Jadi harus Nayeon garis bawahi, pria itu, yang semalam adalah putra pewaris trah Kim. Kim Taehyung benar - benar pria yang, haruskah Nayeon menyebutnya bertanggung jawab? Atau menyebutnya keren? Ah, oke, mungkin Nayeon sedikit beruntung pernah berbagi malam dengan pria itu. Membuat kopi di dapur Nayeon bisa mendengar keluhan satu divisinya. Padahal beberapa puluh menit yang lalu mereka heboh bergosip soal pria itu yang begitu tampan.
'aku ingin rekap laporan keuangan hingga satu tahun yang lalu. Oh! Juga laporan keuntungan dan kerugian hingga satu tahun yang lalu juga.'
Nayeon sedikit menyunggingkan senyumnya tipis. Oke, apa di sini hanya dia yang begitu senang laporan itu diungkit? Oh! Setidaknya ada yang perlu menyentil dominasi manager Bae. Jujur saja, Nayeon tidak begitu suka dengan manager Bae. Kadang ia merasa ada sesuatu? Atau telah terjadi sesuatu? Apalagi divisi yang Nayeon tempati berhubungan dengan angka dan uang.
"Im Nayeon lama sekali buat kopinya!" Seruan dari luar pantry itu membuat Nayeon sedikit melebarkan pupil matanya.
"Iya sudah selesai." Sahut gadis itu mengangkat nampan berisi kopi di depannya.
Nayeon meletakkan satu persatu cangkir kopi di meja masing - masing temannya. Ada yang mengucapkan terima kasih tapi lebih banyak yang hanya diam-mungkin efek dari bos baru yang menuntut laporan keuangan? Sampai di meja manager Bae atau Bae Irene wanita itu menatap Nayeon.
"Kirim soft copy laporan yang aku suruh rekap beberapa hari yang lalu." Ujarnya tanpa senyum sama sekali.
Nayeon menunduk patuh. "Baik."
:::
Duduk di kursi yang baru saja dia jabat Taehyung nampak begitu serius dengan tablet di tangannya. Harus dia akui, jika bukan karena ini perusahaan yang ibunya rintis, mungkin dia akan memilih bersikap tidak peduli. Dari segala jenis bidang bisnis yang keluarga Kim kelola sebenarnya tidak ada spesifikasi yang Taehyung sukai. Dia hanya suka seni, tapi ketika ia dituntut, maka dia akan sangat total sekali.
"Maaf, anda benar - benar akan mengecek semua laporan itu?"
Dia Joshua Hong, orang kepercayaan ibunya dan juga Taehyung. Orang yang sengaja Taehyung biarkan berada di sekitar lingkaran keluarga Kim ketika dia diusir ayahnya. Untuk itu ketika Jimin memanggil pengacara keluarga Kim-Park Jinwoon-saat dia ada masalah di kantor polisi dia sedikit kesal. Iya, harusnya Jimin memanggil Joshua saja.
Taehyung berdehem menanggapi pertanyaan Joshua.
"Baik saya mengerti, jika anda merasa lelah biar saya saja yang menyelesaikannya." Tutur Joshua lalu mengambil berkas laporan bulan februari.
Taehyung tersenyum,"menurutmu, apa dia akan datang?"
Joshua yang baru saja duduk itu menoleh. "Jika melihat sifatnya, seharusnya-"
Suara pintu terbuka itu membuat Taehyung dan Joshua menghentikan seluruh kegiatan mereka. Oh! Sepertinya pria ini begitu panjang umur.
"Wah - wah! Kupikir setelah kepergianmu itu kau tidak akan kembali? Kupikir kau tidak akan peduli dengan semua ini." Kim Jongin bersuara.
Taehyung tersenyum, "Hyung masih sama, selalu tidak sopan." Bahkan ketika Taehyung mengucapkan hal itu senyum di bibirnya masih terbentuk.
Jongin terlihat kesal, mendengus pria itu berjalan ke meja Taehyung yang berisi banyak berkas - berkas.
"Cukup datang dan jalani saja peranmu, apa harus kau menyentuh ini?" Telunjuknya ia tekankan pada lembar kertas di meja Taehyung.
"Apa ada yang kau sembunyikan, Hyung?" Taehyung menawarkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionDia pikir, setelah itu keduanya tidak akan bertemu lagi. Jadi ketika pria itu menawarkan sebuah kesepakatan malam itu, ia menerimanya tanpa pikir panjang.