Bohong kalau dia tidak tertarik pada gadis itu. Jadi, kalau ditarik garis mundur, sejak kapan dia mulai tertarik Taehyung akan melempar memorinya pada malam di mana mereka berdua pertama kali bertemu. Sejak gadis itu kembali datang padanya membawa kantong plastik berisi obat. Entah mengapa saat itu, ia merasa tersentuh lalu ketika ia melihat jejak - jejak air mata yang membekas di pipi Nayeon. Taehyung bisa merasakan sebuah ketulusan, bisa melihat betapa gadis itu sangat lembut. Karena kadang, ketika kita berada di titik paling menyedihkan, kita akan melupakan segala hal karena menganggap semua itu tidak adil bagi kita. Tapi Nayeon berbeda—setidaknya itu yang Taehyung lihat.
Nayeon memejamkan matanya sesaat lalu menatap atasannya yang siap menunggu jawabannya.
"Karena kupikir kita berdua tidak akan bertemu lagi."
Alis Taehyung terkerut tipis, "jadi, seperti awal kita memulainya tanpa salam perkenalan, kita tidak perlu mengakhirinya dengan salam perpisahan bukan?"
Sejenak memejamkan mata lalu Taehyung menatap manik cokelat milik Nayeon. "Apa kau sama sekali tidak tertarik padaku?"
Nayeon terlihat terkejut, ia tidak tahu akan menerima pertanyaan seperti itu. Ayolah, apakah ada wanita di dunia ini yang tidak tertarik padanya? Setidaknya kagum atau memuji atasannya ini? Tentu saja Nayeon tertarik, tapi dia sadar diri.
Tidak segera menerima jawaban yang diinginkannya membuat Taehyung bangkit berdiri. Tubuhnya ia rendahkan tepat di dekat wajah Nayeon, tangan kanannya ia letakkan di sandaran kursi yang Nayeon duduki sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana.
"Aku tertarik padamu." Tegas Taehyung tepat di wajah gadis itu.
Wajah Nayeon berubah merah seperti kepiting rebus, jantungnya tiba - tiba berdetak tidak sesuai irama dan perutnya serasa tergelitik aneh.
Masih memperhatikan inci wajah gadis di depannya Taehyung kini menarik tubuhnya menjauh dari Nayeon. Cukup membuat gadis itu bernapas lega, karena ya, dekat dengan atasannya ini tidak cukup baik untuk kesehatan jantungnya.
"Kalau kau bagaimana?"
Sejujurnya dia sendiri sedikit bingung menanggapi pertanyaan Taehyung. Aku? Bagaimana?
"Tunggu," Nayeon mengangkat tangannya. Membuat Taehyung tersenyum samar—gadis di depannya benar - benar, apa dirinya ini seorang guru?
"Aku tidak mengerti maksud anda pak."
Selama ini, Nayeon yang selalu lebih dulu tertarik pada pria. Dan grade tipe idealnya pun tidak pernah muluk - muluk. Sejauh ini yang memiliki nilai lebih dalam standarnya itu baru Minhyun; tinggi, tampan dan lumayan mapan. Jadi, mendengar seseorang yang—standarnya saja melebihi ekspektasinya—mengatakan tertarik pada gadis seperti dirinya; yang selalu tidak beruntung dalam percintaan sungguh membuat Nayeon begitu lambat menggunakan otaknya untuk memproses semua ucapan atasannya itu.
Taehyung menarik napas, mencoba sedikit lebih sabar menghadapi gadis di hadapannya. Merendahkan lagi tubuhnya yang tentu saja kini membuat Nayeon reflek memundurkan tubuhnya hingga ke sandaran kursi, menarik jemari gadis itu.
"Halo, namaku Kim Taehyung, aku menyukaimu Im Nayeon. Oh! Apakah itu terlalu mendadak? Baiklah, aku tertarik padamu, boleh aku mengenalmu lebih jauh? Ah! Apakah itu juga sedikit mendadak? Bagaimana kalau kita memulainya dengan makan malam sepulang kerja?"
Nayeon mengedip - ngedipkan matanya lucu, baiklah, sekarang Taehyung akan memasukkan kebiasaan gadis ini sebagai salah satu favoritnya. Meletakkan kembali tangan Nayeon kepangkuan gadis itu, menarik tubuhnya untuk berdiri tegak. Kembali Taehyung bersuara, "Masih jam kantor dan aku menghambat produktifitasmu dalam bekerja. Kau bisa kembali, dan jangan lupa! Sepulang kerja kita keluar untuk makan bersama."
Nayeon segera bangkit, meskipun sebenarnya dia masih sedikit belum seutuhnya kembali dalam imajinasinya sendiri gara - gara pria di hadapannya.
"Oh! Satu lagi!" Taehyung merogoh ponselnya, menggerakkan jemarinya sesaat lalu kembali menatap Nayeon. "Aku mengirim pesan padamu, simpan nomor itu jangan lupa!"
Nayeon mengangguk lalu segera membungkuk dalam sebelum pamit keluar. Oh ayolah! Apakah Nayeon telah menyelamatkan negeri ini sebelumnya? Bagaimana bisa seseorang yang melebihi ekspektasi itu bisa mengatakan menyukai dirinya?
:::
Dan kini seluruh kesadarannya kembali ketika dia memasuki kantor divisi keuangan. Kabar tentang manager Bae Irene menyebar begitu saja. Rumor - rumor yang entah berdasar ataupun tidak seolah mencuat satu persatu. Duduk di kursinya kembali kini teman - temannya mulai bergerombol di sekitar meja Nayeon.
"Bukankah kau tadi ada di dalam? Apa yang sebenarnya terjadi tadi?" Jieun bersuara.
"Apa manager Irene dipecat?" Sekarang suara Lena.
"Oh ya bukankah kau dari kantor atasan kita yang baru? Apakah dia menanyaimu soal perilaku manager Bae yang buruk?"
Nayeon sudah tidak memperhatikan siapa - siapa saja yang bertanya, kepalanya terasa pusing. Dan energi masih terkuras karena pernyataan atasannya tadi.
"Aku tidak tahu apa - apa, aku benar - benar tidak tahu!" Seru Nayeon berdiri.
Teman - temannya nampak mendengus ada beberapa yang berdecak kesal. Tapi Nayeon tidak peduli, sejak awal dia memang tidak suka berada di divisi ini. Nayeon berjalan ke arah dapur, menuangkan air dan segera meneguknya hingga tandas.
:::
Joshua meletakkan berkasnya di meja Taehyung. Sedikit membungkuk kini pria itu bersuara.
"Dia setuju berada di pihak kita."
Taehyung tersenyum kecil, lalu membaca berkas itu seksama.
"Maaf bila saya sedikit lancang, kupikir anda akan sedikit menunggu untuk menindak manager Bae."
Taehyung menghentikan gerakan tangannya lalu tersenyum tipis.
"Apa karena nona Im Nayeon?" Lanjut Joshua.
Joshua tidak salah, iya, karena melihat gadis itu yang menunduk takut dan karena pipi gadis itu yang tadi terlihat memerah.
"Apa kelihatan mencolok sekali?"
Joshua tersenyum lebar, setidaknya sekretaris Hong itu bisa kembali melihat senyuman lebar dari atasannya itu.
"Mungkin, saya terlalu berfikiran buruk padanya. Jadi saya mencari tahu, maaf kalau saya kembali lancang."
Taehyung kembali tersenyum, tidak masalah baginya kalau Joshua melakukan hal semacam itu. Untuk Taehyung apa yang dilakukan Joshua memang salah satu pekerjaannya—memastikan dirinya aman.
"Aku pulang sendiri nanti," ujar Taehyung, Joshua membungkuk patuh.
"Kalau begitu saya akan keluar sebentar mengurus beberapa hal terkait manager Bae." Pamit Joshua sebelum pergi.
Sepeninggal sekertaris Hong, Taehyung terlihat mengeluarkan ponsel miliknya. Mengetikkan sesuatu untuk gadis yang sudah menyita pikirannya akhir - akhir ini.
:::
Nayeon menyemburkan sebagian minumannya ketika membaca deretan pesan di ponselnya. Jiwa kesendirian dan butuh perhatian dalam dirinya kembali bergejolak membaca pesan dari atasannya itu. Dia wanita normal, yang tentu saja mudah mengalami hal yang dinamakan 'baper' ketika ada yang memberikan perhatian lebih.
Boss
jangan lupa kompres pipimu dengan kain dingin. Lain kali tidak akan kubiarkan seseorang menamparmu lagi.Teruntuk kalian yang sering komentar aku kasih bonus. Komen yang banyak ya biar diriku semangat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionDia pikir, setelah itu keduanya tidak akan bertemu lagi. Jadi ketika pria itu menawarkan sebuah kesepakatan malam itu, ia menerimanya tanpa pikir panjang.