Bab 5:Siapa?

880 169 19
                                    

Masih tidak mengalihkan tatapannya pada gadis yang ada di depannya itu. Yang kini kembali membungkuk seraya mengulurkan tangannya untuk meminta ponselnya kembali.

"Maaf apa boleh kuminta ponselku kembali?"

Lucu, dia sangat yakin pipi yang memerah itu bukan pulasan blush on. Tapi kenapa tatapan gadis itu seolah menyiratkan—antara kau dan aku tidak ada hubungan apapun?

"Kau lupa?"

Harusnya, wajahnya ini tidak mudah untuk dilupakan. Apalagi setelah malam itu? Bahkan antara dirinya dan gadis itu sama - sama sadar dan tidak mabuk.

"Maaf, anda calon bos saya bukan?"

Taehyung mendecih kesal. Kenapa gadis di depannya ini suka sekali membuatnya kesal?

"Malam itu, bahkan ini belum ada tiga hari sejak malam itu. Kau benar - benar melupakanku?"

Nayeon mengedip - ngedipkan matanya. Ingin bilang tidak lupa tapi itu akan memalukan sekali.

"Maaf, anda siapa?"

Siapa?

Sedikit merendahkan kepalanya, mengerutkan kedua alisnya antar bingung dan tidak percaya kali ini dia terkekeh kecil.

"Kim Taehyung." Ujar Taehyung mantap menarik tangan Nayeon untuk dijabat.

Merasa ada sesuatu sengatan aneh ketika kulit mereka bersentuhan lagi kini Nayeon menarik tangannya cepat lalu meremasnya perlahan.

"Sekarang, kau sudah tahukan? Sudah ingat sesuatu?"

Taehyung masih menatap Nayeon tajam. Menarik napas dengan sedikit susah kini Nayeon menggeleng pelan.

"Apa? Wak—"

Suara bel berhasil menyelamatkan Nayeon kali ini.

"Pengantar barang datang!" Seru Nayeon menunjuk arah gerbang lalu berlari pergi.

Taehyung hanya terdiam. Dia benar - benar tidak percaya dengan gadis di depannya ini. Sedikit mendengus lalu kini tangannya terfokus pada ponsel di tangannya. Terkunci dengan sidik jari. Sial!

Tidak lama gadis itu datang dengan beberapa orang laki - laki yang sedang membawa box - box. Nayeon mengarahkan kurir itu ke dalam rumah untuk meletakkan barang - barang milik Taehyung. Tangannya berkacak pinggang, dengan tatapan tetap fokus pada gadis berambut agak panjang itu.

"Dia potong rambut?" Gumam Taehyung lalu ikut masuk ke dalam rumah.

Seingatnya malam itu rambutnya tidak sependek itu. Hembusan napas dan kini Taehyung beralih melipat tangannya di dada. Matanya terarah pada gadis itu yang kini di dapur—sedang membuka kulkas.

"Sebelum pergi paman - paman minumlah dulu, kalian pasti sangat lelah." Ujar Nayeon sembari meletakkan nampan dan beberapa cookies.

Memang dia yang punya rumah?

Taehyung sedikit mendesis tapi dia tidak komplain. Para kurir itu setelah memasukkan semua barang milik Taehyung kini berdiri di sekitar Nayeon—bergilir mengambil air yang Nayeon tuang ke gelas - gelas.

Bahkan dia tidak menawariku?

Masih membiarkan semuanya. Melipat tangan di dada sembari melihat Nayeon yang mengobrol dengan paman - paman kurir itu kini Taehyung berdehem keras. Yang cukup membuat orang - orang menoleh. Mengerti dengan tatapan Taehyung yang sedikit tidak bersahabat kini para paman kurir itu pamit satu persatu.

Nayeon mengambil kembali nampan itu dan membawanya ke dapur.

Dia benar - benar tidak menawariku?

Taehyung benar - benar tidak percaya. Bahkan kepalanya saja masih terasa nyeri karena high heels milik Nayeon. Tapi sekali lagi Taehyung menahan diri dan memilih melihat saja gadis itu yang tengah mencuci nampan dan gelas lalu menatanya kembali ke tempat semula.

"Sepertinya tugas saya sudah selesai, saya mohon kembalikan ponsel saya."

Nayeon kembali mengulurkan tangannya. Taehyung kini bereaksi mengeluarkan ponsel Nayeon dari saku miliknya. Masih menatap manik itu yang sedari tadi menghindari tatapannya. Bukannya memberikan Taehyung malah menarik lalu memaksa telunjuk Nayeon menyentuh layar sidik jari ponsel milik gadis itu. Nayeon terkejut, kembali sengatan itu menjalar pada tubuhnya dan berefek memperlambat kerja otak miliknya.

Dengan lincah jemari Taehyung bermain di layar ponsel hingga suara ponsel mengembalikan kesadaran Nayeon.

"Yak!" Seruan reflek Nayeon itu bahkan membuat keduanya terkaget.

Mendengus kesal kini Nayeon merebut ponselnya dari tangan Taehyung. Persetan dengan tata krama dengan bos atau semacamnya. Tapi Taehyung lebih gesit dengan cepat dia mengangkat tangannya ke atas. Membuat kini tubuh keduanya bertubrukan.

Wajah Nayeon terlihat kesal, mendengus kini dia sedikit mencoba memundurkan tubuhnya namun Taehyung menahan pinggangnya hingga ujung hidungnya bertubrukan dengan dada milik pria itu yang terbalut kemeja hitam. Wajahnya kembali merona, memori malam itu kembali lagi dengan tidak sopannya.

"Kenapa kau pergi? Kenapa pura - pura tidak ingat?"

Suara itu mengetuk dinding telinganya. Membuat sontak pipinya merona. Sekarang bahkan menyusurkan saliva pun terasa begitu susah baginya.

"Apa kau ingin membuatku penasaran dengan dirimu? Hem?"

Kini Taehyung bersuara lagi dengan kepala yang sedikit dia rendahkan. Oke, bahkan aroma mint dari mulut Taehyung mengoyak kembali pertahanan gadis itu. Bibir itu seolah membawa semacam perasaan aneh yang menelusup hatinya. Nayeon memberontak. Ketika tangan Taehyung lengah kini ia merebut ponselnya lalu segera berlari. Menghindar. Karena tugasnya sudah selesai.

Mengambil sepatunya kini Nayeon bertelanjang kaki keluar dari rumah Taehyung. Persetan esok hari, lagi pula dia juga belum tentu bertemu dengan pria itu di kantor. Nayeon bisa mendengar teriakkan Taehyung memanggil namanya, namun dia sudah tidak peduli. Berdekatan dengan pria itu benar - benar tidak baik.

Jantungnya tidak baik, hatinya tidak baik dan tubuhnya juga tidak baik.

Taehyung sendiri juga berlari tanpa alas kaki, hanya saja sampai pintu gerbang luar dia menghentikan kegiatannya. Benar - benar, dia belum pernah sebelumnya berhubungan dengan gadis semacam Nayeon ini. Membuat dia benar - benar gila. Meletakkan tangannya di pinggang dengan tangan satunya melakukan panggilan kini dia mendengus ketika panggilan teleponnya di reject.

Taehyung
Padahal aku mengkhawatirkan dirimu dan berniat mengantar pulang. Dasar gadis aneh!!!






HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang