Sedikit terkejut Nayeon mencoba menarik jemarinya yang kini terjejak di atas kaos Taehyung, tapi Taehyung menahannya. Jemari besarnya semakin membungkus jemari milik gadis itu, membiarkan Nayeon percaya akan ucapannya. Bahwa jantungnya bergemuruh, bahwa dada berdebar kencang sama seperti malam itu ia melontarkan tawaran untuk tidur bersama—jantungnya berdebar kencang. Kini, Nayeon tenggelam dalam tatapan tajam yang berhasil menjebaknya. Dia tahu sekarang, kesempatan untuk lari sudah tidak ada lagi, hatinya sudah terperangkap. Di detik berikutnya, yang Nayeon tahu, tubuhnya sudah terbungkus dalam pelukan Taehyung. Menikmati aroma pria itu yang menenangkan.
"Percayalah, aku mencintaimu." Tutur Taehyung mengecup sisi kepala Nayeon.
Jadi, kini Nayeon percaya, bahwa pria dengan pelukan terhangat ini adalah kekasihnya. Sekarang.
Ah, apakah Nayeon tengah bermimpi sekarang? Kalau iya, dia berharap tidak akan bangun. Mimpi ini terlalu indah dan nyaman. Pelukan itu sekarang merenggang dan sungguh Nayeon merasa sangat malu kala tatapannya bertemu dengan manik hazel milik Taehyung. Taehyung terkekeh geli, rasanya perutnya merasa tergelitik bahkan hanya melihat pipi itu yang nampak bersemu. Sedikit merendahkan kepalanya Taehyung berbisik.
"Hai gadis cantik, boleh aku memanggilmu sayang?"
Wajah dan telinga Nayeon memanas seketika, bahkan sekarang kepalanya semakin menunduk karena malu. Bibir milik sang pemuda semakin tersenyum lebar, seperti bunga imajiner yang tiba - tiba memenuhi sekelilingnya. Sedikit menggerakkan kepalanya, kini ekor mata Nayeon bertemu dengan manik Taehyung. Reflek kepalanya mengangguk sehingga membuat Taehyung merasa begitu gemas dengan gadis itu.
"Lalu, sayang, bolehkah aku mengecup pipi merahmu?"
Kembali bisikan itu bahkan berhasil membuat kaki Nayeon merasa lemas. Kenapa pria ini benar - benar membawanya terbang begitu tinggi? Bahkan sekarang, dia dengan sangat egois enggan untuk turun. Semakin menunduk dan kepalanya kembali mengangguk. Tangan Taehyung terangkat, lalu dengan perlahan membelai lembut pipi Nayeon. Jadi, jika boleh dia meminta, tolong hentikan waktu pada detik ini juga. Bibirnya semakin mendekat, hingga aroma lembut mulai mengetuk inderanya. Iya, andai saja detik itu ia percepatan sedikit sehingga tidak ada yang menginterupsi.
"Im Nayeon! Kenapa lama sek—" intonasi kalimat itu semakin merendah diikuti suara Jeongyeon yang langsung terdiam mendadak. Tahu, bahwa ia berada di situasi tidak diinginkan itu membuat ia segera memutar tubuhnya cepat.
"Ah! Aku belum mematikan kompor!" Ujarnya dengan gerakan cepat kembali ke dalam flat.
Nayeon dan Taehyung yang berada pada jarak aman itu—karena gerakan refleks sehingga keduanya saling menjauh—kini saling melempar pandangan, saling tersenyum dan kemudian tertawa kecil. Jeongyeon memang sedikit menyebalkan, namun itu justru membuat Nayeon sadar akan tujuan awal dia keluar flat malam - malam. Nayeon segera berjongkok kemudian mengambil kantong plastik dan memunguti sampah - sampah miliknya yang terjatuh tadi.
Melihat itu Taehyung juga ikut berjongkok. Tangannya dengan cepat beralih pada kedua lengan Nayeon. Sedikit menarik tangan gadis itu lalu sapuan nafas hangat menyentuh lapisan bibirnya. Taehyung menciumnya, tanpa unsur nafsu yang justru membawa sebuah euforia yang membuat jantungnya meletup. Gerakkan halus itu bahkan sanggup melemaskan kaki Nayeon. Merasa dunia di sekelilingnya begitu ringan hingga beterbangan.
"Sayang, aku mencintai."
Oh Tuhan! Pria ini sungguh, bagaimana Nayeon tidak luluh?
Kini, mengambil alih sampah ditangan Nayeon Taehyung kembali tersenyum.
"Cepatlah masuk, bisa - bisa aku membawamu ke rumahku."
Nayeon terkekeh geli, segera bangkit gadis itu memutar tubuhnya untuk masuk kembali ke dalam flat. Namun baru beberapa langkah Nayeon kembali memutar tubuhnya, menggerakkan tangannya ke arah Taehyung yang berdiri menatapnya.
"Selamat malam, hati - hati di jalan." Senyum Nayeon terkembang.
Menanggapi, Taehyung pun menggerakkan tangannya membalas perlakuan Nayeon.
"Selamat malam sayang, mimpi indah."
Ugh, pria ini, mengerti saja jika panggilan sayang itu menjadi kelemahan Nayeon. Setelah beberapa saat menimang kini Nayeon berlari kecil ke arah Taehyung. Memegang lengan pria itu, lalu sedikit berjinjit untuk mengecup pipi Taehyung.
"Aku juga mencintaimu." Bisik Nayeon lalu segera lari.
"Hei hei, jangan lari nanti kau jatuh!" Seru Taehyung sedikit khawatir.
Namun setelahnya bibirnya kembali tersenyum. Dia menatap kantong sampah di tangannya, berjalan ke arah tong sampah, memilah sampah itu sembari tetap tersenyum. Sepertinya, Nayeon menularkan hormon dopamine dalam diri Taehyung lalu menstimulasi hormon oksitosin miliknya sehingga dia begitu sangat bahagia.
:::
Langkahnya terayun ringan, adalah hal paling menyenangkan ketika ia bisa menemui seseorang orang yang kita rindukan. Jisoo menatap rumah besar yang oleh orang suruhannya bilang adalah rumah Kim Taehyung.
"Kau ternyata orang kaya ya? Baguslah, ayah akan lebih mudah menerimamu sebagai menantunya." Bibir Jisoo terkembang.
Bibirnya sedikit terkatup ketika ponselnya berbunyi. Orang suruhannya, tentu saja alis gadis itu terkerut bingung.
"Iya ada apa?!" Nadanya terdengar ketus.
"Apa!" Serunya dingin dengan mata sedikit memicing.
Ponselnya kembali bergetar, dengan cepat tangannya bergerak di atas layar hingga kini sebuah gambar memenuhi layar ponselnya. Ekspresinya mengeras, tatapannya berubah murka.
"Jadi? Kau mengkhianatiku?" Lirih Jisoo menatap foto Taehyung dan Nayeon yang dikirim orang suruhannya.
"Aku tidak akan tinggal diam. Tidak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionDia pikir, setelah itu keduanya tidak akan bertemu lagi. Jadi ketika pria itu menawarkan sebuah kesepakatan malam itu, ia menerimanya tanpa pikir panjang.