Seperti kau mendapatkan sesuatu yang lebih. Kau harus siap juga menanggung segala resikonya.
Menjalin hubungan dengan Kim Taehyung tidak lantas akan membuat Nayeon terbang dengan segala perlakuannya. Karena kemudian Nayeon sadar bahwa, ketika ia siap berkomitmen dia juga harus siap menjadi sabar. Ini bukan berarti Taehyung yang tidak lagi mencintai Nayeon atau lupa pada gadis itu. Sibuk. Seperti itu adanya, Nayeon tidak menampik, karena dia sendiri pun juga sibuk.
Setelah laporan keuangan diteliti kembali alhasil, manager Bae harus rela melepas jabatannya. Dan dengan kerendahan hati Taehyung—karena alasan manager Bae sudah mempunyai anak—dia hanya dibebani separuh dari nominal yang dia gelapkan jika tidak ingin masuk penjara. Apalagi Taehyung juga harus mengkaji ulang perjanjian - perjanjian usaha yang di setujui oleh pimpinan sebelumnya—Kim Jongin. Jadi Nayeon bisa melihat sendiri betapa sibuknya kekasihnya itu. Tapi bukan berarti Taehyung lupa dengan dirinya. Kadang di sela bekerja dia menelepon, menanyakan sudah makan atau belum, kadang juga bilang rindu suara Nayeon, atau pria itu yang datang tengah malam ke flat untuk memeluk Nayeon karena rindu.
Tapi, kadang Nayeon juga rindu ingin bertemu dengan Taehyung. Apalagi ketika desas desus di antara teman-temannya mengatakan bahwa kemungkinan besar Taehyung akan menggantikan ayahnya di perusahaan utama. Mengingatkan itu dia kadang jadi ngeri sendiri. Ngomong - ngomong soal teman - temannya, sampai saat ini belum ada yang tahu tentang hubungan antara dirinya dan Taehyung. Pria itu benar - benar profesional ketika bekerja, jadi semacam nepotisme yang mempermudah Nayeon tidak ada sama sekali.
Dia sudah menatap beberapa lauk dan kimchi di kotak makan—yang Nayeon masak tadi. Rencananya Nayeon ingin berkunjung ke rumah Taehyung di hari Minggu ini. Iya begitulah, Nayeon pikir ia tidak harus pasif dan menunggu Taehyung untuk bertemu. Justru sekarang mungkin pria itu membutuhkan dirinya? Membutuhkan semangatnya?
"Eoh?!" Jeongyeon menuruni tangga sedikit terkejut,"apa itu?"
"Kau mau ke mana?!" Bukan menjawab pertanyaan Jeongyeon Nayeon justru melontarkan keheranannya melihat penampilan Jeongyeon.
"Oh, menemui seorang pelukis muda, sedikit membujuknya agar bersedia memajang karyanya di galeri." Tutur Jeongyeon mengambil kunci mobil, lalu dengan sumpit mengambil sepotong daging yang Nayeon letakan di penyimpanan makanan.
"Kau sendiri?"
"Aku? Berkunjung ke rumah Taehyung, sudah lama sepertinya aku tidak bertemu dengan dirinya." Nayeon mulai mengambil tas punggungnya lalu merapihkan kotak makan agar mudah dia bawa.
"Aku antar?" Jeongyeon menawarkan diri.
Dengan cepat Nayeon menolak. "Tidak perlu, aku yakin kau juga sudah membuat janjikan? Aku tidak ingin kau terlambat dan dicap tidak profesional." Ujar Nayeon yang langsung dibalas senyuman oleh Jeongyeon.
Persahabatan itu ya seperti ini, saling mengerti kondisi masing - masing.
:::
Ia sedang menggulung lengan kaosnya hingga ke siku, sedangkan kedua telinganya tersumpal airpod dan tengah mendengarkan ayahnya yang sedang telepon. Pada suatu pembicaraan yang sedikit sensitif gerakan tangannya terhenti. Taehyung sebenarnya tidak suka sesuatu yang rumit. Itulah mengapa dia memilih keluar dari rumah ketika ayahnya memilih tidak percaya dengan dirinya. Taehyung menghela napas lalu memejamkan matanya sejenak.
"Iya aku mengerti." Ujar pria itu lirih sebelum akhirnya melepaskan airpod yang sedari tadi tersumpal di telinganya.
Berdehem sejenak, menyisir ke belakang rambutnya dengan jemari Taehyung kembali menatap layar ponselnya.
Nayeon tidak mengirimnya pesan sama sekali. Dia rindu Nayeon, ngomong - ngomong. Mengerutkan keningnya sedikit lalu menggigit bibir dalamnya.
Bagaimana bisa kekasihnya itu sangat dingin padanya?
Menghela napas, membuang segala pemikiran negatif kini Taehyung mengambil kunci mobilnya. Menuntaskan rasa rindunya.
Baru beberapa langkah ingin menuruni garasi mobil bel rumah Taehyung berbunyi. Sedikit mengerutkan alisnya, segala prasangkanya sudah mengarah pada sosok Jimin. Taehyung mendengus, datang disaat yang tidak tepat pikirnya. Mengganti arah haluan, bahkan tanpa melihat layar intercom Taehyung membuka pintu rumahnya.
"OMO!" Taehyung berseru kaget.
Di depannya berdiri Nayeon dengan senyum merekah milik gadis itu dan jangan lupa sebuah kotak makan yang gadis itu angkat di depan Taehyung.
"Hai kekasih!" Nayeon melambaikan tangan di depan Taehyung.
Taehyung tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Menggaruk ujung hidungnya, menatap gadis itu gemas. Sungguh, Taehyung ingin sekali mendekap Nayeon dalam pelukannya.
"Apa boleh aku masuk?"
Taehyung mengangguk cepat, mengambil alih kotak makan di tangan Nayeon lalu dengan tangan satunya menarik gadis itu untuk masuk.
"Kau sudah sarapan?" Nayeon duduk di sofa menyiapkan makanan yang dia bawa tadi. Taehyung hanya tersenyum, menumpukan kepalanya di tangan yang ia letakkan di sandaran sofa dengan tak lepas menatap Nayeon di sampingnya.
"Cantik," gumam Taehyung, sebenarnya Taehyung ingin mengucapkan dalam hati tapi sepertinya mulutnya pun setuju jika kata itu lebih pantas diucapkan.
Gerakan tangannya terhenti dan kini kepalanya menoleh ke arah Taehyung dengan ekspresi terkejut.
Menarik lengan Nayeon pelan agar tubuh gadis itu sedikit mendekat lalu sebuah kecupan mendarat di bibir Nayeon. Kedua mata Nayeon membola dan sekarang semakin melebar ketika Taehyung melumat ringan bibir miliknya.
Melepas ciuman itu Taehyung tersenyum sembari mengusap bibir Nayeon yang basah.
Kedua manik mereka bertemu, seperti menegaskan ada rasa rindu. Jemari kanan Taehyung menulusup di leher Nayeon dengan ujung jempol miliknya membelai lembut pipi Nayeon. Taehyung menggerakkan tubuhnya pada Nayeon, merengkuh tubuh gadis itu lalu meletakkan dagunya di pundak Nayeon.
Kadang seorang pria juga ingin menunjukkan sisi lemahnya. Bukan karena ia merasa tidak mampu, hanya, sejenak beristirahat. Menggerakkan tubuhnya agar posisi Nayeon nyaman dipelukkannya, Taehyung kemudian membelai rambut Nayeon.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
Sedikit menggerakkan kepalanya untuk melihat Taehyung, kini Nayeon tersenyum. "Aku juga mencintaimu." Ujar Nayeon yang membuat Taehyung terkekeh kecil karena senang.
"Ingat satu hal, aku sangat mencintaimu, sangat, jadi meskipun aku melupakanmu, jantungku akan berdebar kencang saat melihatmu, ah, bukan bahkan saat aku mengucapkan namamu."
Nayeon memukul pinggang Taehyung pelan,"jangan mengucapkan hal yang aneh - aneh" protes Nayeon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfikceDia pikir, setelah itu keduanya tidak akan bertemu lagi. Jadi ketika pria itu menawarkan sebuah kesepakatan malam itu, ia menerimanya tanpa pikir panjang.