Hari curhat (14)

53 7 2
                                    

Hari ini pulang sekolah Bintara akan mampir ke rumah Fano. Ia merasa bosan jika harus berdiam diri di dalam rumah apalagi jika Oma sedang tidak ada dirumah. Oma sedang di Bandung dan akan pulang besok. Ini juga alasannya kenapa Bintara tidak memakai penggantung tangannya yang patah. Dia juga mengendarai motor sendiri ke sekolah. Jika Oma tau tentang ini, Habislah riwayat Bintara. Sayangnya Oma tidak tahu.

Kalo di bilangin ke Oma kayaknya seru (senyum evil).
Tabok nih!-Bintara

Tok tok tok

Tok tok tok

Akhirnya pintu terbuka dan menunjukkan sebiji manusia banyak dosa. Siapa lagi kalau bukan Fano.

"Sabar elah, lu mau bertamu atau ngerampok sih."

"Siapa suruh bukain pintu lama banget. Jamuran gue disini."

"Cih!"
"Buruan! Mau masuk atau mau nerusin budidaya jamur lo itu?!"

"Lagi pms ya Fan?"

Pletak

"Tuman" Lanjut Fano setelah menjitak kepala sahabatnya tersebut.

"Sakit bambank"
"Btw sepi amat, tante Dona sama om Tio kemana?" Tanya Bintara. Ia lalu duduk di sofa depan tv kemudian menyalakannya.

Ia sudah menganggap rumah ini sebagai rumahnya karena ia sedari dulu memang selalu kesini untuk bermain dengan Fano. Kadang juga Fano yang bermain di rumahnya. Mereka memang sudah bersahabat sejak SMP.

"Mama lagi arisan, ayah jelas masih kerja." Balas Fano dari arah dapur. Ia kembali dengan membawa nampan berisikan air minum.

"Ooh"
"Wiih mantap! Tumben perhatian lo. Eh?! Tapi cemilannya mana?" Kata Bintara yang langsung mengambil jus yang disuguhkan kepadanya. Tenggorokannya memang sudah sangat kering.

"Ambil aja sendiri di kulkas, kayak dirumah siapa aja!" Balas Fano yang kemudian duduk di samping Bintara.

"Hm"
"Eh btw gue mau curhat!"

"Kebiasaan! Gue suka herman sama lo Bin, lo tu cowok tapi kok senengnya curhat mulu."

"Kata siapa!? Orang gue senengnya Karin. Daripada lo cowo tapi sukannya selfie."

"Lah babi! Suka-suka gue lah yang selfie gue kenapa lo yang repot!"
"Yee! Iya tau, yang udah setahun demen sama karin tapi baru kemaren ngedeketinya."

"Ih kelainan."
"Terserah gue lah! Kan gue juga harus memastikan kalo dia tuh lagi gak punya pacar."

"Halah! Bilang aja takut ditolak. Kalo gue gak maksa waktu di kantin itu mungkin lo sampe sekarang masih uring-uringan tentang Karin, Karin dan Karin. Bosen kuping gue dengernya."

"Orang ganteng gini siapa yang mau nolak sih!"
"Cielah si upil gajah kenapa kesannya gue kayak perawan yang kebelet nikah sih! Pake uring-uringan segala"

"Iya tau lo ganteng, tapi kan Karin udah terkenal tentang sikapnya yang dingin. Most wanted mana sih yang gak ngedeketin Karin?! Ketos aja disingkirin."
"Kan emang bener."

"Lo semangatin kek bukannya malah bikin gue mundur alon-alon."
*Alon-alon artinya pelan-pelan.
"Tapi kan tuh ketos sama gue gantengan gue, palingan cuma kalah di putih aja. Dia lebih putih soalnya kerjaannya duduk doang di dalem ruangan ber AC. Lah gue kan panas-panasan di lapangan. Tapi dimana-mana kerenan anak basket boy! Apalagi kalo lagi keringetan."

"Lo sih nggak sadar diri banget. Kenapa gak sama Reva aja? Kan dia juga cantik tuh lagian dia juga udah ngebet banget minta balikan sama lo keknya."
"Hilih sok lu! Belum tentu lo itu tipenya Karin."

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang