Dia hanya wanita yang total. Menghabiskan tiga puluh hari dengan sangat bekerja keras hanya demi sebuah malam yang disebut anniversary. Ia ingin malam ini begitu berkesan sehingga kekasihnya semakin mencintainya. Menatap pantulan di cermin sembari merapikan lagi lipstik di bibirnya.
"Kau ini cantik," senyum di bibir gadis itu terulas tipis.
"Kau juga pekerja keras," kini senyum itu semakin terkembang.
"Tapi biasanya kau sangat tidak beruntung dalam percintaan."
Lengkungan itu berubah drastis, kakinya terhentak pelan lalu dengan kesal ia menatap sahabatnya yang tengah tertawa itu.
"Kau mendoakanku ya?!" Serunya sedikit kesal.
"Aku memang selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Tegas Jungyeon melipat tangannya di dadanya.
"Aku dan Minhyun bukankah sangat cocok?" Mata gadis itu berbinar.
"Dia mengatakan sangat mencintaiku, lalu membelikan bunga dan cokelat." Menyatukan kedua tangannya tatapan gadis itu nampak menerawang.
Berteriak kecil karena kegirangan kini gadis itu tersenyum percaya diri. "Dan nanti malam akan menjadi malam yang istimewa untuk kita." Ujarnya kembali menatap cermin—mengkoreksi tampilannya.
"Baiklah, tunggu—" Jungyeon menjeda ucapannya sebentar. "Apakah kau juga yang memesan kamar di hotel berbintang itu?"
Nayeon mengangguk ringan, "dengan uangmu?" Lagi - lagi gadis itu mengangguk.
"Kenapa perasaanku tidak enak ya?" Gumam Jungyeon pelan.
"Kau bilang apa?" Nayeon mengambil tas tangannya.
"Tidak, tidak ada, jika terjadi sesuatu kau tahu harus telepon siapa kan?"
Jungyeon mengekor pada teman satu apartemennya itu dan sahabat ngomong - ngomong.
"Ish kau ini!" Nayeon memukul pundak Jungyeon pelan. "Tenang saja, aku tidak akan meneleponmu." Ujar gadis itu percaya diri.
:::
Hwang Minhyun. Sudah satu tahun tepat ketika keduanya—Nayeon dan Minhyun memutuskan untuk berkencan. Nayeon tidak begitu beruntung soal percintaan. Beberapa kali berkencan hanya meninggalkan rasa kesal dan air mata. Dari dia yang hanya dijadikan kedua atau dirinya yang ternyata hanya dimanfaatkan uangnya saja. Tapi, sejak bertemu Minhyun entah mengapa dia yakin kisah percintaannya kali ini akan berjalan mulus. Pria itu sangat tampan dan perhatian, selalu menyanjungnya juga beberapa kali memberikan dirinya hadiah. Jadi ketika Jungyeon meragukan kisah cintanya yang kali ini Nayeon sangat tidak setuju. Yah meskipun sejak dulu memang dia tidak pernah mendengarkan nasihat Jungyeon tentang para mantannya itu.
Membawa tart di tangannya untuk merayakan anniversary mereka gadis itu berjalan ringan menuju kamar hotel yang siang tadi mereka berdua pesan. Bahkan sekarang saja jantungnya berdegup dengan kencang. Pipinya juga memanas membayangkan hal yang tidak - tidak yang akan ia lakukan dengan kekasihnya itu. Menarik napas panjang gadis itu segera mengetuk pintu kamar hotel.
Tidak butuh waktu lama ketika kekasihnya itu membuka pintu. Nayeon sudah memasang senyum terindah yang ia miliki, juga kotak tart yang ia angkat di depan Minhyun.
"Surprise!"
:::
Dia mengangguk pelan mendengarkan seseorang di ujung telepon. Tangannya terulur menatap jam di pergelangan tangannya. Suara lift terbuka, melangkahkan kakinya lalu helaan napas tipis.
"Aku langsung kembali ke hotel jadi kau—
"—Surprise!"
"—tidak perlu mencariku." Matanya tergerak sedikit menatap sepasang kekasih, tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionDia pikir, setelah itu keduanya tidak akan bertemu lagi. Jadi ketika pria itu menawarkan sebuah kesepakatan malam itu, ia menerimanya tanpa pikir panjang.