Beberapa saat kemudian tiba-tiba hujan turun dengan tanpa aba aba. Mereka datang keroyokan dan membuat dua insan ini basah seketika. Bintara pun meminggirkan kendaraanya di depan sebuah kios toko yang sudah tutup.
........
"Lo gak papa kan?" Ucap Bintara setelah memarkirkan motornya.
"Ya gak papa lah, emangnya kenapa? Kan cuman ujan. Kan gak mungkin gue lecet cuman gara gara ujan. Hahaha" Jawab Karin dengan kekehan yang membuat orang didepanya merasa gemas.
"Awh aw" Pekik Karin ketika Bintara mencubit hidung nya.
"Aaawh" Balas Karin kepada Bintara dengan mencubit lenganya kencang.
"Kebiasaan banget nyubit hidung!" Ujar Karin sewot.
"Kebiasaan banget nyubit tangan!"
"Ngikut mulu!"
"Ngegas mulu!"
"Bintara! Diem!"
"Karin diem!"
Ketika Karin ingin mengucapkan sepatah kata lagi, mulutnya ditutup dengan tangan oleh bintara.
"Hmmpft"
Mereka saling tatap sampai beberapa detik, kemudian Karin memutuskan pandangan terlebih dahulu.
"Tangan lo kotor bambank!" Ucap Karin sambil menyingkirkan tangan bintara dari mulutnya.
Sedangkan Bintara hanya terkekeh melihat tingkah laku gadis didepanya tersebut.
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening, Karin dan Bintara memilih untuk duduk di teras ruko tersebut. Melihat Karin kedinginan Bintara memberikan jaket nya kepada Karin.
"Nih pake! Biar kayak di drama-drama gitu"
Ucap Bintara sambil terkekeh memberikan jaket miliknya."Hahaha, biar lebih kayak drama pakein dong!" Balas Karin menatap Bintara.
Beberapa detik tatapan mereka terpaku, seolah tak ada yang Ingin memutuskan pandangan tersebut. Semua seakan menikmati momen ini hingga Karin kemudian memutuskan pandangan tersebut terlebih dahulu.
"Yaudah siniin" Kata Bintara sambil mengambil lagi jaketnya. Dan memakaikanya kepada Karin.
Sedangkan Karin merasa terpaku dengan keadaan ini. Tubuhnya kaku seakan tak bisa bergerak. Mulutnya membisu dalam sekejap. Karin seolah menyesalkan ucapanya tadi. Mengapa semua berubah menjadi aneh seperti ini?! Ia merutuki mulutnya sendiri. Dan tatapan itu? Mengapa terasa sangat meneduhkan bagi Karin, mengapa manik mata Bintara membuatnya merasa hangat. Apa ini?! Perasaan macam apa ini?!
"Dan biasanya kalo udah gini, cowoknya bakalan meluk ceweknya dari samping kayak gini" Ucapnya sambil meletakkan tangan kananya di bahu Karin dan membiarkan perempuan tersebut sedikit condong kearahnya dan bersandar di dadanya.
Seketika hening. Karin merasa nyaman dengan ini begitupun sebaliknya. Entah kenapa ia tak ingin menghentikan momen ini.
"Halah modus lo bambank!" Setelah beberapa detik, dengan cepat Karin pun menurunkan tangan Bintara dari pundaknya. Meskipun ia nyaman dengan ini, ia tidak mau terlalu jauh berharap. Ia tidak ingin sakit untuk kedua kalinya.
"Ck elah mau modus atau enggak tapi lo nya juga nyaman kan?" Jawabnya sambil terkekeh.
Karin pun membalas ucapan Bintara tersebut dengan memukul lenganya.
Setelah beberapa saat, hujan bukanya semakin reda malah semakin deras. Sedangkan waktu terus berjalan dan sekarang menunjukkan pukul setengah lima sore. Se pertinya akan lama jika menunggu hujan tersebut reda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
Genç KurguAkankah ia jatuh cinta sendirian? Ataukah terbalaskan? . . . Jadi namanya Karin Seorang gadis yang tidak perduli apa itu cinta, terlalu berambisi dalam pendidikan sampai melupakan masalah hatinya.