"Candaan Papi nggak lucu," sungut Widya setelah mendengar ucapan papi yang menurutnya tidak masuk akal.
"Papi nggak bercanda, Sayang. Farhan memang sudah jadi suami kamu."
"Widya nggak ingat pernah nikah sama dia. Papi kalau bohong jangan setega itu sama anak sendiri."
"Itu karena dua tahun ini kamu mengalami amnesia, Nak. Bahkan sekarang kamu sedang meng—"
"Cukup, Papi! Aku nggak mau dengar tentang ini lagi. Farhan itu cuma tetangga kita. Dan selamanya akan tetap begitu. Aku cuma mau nikah sama Raka."
Papi sekuat tenaga menahan emosinya saat lagi-lagi nama itu keluar dari bibir putrinya. "Pria itu sudah meninggalkan kamu. Sudah Papi bilang, dia nggak baik untuk kamu."
"Aku nggak percaya."
Papi yang sudah lelah meyakinkan putrinya pun menghembuskan napas panjang. Ia menyerah. Tampaknya, ia harus meminta Farhan untuk memperlihatkan buku nikah ke hadapan Widya, agar putrinya itu percaya akan perkataannya setelah melihat sendiri bukti yang ada.
Keduanya terdiam cukup lama hingga suara pintu terkuak memecah kesunyian yang terjadi. Farhan muncul dan melangkah masuk ke dalam kamar inap. Papi menatap bertanya pada Farhan mengenai penjelasan dokter.
"Nanti aku jelasin, Pi," ucap Farhan yang paham makna tatapan mertuanya. Lantas ia menoleh ke arah Widya yang memasang raut kesal.
"Kenapa?" tanya Farhan lembut. Istrinya itu tidak menjawab, hanya meliriknya sekilas sebelum kembali menatap kesal pada papi.
"Putri Papi ini nggak percaya kalau kalian sudah menikah. Bahkan sudah hampir dua tahun. Sebaiknya kamu pulang dan bawa buku nikah kalian kesini biar Widy percaya kalau Papi nggak bohong," jelas papi mengabaikan tatapan kesal putrinya.
Farhan menipiskan bibir. Ia masih merasa belum waktunya menodong Widya dengan kenyataan yang ada di saat istrinya tersebut belum sepenuhnya pulih. Ditambah ingatannya yang kembali belum sempurna. "Sekarang kita fokus sama pemulihan Widya saja, Pi. Masalah itu biar kita bahas nanti." Papi pun diam tanpa membantah.
***
"Dokter bilang apa?" tanya Papi setelah memastikan Widya sudah tertidur di ranjang pasien.
"Ingatannya sudah kembali, tapi belum sempurna. Dokter juga nggak yakin Widya bisa mengingat semua, terutama masa amnesianya selama dua tahun ini."
"Bukannya bisa terapi?"
"Bisa. Tapi dokter nggak anjurin karena bisa berpengaruh buruk pada kandungan Widy."
"Lalu, kita harus bagaimana? Nggak mungkin membiarkan Widy selamanya buta tentang pernikahan kalian. Apalagi kondisinya saat ini sedang hamil. Papi juga nggak mau dia kembali berhubungan dengan mantannya itu. Dari tadi kepala Papi pusing dengar Widya terus-terusan menyebut nama pria itu," ujar papi setengah emosi setengah frustasi.
"Aku juga belum tahu, Pi. Aku nggak bisa bayangin gimana reaksi Widy jika tahu dirinya sedang hamil. Besok sudah jadwal periksa kandungan Widy," sahut Farhan dengan nada frustasi yang sama.
"Nah, makanya Papi ingin Widy lebih cepat tahu dan percaya kalau kalian sudah menikah. Jadi dia nggak terlalu terkejut jika tahu ia sedang hamil nantinya. Malam ini biar Papi yang jaga Widy. Kamu juga butuh istirahat setelah dua hari penuh menemani Widy. Jangan lupa bawa bukti pernikahan kalian besok kesini." Sebenarnya Farhan masih bimbang, namun mau tak mau ia tetap mengikuti saran papi.
"Satu lagi, Nak. Papi minta kamu untuk nggak membiarkan Widy berhubungan lagi dengan mantannya itu. Papi nggak sudi pria itu kembali mendekati Widy. Kamu paham kan maksud Papi?" Farhan mengangguk. Tak lama ia pun pamit pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/180214437-288-k484689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilar Hati
RomanceSpin off "Menuju Tiga Tahun" *** Farhan sudah menyangka semua akan berubah ketika ingatan Widya kembali. Namun tidak mudah baginya melepaskan Widya. Apalagi ketika Widya tengah mengandung buah hatinya. *** Awal publish : agustus 2019 Tamat : - -Ziti...