Bibirnya tak hentinya terkembang. Dari perjalanan flat sampai keparkiran. Bahkan muka masam Annabella tak dihiraukannya. Saat Tanaya berpapasan dengannya di lobi. Tampaknya Anabella masih kesal atas pertengkaran mereka tempo hari
Hari ini ia mengenakan sweeter rajut hijau tua, celana skinny putih serta sneakers putih. Ia sudah janjian dengan Livian di parkiran depan. Karena Livian masih dalam perjalanan dari kantornya.
Dilirik nya jam yang melilit pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan jam 3sore. Langit juga tampak cerah. Walaupun sebagian awan ber-iringan mengejar matahari.
Wajah Tanaya tampak bosan. Lebih 5 menit dia menunggu disana. Tapi tak apa lah. Bosan nya tergantikan dengan rasa buncah. Karena hari ini Reyna akan bertemu dengan Livian.
Dikejauhan ia melihat mobil sedan warna biru metalik punya Livian. Dan berhenti tepat didepannya. Tanaya langsung berhamburan masuk kekursi penumpang sebelah kanan. Dan memasang seatbelt.
"Hallo miss Tanaya.. kita akan kemana hari ini.. ?" tukas Livian santai. Menginjak gas, memutar setir dan melaju kejalanan.
"National hospital for neurology..." sela Tanaya cepat. Tampak senang. Buat kening Livian berkerut samar.
Tanaya memperhatikan Livian dari atas kebawah. Hari ini Livian mengenakan kemeja biru langit, tak ada dasi yang melilit lehernya. Entah disembunyikan dimana oleh Livian serta celana dongker. Jas nya tersampir dibahu kursi belakang senada dengan warna celananya.
"Apa kau tidak bawa baju ganti..." ucapnya kemudian. Ya, memang tak ada yang salah dengan penampilan Livian saat ini. Dia masih tetap tampan mengenakan setelan kerjanya. Tapi, Tanaya ingin kakaknya menemui Reyna sedikit... yah.. bergaya mungkin.
"Ayolah Tanaya.. ini bukan kencan..." ujar Livian, yang masih fokus menyetir dibalik kemudi.
Tanaya memutar bola matanya. Melihat lalu lintas kota inggris yang sedikit ramai. Sesekali terdengar klakson bersahut sahutan. Lampu jalan seakan mengejar kemana mobil berjalan.
Apa yang diharapkannya. Toh Livian hanya sekedar berkenalan dengan Reyna. Dia tau mungkin saja Livian setengah hati menuruti keinginannya. Hanya untuk menyenangkan hatinya.
"OK... setidaknya kau harus membelikan sesuatu untuk Reyna..?" tegasnya kemudian. Karena ia tak melihat 'buah tangan' ada didalam mobil itu.
Mobil Livian berhenti didepan toko bunga. Saat mesin mobil benar benar mati, barulah ia menoleh kearah Tanaya. Tangannya terangkat hendak mengancak-acak rambut adiknya. Namun diurungkannya, lantaran dengan gerakan cepat gadis itu keluar dari mobil.
Livian tergelak saat dia tepat disamping Tanaya.. "Apa kau marah padaku..?" Karena ia melihat muka Tanaya ditekuk dari tadi. Tanaya tak menjawab ia melangkah ringan masuk ketoko bunga.
Pilihan Tanaya langsung jatuh kebunga Lili warna putih. Karena itu bunga kesukaan Reyna .
Selang beberapa menit mereka kembali lagi kemobil dan melanjutkan perjalan mereka kurang lebih 10 menit lagi. Jika jalanan tak macet panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna, How Are You (End)
Teen Fictionseorang gadis yang mencintai kakak sahabatnya dalam diam. hanya melihat dari kejauhan lebih dari tujuh tahun. Setelah menceritakannya kepada sahabatnya. terjadi hal yang merenggut seluruh kehidupannya. cintanya. dan sahabatnya. Ya koma.. reyna.. kom...