chapter 23

2K 128 3
                                    

Tidak terasa sudah masuk musim panas, itu tandanya sebentar lagi libur musim panas tiba. Tahun lalu aku menghabiskan liburan musim panas bersama Dad and Mom ke Hawai. Sekarang mungkin kami akan liburan ke Paris. Oh, aku tahu. Setiap malam Mom menelpon bibi Fransiska. Kakak ibuku yang tinggal di Paris. Mereka sangat dekat, sehingga Mom selalu rindu dengan keluarga nya diParis. Apa aku ajak Tanaya saja sekalian. Jika dia tidak ada rencana. Oh, tentu saja. Dia kan baru berbaikan dengan kak Livian. Mungkin mereka akan pergi Liburan bersama sama. Oh, aku ingin ikut juga....
 
Aku sekarang diruangan benatu, karena tumpukan pakaian kumuhku menggunung. Tanaya aku tinggalkan dikamar, karena Gadis itu asik mengerjakan tugas sekolah yang akan dikumpulkan besok. Padahal aku belum mengerjakan satu pun tugas tersebut. Ya sudahlah, mungkin nanti malam aku harus bergadang lagi.
 
Dikejauhan aku melihat kak Livian berjalan semakin mendekat dengan seorang gadis cantik.
 
Aku seketika panik saat tujuan mereka keruangan laundry. Tergesa gesa aku sembunyi diantara celah dua mesin cuci yang saling bersisian. Ada total mesin cuci disini 10pcs.  Aku sembunyi di mesin cuci 9 dan 10.

Aku tidak berani melongokkan kepala barang seinci pun. Namun aku mendengar mereka tertawa.
 
“Tunggu sebentar....” kak Livian berucap, lalu semenit kemudian aku mendengar bunyi Ting. Tandanya kak Livian menghidupkan mesin cuci. Kemudian Suara nguuuung mesin cuci terdengar. Saling bersahutan sahutan dengan mesin cuci punyaku.
 
“Tunggu, Apa disini ada seseorang. Lihat... mesin cuci ini bekerja...”
 
Aku mendengar gadis itu bertanya keheranan. Mungkin mereka tengah mencariku. Semakin dalam kubenamkan tubuh ini kepaling ujung sampai punggungku menyentuh dinding dingin.

“Aku tidak melihat siapa siapa...” jawab kak Livian kemudian. Yang aku yakini dengan gaya cueknya.
 
Bisakah aku mengintip sekarang. Maksudku, aku penasaran apa yang mereka lakukan berdua diruangan  pencuci pakaian ini. Tentu saja aku tahu, mereka tengah mencuci. Tapi, kenapa gadis itu juga ikut bersama kak Livian.
 
“Kenapa kau mengajak ku kesini...?” Nah, rasa penasaranku terjawab sudah. Ku longokkan kepala hanya sedikit. Saat aku bisa  memonitor punggung kak Livian. Dan setengah muka gadis itu.
 
“Ya mencucilah, apa lagi....” kak Livian terkekeh geli, dan mengelus poni dikening gadis itu.
 
Aku menarik kepala ke bawah, saat gadis itu melihat kearahku. Jantungku langsung jumpalitan. Aku seperti penguntit saja. Padahal aku berada diwaktu yang salah.
 
“Apa kau menyukaiku..?”
 
Wow, pertanyaan yang percaya diri sekali. Apa kak Livian memang blak blakkan seperti ini. Kulihat gadis itu menonjok bahu kak Livian manja.
 
“Siapa yang tidak menyukaimu sih...” Pipi gadis itu bersemu semerah apel ranum. Menggemaskan.
 
“Aku juga menyukaimu, apa kau mau jadi pacarku....?”
 
Aku tidak tahu, detak jantungku terasa menyesak ingin keluar. Apa karena aku takut ketahuan atau kak Livian menyatakan perasaannya pada gadis itu. Bolehkah aku merasa iri. Aku ingin menjadi gadis yang disukai kak Livian. Beruntung sekali gadis itu.
 
“Jangan bercanda Livian...”
 
Aku tidak ingin melihat mereka. Mungkin karena aku sedikit kecewa. Oh, sadar Reyna. Kau bukan siapa siapanya. Posisiku sama dengan gadis gadis lain yang menyukai kak Livian. Aku akan mencoba merelakan kak Livian asal dia bahagia.
 
“Aku tidak bercanda. Aku serius... aku menyukaimu...”
 
Aku memberanikan diri melihat mereka. Walaupun berat rasanya, Tapi rasa penasaranku besar juga. Aku ingin melihat ekspresi kak Livian saat tengah jatuh cinta.
 
Sayangnya kak Livian masih membelakangiku.
 
“Bagaimana dengan Trio bebek...? Kau tahukan, mereka buat klub pecinta Livian. Anggotanya saja melebehi murid dikelas kita...”
 
Apa ada club seperti itu. Kenapa aku tidak tahu. Kalau aku tahu, apa aku juga ikut mendaftar. Aku jngin tertawa jika tidak memikirkan kak Livian ada disini. Siapa sih trio bebek... apa tiga senior yang menindas Tanaya.

Reyna, How Are You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang