Bab 9: Makan Malam

918 173 36
                                    

Nayeon menggigit ujung jarinya, ini sudah ada lima menit dia di dalam kamar mandi. Tidak lupa kakinya ia hentak - hentakan kecil karena merasa gelisah. Sebentar lagi jam kantornya selesai dan ia tidak akan lupa bagaimana bosnya itu mengajaknya untuk makan malam. Meskipun Nayeon kadang bermimpi ingin memiliki pangerannya dengan menaiki kuda putih tapi sungguh, hal semacam—seorang Kim Taehyung mengatakan tertarik bahkan menyukainya cukup membuatnya seperti tengah di lemparkan ke udara. Rasanya sejuk, ringan dan menyenangkan. Namun, tentu saja itu hanya sesaat kemudian dia akan jatuh ke realita dan itu akan menyakitkan. Kalian tahukan? Dia juga tidak mau seperti itu.

Cukup berdiri di batasan yang jelas, memberi garis nyata agar ia tidak perlu terlibat lebih jauh. Dirinya bukan tokoh utama sebuah drama tentang bawahan yang menyukai bosnya kemudian happy ending. Atau tentu saja dia harus menghadapi pelikanya sebuah permasalahan keluarga kaya raya yang hobi berebut harta. Nayeon dengan tegas mengatakan tidak mau. Oke, katakan dia mungkin sedikit beruntung pernah berbagi kehangatan dengan bosnya itu. Tapi anggap saja itu sebagai bonus.

Sebuah panggilan menyadarkan lamunan gadis itu. Dengan nama bos tertera di layar ponselnya. Menghela napas panjang dengan sebelumnya memejamkan mata sejenak Nayeon mulai menerima telepon itu.

'kau ada di mana? Aku menunggumu di parkiran khusus.'

Nayeon meringis sejenak, oke baiklah, setujui saja kemudian dia akan mengobrol baik - baik dengan bosnya itu.

"Iya pak maaf, saya akan segera ke sana." Ujar Nayeon lalu memutuskan panggilan itu.

Baiklah, saatnya dia bicara dengan bosnya itu.

:::

Taehyung mengetuk - ketukan jemarinya di stir mobil, bibirnya bersenandung lalu kepalanya tergeser sedikit menatap pantulan wajahnya di kaca spion. Entah mengapa dia sedikit berbeda. Taehyung merasakan sebuah euforia ketika memikirkan gadis itu. Bukan karena sebuah sensasi yang membekas di tubuhnya karena sisa - sisa malam itu yang meninggalkan sebuah perasaan hangat, tapi, dirinya sendiri juga tidak tahu gadis itu sangat berbeda.

Sebuah ketukan di kaca mobil membuat Taehyung tersadar dari lamunannya. Kurvanya tersungging spontan kala melihat presensi gadis itu. Dengan cepat Taehyung segera keluar dari mobil lalu membuka pintu penumpang depan untuk Nayeon, tentu saja membuat gadis itu salah tingkah.

"Bapak tidak perlu repot-repot." Nayeon beberapa kali membungkuk.

"Panggil Kim Taehyung, kita diluar jam kerja ngomong - ngomong." Ujar Taehyung ketika sudah duduk di kursi kemudi.

"Kau ingin makan apa?" Pria itu melirik sebentar ke arah Nayeon yang nampak canggung.

"Terserah bap—" sebuah lirikan membuat Nayeon terdiam sebentar,"Taehyung." Kini Taehyung tersenyum.

Nayeon kembali meringis canggung, melirik Taehyung sebentar lalu menatap ke luar jendela mobil.

"Terserah?"kini Taehyung mengangkat ujung alisnya satu kemudian tersenyum. "Yang aku tahu, kalau suka daging kita bisa ke restoran steak atau suka spaghetti kita bisa ke—"

"Kulit babi panggang," Sahut Nayeon menoleh ke arah Taehyung, "dan soju." Lanjut gadis itu kemudian yang berhasil membuat Taehyung mengangkat kedua alisnya.

"Benarkan anda tidak suka? Makanya aku menjawab terserah." Tutur Nayeon yang melihat perubahan ekspresi Taehyung.

Sebenarnya, Semenderita apapun dia—pernah diusir ayahnya juga—Taehyung tidak pernah makan makanan yang tidak sehat. Tapi sepertinya, dia bisa mencobanya.

"Baiklah, tunjukkan tempat biasa kau memakan kulit babi dan minum Soju." Putus Taehyung pada akhirnya.

Nayeon sedikit terkejut namun segera menunjukkan arah tempat makan langganannya itu.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang