Something new (9)

104 19 0
                                    

"Gimana dok keadaan putra saya? Dia baik baik saja kan?" Ayah Bintara terlihat sangat cemas.

"Anak bapak mengalami patah tulang tangan di sebelah kiri akibat benturan yang cukup keras dan sedikit luka di bagian kepala. Untung saja dia menggunakan helm kalau tidak saya tidak tau apa yang akan terjadi. Tapi untuk saat ini anak bapak masih belum sadar, untuk keluarga yang mau masuk boleh saja tapi tolong berikan ruang untuk dia bernafas, jangan merapat. Setelah ini akan langsung dipindah ke ruang rawat inap pak." Ucap dokter tersebut menjelaskan.

"Terimakasih dokter." Ucap ayah Bintara.

"Anda tidak perlu berterimakasih dengan saya pak, berterimakasih lah kepada tuhan karena telah menyelamatkan anak bapak. Saya pergi dulu pak. " Ujar dokter tersebut kemudian berlalu pergi.

"Baik dokter." Balas ayah Bintara.

...

Sekarang Bintara sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Semuanya ikut masuk untuk melihat bagaimana kondisi Bintara saat ini.

"Ya Allah bin" Nenek Bintara duduk di sampingnya dan menangis melihat cucu kesayangan tidak berdaya.

"Udah oma" Fano mengelus elus punggung nenek Bintara.

"Udah bu, jangan nangis" Ucap lelaki dingin yang tak lain adalah ayah Bintara.

"Kalian sudah makan? Oma beliin makanan ya. " Ujar nenek Bintara yang sudah lebih tenang kepada Fano, Karin dan Nata.

"Enggak usah oma"

"Jangan nek, gausah"

Ucap Fano, Karin Dan Nata bersamaan. Mereka kehilangan nafsu makan mereka ya walaupun sebenarnya mereka lapar saat ini.

"Udah jangan nolak! Oma pergi dulu" Ucap Nenek Bintara beranjak dari duduknya.

"Saya anterin ya nek" Ujar Karin mendekat .

"Iya sudah, ayo!" Nenek Bintara menggandeng Karin.

Karin sama sekali tidak canggung untuk berbincang bincang dengan nenek Bintara. Ia merasa sangat senang bisa dekat dengan nenek Bintara apalagi nenek Bintara sangat ramah. Ia sebenarnya sangat merindukan sosok nenek sejak kecil. Ada suatu hal yang membuat Karin tidak pernah mendapatkan hal hal manis dari seorang nenek kepada cucunya.

"Kamu udah lama temenan sama Bintara?" Ujar nenek Bintara di perjalanan menuju kantin rumah sakit.

"Kami satu sekolahan tapi kami tidak saling mengenal dan kami baru saling mengenal beberapa minggu yang lalu mungkin. Saya anak yang pemalu nek, jadi tidak mudah bagi saya untuk berteman dengan seseorang." Jawab Karin menjelaskan.

"Oooh, kalian baru saja mengenal tetapi kamu sampai rela menjenguk nya kesini. Tetapi kenapa kamu tidak malu malu dengan saya?"

"Hehe iya nek, lagi pula rumah saya tidak terlalu jauh dari sini. Entah! Semasa kecil saya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari nenek saya, karena kami Berjauhan dan ada hal hal lain yang memengaruhi. Mungkin itu yang menyebabkan saya tidak malu malu dengan nenek"

"Ooh jadi begitu. Kasian kamu rin, kalau begitu kamu bisa menganggap nenek sebagai nenek mu juga. Panggil nenek dengan sebutan 'oma' saja."

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang