Perempuan dengan rambut sebahu dan poni rata yang memiliki bentuk wajah yang terkesan kalem, ramah dan imut.
Namun nyatanya, ia bukanlah perempuan yang seperti itu. Ia adalah perempuan yang petakilan dan tomboy.
Sebelas duabelas dengan Rossa, hanya berbeda bahwa ia lebih tomboy di banding dengan Rossa.
Siapapun akan terpesona dengan garis wajahnya yang halus, namun ketika sudah mengenalnya akan sadar bahwa ia bukanlah perempuan yang mudah di dekati.
Apalagi untuk lelaki, ia yang notabene nya memang sering bermain dengan laki-laki, bukan berarti ia perempuan murahan, ia hanya senang dengan pola pikir laki-laki yang menurutnya lebih luas. Jadi ia sudah mengenal sifat laki-laki kebanyakan, hal itu juga yang membuatnya tidak mudah terbawa perasaan. Dan satu lagi, ia sangat benci kepada laki-laki buaya darat, yang hobi nya tebar pesona sana-sini.
Padahal, tidak cakep menurutnya.
Itu pandangannya dulu sebelum mengenal anak kelas IPA 8. Ketika ia masuk ke kelas IPA 8, ia sadar bahwa ia sudah membuka dirinya secara perlahan kepada mereka.
Bukan karena kemauannya, tapi itu berjalan secara tanpa disadari.
Ia sadar bahwa kelasnya adalah sebuah keluarga, dan semua anggota kelasnya punya pandangan yang berbeda. Hal ini lah yang membuatnya dapat bergaul kembali dengan perempuan, dan karena lelaki kelas ya memang menganggap semua anak perempuan IPA 8 tidak normal, jadi mereka santai saja untuk terbuka kepada anak perempuan.
Ia bermain dengan lelaki semenjak kelas 2 smp, dimana semua anak perempuan dengan mudahnya terhasut oleh omongan yang belum tentu ada kebenarannya.
Berawal ketika ada teman kelasnya sekaligus temannya dari sd yang menyebarkan berita bohong bahwa dirinya lahir sebelum orang tuanya menikah.
Itu tidak lah benar, teman kelasnya itu hanya merasa iri kepadanya karena ia dengan mudahnya mendapat perhatian semua anak kelas karena ulahnya yang receh.
Padahal, ia hanya melakukannya secara frontal. Tidak ada rencana atau apapun untuk ngebanyol dalam kelas.
Setelah berita itu di sebar, semua anak perempuan di kelasnya menjauh darinya. Itu membuatnya sakit hati, mengapa mereka tidak bertanya kebenarannya dulu kepadanya? Mengapa langsung percaya tanpa adanya bukti?
Ia sudah tidak tahu hendak berteman dengan siapa, sampai ketika ia tengah sendiri di kelasnya, baru saja hendak pergi ke ruang olahraga. Ketua kelasnya datang dan berkata, "lo ada masalah apa sama anak cewek?" Tanya Ketua kelas.
Ia hanya diam, tidak ingin menjawab. Namun kata-kata Ketua kelasnya membuat ia akhirnya membuka suara.
"Lo gak mau cerita? Yakin? Lo selamanya bakal di pandang begitu? Berarti lo membenarkan?" Tanya Ketua kelas.
Ucapan itu membuatnya geram, dan akhirnya menceritakan semua yang terjadi. Ia tahu, bahwa anak kelasnya akan membenci nya dan berita itu akan mudah tersebar ke penjuru sekolah.
Namun nyatanya berbeda, respon Ketua kelasnya membuat ia sadar bahwa di dunia memang bermacam-macam karakteristik orang.
"Kalo semua itu gak bener, kenapa lo diem aja? Lo tau kan, mulut cewek kayak gimana? Lemes. Lo harusnya tegasin ke mereka kalo semuanya salah, lo gak perlu takut atas apa yang sama sekali gak terjadi dan bukan juga tanggung jawab lo. Kalo lo gak berani, ada gue sebagai temen lo." Ucap Ketua kelas membuat ia tersadar dan otaknya kembali berjalan.
"Apa yang harus gue buktiin? Masa iya gue nanya langsung ke orang tua gue? Aneh," ucap nya sembari mendengus pelan.
Ketua kelas menjawab dengan santai, "buktiin sama prestasi lo, kalo lo gak bakat di akademik, lo bisa buktiin di non-akademik." Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power Of 24/7 Hooman [Local AU] | On Hold
Teen FictionJust another classmates story. Yang katanya penghuni kelas isinya; para malaikat, titisan sultan, keturunan dewa, dengan sifat kayak lemari es. Tapi nyatanya; abstract, absurd & random.