#Bintara POV
Hati gue hancur rasanya, ngeliat Karin berduaan sambil ketawa tapi bukan sama gue. Cinta memang tidak harus memiliki tapi untuk sekarang gue masih gak rela ngeliat dia bahagia sama orang lain. Gue bahkan belum pernah bikin dia bahagia.
Gue naik motor ngebut banget, gak ngerti apa yang bikin gue jadi kayak gini. Hari ini mood gue ancur se ancur ancurnya. Bukan hanya Karin tapi terlalu banyak hal yang ngebuat gue jadi gini. It was bad day for me.
Pas di pertigaan gue gak sadar kalau ada mobil yang lewat, dan gue gak sempet ngerem. Akhirnya gue banting stir ke kiri.
BRUUUUK.........
#AUTHOR POV
Perasaan Karin campur aduk, ia tidak mengetahui mengapa ia sangat gelisah pada saat itu. Handphone Karin berdering disana tertulis nama Nata.
".............."
"Halo Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ada apa nat?"
"..................."
"Hah? Gue kesana sekarang! Kirimin alamatnya ke hp gue! Buruaan nat!"
"..............."
Karin bergegas untuk pergi ke rumah sakit, dan ternyata ini yang membuatnya gelisah sedari tadi. Ia segera berlari ke bawah dengan terburu buru.
"Maa, aku gak bimbel ya hari ini. Temen aku kecelakaan sekarang di rumah sakit. Aku mau jenguk dia ma, disana nanti juga ada Nata" Karin mengucapkan kalimat itu dengan sedikit berkaca kaca. Tanpa lama lama Karin langsung mencium punggung tangan mamanya dan pergi menggunakan mobil karena ia sudah tidak sanggup lagi. Ia sangat khawatir dengan Bintara.
"Loh sendirian? Riiin!! yaudah hati hati" Yura berkata tapi sepertinya Karin tidak mendengarnya. Dan benar saja Karin memang tidak mendengar nya. Karin terlalu khawatir dengan keadaan Bintara.
Karin menyetir mobilnya dengan cemas. Ia takut kehilangan Bintara, entah mengapa ia sangat takut kehilangan Bintara. Perasaan yang aneh.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di rumah sakit tersebut. Disana sudah terdapat Fano, Nata dan perempuan yang tidak pernah ia lihat.
"Nataaaa"
Tes
Tes
Karin tidak sanggup lagi menahan air matanya. Ia tidak mempedulikan apa yang akan dipikirkan oleh orang orang tersebut. Memangnya dia siapanya Bintara? Mungkin itu yang ada di benak Fano dan perempuan itu. Tapi karin sudah tidak sanggup menahan semuanya. Untung air mata Karin tidak keluar dengan rombongan.
"Udah riin udaah." Nata menenangkan Karin dengan sedikit berbisik.
Nata segera membawa Karin menjauh. Ia tidak mau orang orang itu berpikiran yang tidak tidak dengan sahabatnya. Pasalnya Karin memang sangat cengeng terhadap hal hal kecil sekalipun. Ia tidak sekuat yang kita lihat.
Nata menyodorkan air putih yang sempat ia beli tadi kepada Karin untuk menenangkan nya. Untung saja Karin tidak mengeluarkan suara pada saat menangis, dan untung saja Nata segera membawa Karin menjauh untuk menenangkan diri.
"Gimana keadaan Bintara?" Tanya Karin yang sudah lebih baik dari tadi.
"Dokter lagi nge cek rin, kita tunggu perkembanganya nanti" Jawab Nata sambil memegang tangan Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
Novela JuvenilAkankah ia jatuh cinta sendirian? Ataukah terbalaskan? . . . Jadi namanya Karin Seorang gadis yang tidak perduli apa itu cinta, terlalu berambisi dalam pendidikan sampai melupakan masalah hatinya.