Bab 16: Ujian Pertama

817 141 21
                                    


Menginjak sore ketika dua insan itu masih berlindung di balik selimut tebal. Suhu pendingin ruangan yang sengaja didinginkan dan kekehan Taehyung yang selalu terdengar ketika dia menggoda Nayeon.

"Angkat kepalamu?" Taehyung berbisik pada gadis yang kini menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Taehyung. Bukannya menjawab atau membalas pertanyaan Taehyung, Nayeon malah menggeleng cepat.

Taehyung terkekeh lagi,"hei! Aku sudah melihatnya, apa yang membuatmu malu?"

Nayeon memukul lengan Taehyung kencang dan cukup membuat pria itu mengaduh, tapi hanya sesaat ketika pria itu kembali tertawa.

"Kau menyebalkan! Lain kali aku tidak akan mau." Rajuk Nayeon.

Bukannya kembali menggoda kini Taehyung menarik tubuh Nayeon. Tersenyum menatap gadis itu, mengecup dagu Nayeon lalu kembali memeluk gadis itu erat.

Gadis ini adalah jantungnya,
Debaran hatinya,
Dan rumah Taehyung untuk kembali.

"Nyaman sekali," gumam Taehyung memejamkan matanya. Mendengar itu Nayeon tersenyum, merapatkan tubuhnya pada Taehyung. Dia tidak pernah merasa begitu istimewa sebelumnya. Berkat Kim Taehyung. Iya, berkat pria ini yang sekarang memeluknya posesif.

:::

Sudah lebih dari empat tahun Taehyung tidak menginjakkan kakinya ke rumah. Hari ini, sesuai perintah ayahnya beberapa hari yang lalu ia kembali lagi ke rumah. Para pelayan berjajar rapi di sepanjang pintu masuk rumah dan di ujung sana berdiri ibu tiri dan kakak tirinya menyambut. Jangan bayangkan mereka tersenyum hangat, Taehyung tahu semua yang tersungging itu hanya palsu.

Menghentikan langkahnya, meletakkan tangan di perut Taehyung membungkuk dalam. "Lama tidak berjumpa Nyonya." Ucap Taehyung tidak lupa sekertaris Hong yang juga membungkuk di belakang Taehyung.

"Lama tidak berjumpa, kulihat kau semakin tampan." Ibu tirinya itu menyentuh pundak Taehyung.

Mengangkat tubuhnya lalu tersenyum,"Nyonya juga semakin cantik." Taehyung berbasa-basi.

"Kau selalu saja memanggil Nyonya,panggil ibu."

Ibu?

Taehyung tersenyum tidak berniat menanggapi atau sekedar basa - basi. Kini tatapannya bertemu dengan Kim Jongin yang terang - terangan menatapnya tidak suka.

"Bagaimana kabar kakak?"

Jongin mendengus kasar, enggan berbasa-basi seperti ibunya.

"Tuan menunggu anda tuan muda." Ujar paman nam orang kepercayaan ayahnya.

Taehyung tersenyum tipis lalu sedikit membungkuk pada kedua orang di hadapannya sebelum pergi. Sedangkan kedua orang tersebut——ibu tiri dan kakak tirinya nampak tersenyum sinis.

:::

Sampai di ruangan ayahnya ia bisa melihat ayahnya tersebut duduk sembari membaca buku.

"Senang berjumpa dengan anda." Ucap Kim Taehyung membungkuk hormat.

"Kau formal sekali, cepat duduk sini." Sahut ayah Taehyung menepuk sofa kosong di sebelahnya.

Taehyung nampak patuh lalu segera duduk di sebelah ayahnya. Bohong jika Taehyung tidak merindukan ayahnya. Aroma tubuh ayahnya, garis wajah ayahnya yang mulai menua. Iya, bagaimana pun pria tua di sampingnya ini adalah ayah kandungnya.

"Kenapa ayah memanggilku ke sini?" Ucap Taehyung to the point.

"Kau tidak ingin bertanya tentang kabar ayah?"

Taehyung terdiam sejenak,"ayah tentu baik - baik saja, aku percaya dengan paman nam."

Ayah Taehyung terkekeh kering. "Baiklah aku mengerti," tuan Kim menepuk pundak Taehyung.

"Ayah hanya ingin mengatakan——temani ayah ke Jepang."

"Apa?"

:::

Beberapa menit yang lalu Taehyung mengantarkannya pulang, pria itu mengatakan ayahnya ingin bertemu. Memasuki flat yang dia sewa bersama jeongyeon, Nayeon bisa menarik kesimpulan temannya itu belum pulang. Nayeon memilih menjatuhkan tubuhnya di sofa, jemarinya tanpa sadar bergerak membelai lehernya yang tentu saja ingatan tentang pergumulan dengan Taehyung tadi siang memenuhi isi kepalanya.

Tubuhnya terduduk mendadak, matanya membulat sempurna lalu berkedip-kedip lucu. Bagaimana bisa kini pikirannya menjadi sangat kotor. Sialan! Nayeon memukul kepalanya pelan, memejamkan matapun yang dia ingat malah ekspresi pria itu yang menutup matanya sembari menggigit bibir bawahnya. Kini, Nayeon bangkit berdiri menuju ke almari es. Meneguk air dingin itu menyusuri kerongkongannya yang terasa kering. Namun anehnya kini bibirnya tersenyum tipis ketika ucapan Taehyung kembali mengisi kepalanya.

'aku mencintaimu,'

'aku mencintaimu im nayeon.'

"Aku juga mencintaimu Kim Taehyung," lirih gadis itu tersenyum - senyum sendiri.

:::

"Apa?" Nada bicaranya sedikit meninggi lalu ujung bibirnya tersenyum tipis.

"Bukankah itu lebih bagus?" Kini dia benar - benar tersenyum sangat lebar. "Lakukanlah, tanpa sepengetahuan ayahku, mengerti kan?" Perintah Kim Jisoo tersenyum puas.

:::

Nayeon sudah mandi, kini ia memasukkan tubuhnya ke dalam selimut tebal lalu mulai mengambil ponselnya yang nampak berkedip - kedip.

Taehyung
Aku merindukanmu

Aku juga

Kau sedang apa?

Sedang menikmati selimut
Bagaimana pertemuanmu dengan ayahmu?

Baik
Sebenarnya, ada yang ingin aku katakan.

Apa?

Kau bisa keluar sebentar?

Membaca pesan terakhir dari Taehyung membuat Nayeon langsung bangkit. Kakinya dengan cepat menuruni anak tangga hingga membuat jeongyeon berteriak. Tapi Nayeon tidak peduli. Keluar dari flat Nayeon bisa melihat Taehyung yang melambaikan tangannya sembari tersenyum.

"Sejak kapan?" Tanya Nayeon.

Taehyung tersenyum melihat ekspresi kekasihnya yang menurutnya sangat lucu itu.

"Aku merindukanmu." Tidak menjawab pertanyaan Nayeon, Taehyung nampak memeluk tubuh Nayeon sangat erat.

Nayeon terlihat sedikit memberontak namun merasa ada yang aneh dengan Taehyung akhirnya ia diam.

"Tiket pesawat,hotel dan segala akomodasinya Joshua sudah mengaturnya. Lusa ikutlah aku ke Jepang." Ujar Taehyung.

"Apa?!"

Hatiku sedang gelisah Im Nayeon, kuharap kau tidak akan menolak permintaanku ini.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang