan dua perawat itu keluar, Farhan menoleh ke arah Widya yang menatapnya bingung. Farhan tersenyum.

"Papi akan datang sebentar lagi. Kamu butuh sesuatu? Minum mungkin?"

"Farhan.." Farhan yang sudah beranjak untuk mengambil minum berbalik karena panggilan lirih Widya.

"Ya?"

"Raka.." ucap Widya lirih.

"Hah?" Farhan bergeming, tidak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Raka. Dia baik-baik saja, kan?"

Farhan terpaku saat satu nama itu keluar dari bibir istrinya. Mendengar ucapan Widya, membuat otaknya berpikir cepat. Widya tidak pernah menyebut ataupun mengingat nama Raka selama dua tahun terakhir sejak ia dinyatakan mengalami amnesia. Jadi, hanya satu kesimpulan yang ia dapat. Ingatan Widya yang hilang sejak dua tahun lalu telah kembali.

Farhan kembali menekan tombol untuk memanggil dokter untuk membuktikan dugaannya tersebut.

Farhan tidak tahu apakah harus bersyukur atau takut menghadapi kenyataan ini. Tentu saja ia bersyukur jika Widya dapat kembali mengingat masa lalunya. Namun, apa yang terjadi bila ingatan selama dua tahun ini yang dilupakan Widya? Masalahnya, mereka menikah saat wanita itu dalam masa hilang ingatan. Bagaimana jika Widya tidak bisa menerima status mereka yang sudah terikat pernikahan? Hal yang ditakutkannya ialah jika Widya akan meminta pisah setelah tahu mengenai hubungan mereka yang telah menjadi suami istri. Farhan mau saja menyetujui hal itu jika situasinya tidak rumit seperti sekarang.

"Farhan.." Suara lemah Widya menyadarkan Farhan dari racauan pikirannya sendiri. Ia masih diam menatap Widya, tidak tahu harus merespon apa atas pertanyaan istrinya tadi.

Derit suara pintu yang terbuka mengejutkan mereka berdua. Papi muncul dibalik pintu. Beliau terlihat sangat bahagia mengetahui putrinya mampu melalui masa kritis dan kembali sadar.

"Kesayangan Papi akhirnya sadar juga. Bagaimana perasaanmu? Apa masih sakit? Ah, tentu saja sakit. Maafkan Papi baru datang, ya." Papi memeluk erat Widya yang heran melihat papinya bersikap berlebihan. Setahunya, Papi adalah orang yang paling dingin, bahkan terhadap anaknya.

"Aku baik-baik saja, Pi." Jawaban Widya membuat Papi mendesah lega.

"Syukurlah," gumam Papi.

"Pi, gimana keadaan Raka? Kami berdua kecelakaan. Dia sudah sadar juga, kan?" tanya Widya beruntun, tak memperhatikan kalau raut wajah papi sudah berubah ketika nama Raka disebut.

"Apa yang kamu bicarakan, Sayang? Nggak ada Raka. Kamu sendiri yang jatuh pas nyebrang jalan," jelas papi setengah bingung. Farhan yang paham kebingungan mertuanya segera membawa papi keluar ruangan itu, meminta Widya untuk istirahat.

"Kenapa Widy bisa menanyakan Raka? Darimana dia tahu tentang—" Papi menghentikan ucapannya ketika menyadari sesuatu. Beliau menoleh pada Farhan yang dibalas anggukan oleh menantunya itu.

"Ingatan Widy sepertinya sudah kembali, Pi. Tapi aku nggak yakin Widy akan mengingat masa hilang ingatannya selama dua tahun terakhir, makanya aku belum bicara apapun. Tadi dokter sudah datang untuk memeriksa, tapi beliau belum tahu mengenai hal ini karena Widy baru bicara setelah dokternya pergi. Aku sudah panggil lagi Dokter Hadi. Kita tunggu aja pemeriksaannya, Pi." Papi mengangguk setuju. Mereka berdua kembali ke dalam kamar inap Widya setelah kedatangan dokter.

Sekali lagi, Widya diperiksa oleh dokter. Juga dilakukan CT scan untuk mengetahui kondisi ingatan Widya. Setelah itu, Farhan mengikuti dokter untuk mendengar penjelasan, sedangkan Papi tetap di kamar inap untuk menjaga Widya.

"Sesuai perkiraan Anda, Pak. Ingatan istri Anda yang selama ini hilang sudah kembali, tapi masih belum sempurna. Itu sebabnya walaupun Ibu Widya sudah mengingat masa lalunya, tetapi tidak mengingat masa amnesianya dua tahun terakhir."

"Apakah ada kemungkinan istri saya bisa mengingat kembali, Dok? Maksud saya, ingatan selama dua tahun ini." Hal inilah yang menjadi pertanyaan Farhan sejak menyadari Widya melupakan ingatan dua tahun ke belakang.

Dokter terdiam beberapa detik, menatap Farhan dengan tatapan kurang yakin.

"Maaf, untuk hal itu belum bisa dipastikan. Beberapa kasus, ada yang berhasil mengingat kembali melalui proses terapi. Saya ingin menyarankan Ibu Widya untuk terapi agar ingatannya pulih seutuhnya. Masalahnya, istri Anda sedang hamil. Jika dipaksa untuk mengingat semua, hal itu ditakutkan berpengaruh buruk pada kandungannya, Pak." Farhan termangu mendengar jawaban dokter tersebut. Ia tidak menduga situasi yang dihadapinya akan begitu sulit. Farhan tahu apa yang dicemaskan oleh dokter tersebut. Tapi di sisi lain, ada hal yang lebih membuatnya khawatir. Jika Widya tidak bisa mengingat masa dua tahun pernikahan mereka hingga akhirnya hamil, bukankah hal tersebut juga bisa mempengaruhi kondisi Widya dan kandungannya?

Bersambung.

Jangan lupa VOTE dan KOMEN nya ya..

Pilar HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang