16% The Younger Need a Commitment

58 8 4
                                    

Seorang perempuan dengan rambut panjang yang menjuntai hingga pundak, yang memiliki tatapan mata yang tajam dengan kontur wajah yang halus membuatnya sama sekali tidak terlihat tegas ataupun jutek.

Ia lebih terlihat imut walau memiliki pandangan mata yang terkesan tegas. Ia memiliki rona merah muda alami pada pipi bulatnya, membuat ia semakin terlihat menggemaskan.

Perempuan yang di anggap sebagai adik di kelasnya bersama Dino yang memang benar-benar paling muda di antara yang lainnya, lain hal nya dengan dirinya.

Perempuan bernama lengkap Rahma Adinda ini di kenal sebagai adik di dalam kelasnya melainkan karena ia merupakan anggota perempuan termungil dengan tingkah yang seolah match dengan wajah dan keadaannya.

Perempuan yang biasa di panggil Rahma ini memang senang bertingkah seolah menjadi anggota termuda bersama Dino. Karena di dalam kelasnya, tidak memandang apapun. Semuanya tetap terkena bullyan dan hinaan serta caci maki dari yang lainnya.

Rahma berjalan di koridor sekolah yang sepi sendirian dengan memasang wajah datar, bukan karena ia datang terlalu pagi, melainkan untuk pertama kalinya ia datang terlambat dan langsung mendapat surat peringatan dari guru BK.

Rahma mendengus pelan karena harus menuliskan kata ‘saya berjanji tidak akan terlambat lagi’ sebanyak dua lembar kertas folio penuh.

Dibandingkan dengan itu, Rahma memilih lebih baik membuat essay atau portofolio daripada harus menulis kalimat yang sama berulang kali.

Entahlah, rasanya akan lebih pegal jika harus menulis kalimat yang sama dibandingkan dengan membuat sebuah karangan atau semacamnya.

Rahma menghela napas pelan sebelum benar-benar memasuki kelas.

Suasana kelas sepi lantaran tengah waktunya membaca buku entah fiksi ataupun non fiksi. Rahma berjalan santai menuju ke kursinya sampai lantainya terhenti akibat celetukan yang mulai mengundang baku hantam disana.

“WEH RAHMA KEMANE AJA NI? CALON PENERUS WONDI YAK?!” ucap Dika dengan lantang membuat Joshua yang tengah membaca komik jadi mendengus malas akibat suara nyaring dari lelaki itu.

“Bukan penerus Wondi, bego! Tapi muridnya dari padepokan Wondi.” Ucap Sony yang di akhiri dengan tawa nyaringnya.

“Et dah neng, abis darimane jam segini baru dateng?  Wondi aja udah dateng 5 menit sebelum bel.” Ucap Jaren degan terkekeh pelan.

Rahma mendengus dan menuju ke kursinya dengan malas, tugas dua kertas folio itu harus di kumpulkan selambat-lambatnya sore nanti jam 4 sebelum ruang BK di tutup.

“Cot lo semua!” ucap Rahma yang kemudian duduk dan membuka ponselnya.

Rossa yang berada di depan perempuan itu, jadi mengintip sedikit dan kemudian jadi mesem-mesem sendiri melihatnya. “ET ET ADA CHAT DARI SAPA NOH?!” ucap Rossa dengan lantang membuat seisi kelas jadi memperhatikan Rahma dengan pandangan seolah paham akan topic pembicaraan yang mengarah kemana.

Rahma yang menyadari itu jadi mendorong kursi Rossa membuat Rossa memekik pelan karena hampir terjatuh dari duduknya akibat dorongan dari Rahma.

“UHUY DEDEK RAHMA CINTA-CINTAAN!” ucap Dino seolah mengejek.

“Dedek pala lo! Lo sendiri yang paling bocil ya, No.” ucap Kahendra memandang Dino dengan malas.

“OH YANG BINTANG KECIL DI LANGIT YANG BIRUUU ITU YAA? ANAK KELAS TETANGGA?!” ucap Syahdan dengan nyaring membuat seisi kelas tertawa terbahak karenanya.

Terlebih lagi, Syahdan ketika berbicara tidak di filter sama sekali.

“OSIS YA OSIS?!” celetuk Dika menambahkan membuat wajah Rahma semakin merah karena malu, menjadi bahan perbincangan.

The Power Of 24/7 Hooman [Local AU] | On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang