Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut menyintanya
Ada pula yang kejam menyiksa dirinya
Dosakah yang dia kerjakan?
Sucikah mereka yang datang?
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman
Penggalan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PARTI
Setelah cukup istirahat siang, aku bermaksud bangun mencari Fiona. Ia datang menjengukku tapi aku mengabaikannya, pastilah ia sungkan masuk ke kamar karena ada Nugi bersamaku di sini.
"Kemana?" tanya Nugi menarik tanganku.
"Mencari Fiona."
"Biarkan saja ia melepas rindu dengan Reign." Katanya menarikku ke dalam pelukannya.
Melepas rindu?
Waktu aku akhirnya keluar kamar, Fiona sedang sibuk di dapur, Reign ada di sekitarnya, mengajaknya mengobrol.
"Kalian berdua bukan sekedar kenal, kan?" tanyaku saat makan.
Fiona tersenyum tidak menjawab, Reign juga.
"Reign?" Aku menoleh ke Reign yg duduk di samping Fiona.
"Melamar Fiona kemana, tante?" apa yg ditanya, jawabannya apa.
"Kau sudah tahu masa lalu Fiona?" tanyaku.
"Sudah, tante," kata Reign mengecup pipinya.
"Kau tak keberatan?"
"Papa toh tidak keberatan masa lalu tante." Jawabnya tajam.
"Papamu tidak membicarakan pernikahan." Tiba-tiba aku merasa sedih.
Lalu aku merasa ketulusan Nugi itu palsu. Ia memanfaatkan aku untuk mencari Fiona demi Reign.
Nino juga mencari Fiona, rasa marah membuatku ingin memberitahukan Nino kedatangan Fiona. Tapi aku berpikir lagi, susah payah Fiona menyembunyikan diri di Bali karena ingin terlepas dari Nino, apakah aku tega menghancurkan hidupnya?
Delapan tahun lalu aku yg mengasuhnya menjadi perempuan bayaran, saat itu tidak ada prospek pekerjaan lain yg aku tahu. Fiona rela menjual diri, tapi ia mati-matian melindungi Fitri. Tidak, aku tidak ingin menghancurkan Fiona. Tampaknya Reign benar-benar mencintainya. Urusanku dengan Nugi dipikir belakangan, seandainya ia mendepakku setelah urusan selesai, aku masih punya Fiona, kurasa ia tak mungkin setega itu membiarkanku mati kelaparan di pinggir jalan.
Dua malam Fiona di rumah, kami berempat merundingkan segala sesuatunya. Reign akan menikah diam-diam dengan Fiona supaya tidak dihalangi Nino. Fiona sedang mempertimbangkan kembali ke Jakarta setelah menikah. Cafe de Liberia sudah tutup, tak ada yg mengurus setelah ditinggal Fiona. Bila Fiona mau pindah ke Jakarta, Nugi akan membeli cafe itu nanti setelah Reign dan Fiona menikah untuk dikelola Fiona.
Fiona menjadi bersemangat dengan ide mengelola Cafe de Liberia lagi, kepalanya langsung penuh dengan segudang ide. Ia ingin mengganti konsep club malam menjadi resto yg buka untuk sarapan pagi sampai makan malam. Hidangannya ala Perancis, andalannya adalah sarapan dengan croissant yg dihidangkan ala sandwich seperti yg dijual di Dunkin Donat. Fiona bahkan sudah memikirkan namanya, Magnifique, kalau dalam bahasa Inggris gorgeous.
