chapter 20

2.2K 129 1
                                    

Tanaya terpana diluar rumahku masih menganga dan mengedip ngedip lucu. Aku terkikik geli disampingnya.
 
“Ayo masuk...!” Ajakku Menarik tangannya.
 
“Ini rumahmu...?” Dia bertanya dengan mulut Terbuka lebar.
 
“Bukan.. rumah tetangga...” jawabku asal. Lucu sekali mimik wajah Tanaya saat dia mengamini kata kataku.
 
“Aku pikir kau.. Maaf, penampilanmu sangat berbeda. Jadi aku tak menyangka kalau kau anak dari keluarga kaya. Maksudku..” Tanaya tergelak sendiri. “Sama sepertiku..." Ucapnya sedikit bernada segan
 
“Hai.. santai saja.. aku masih Reyna yang kau kenal...”
 
Aku membimbing Tanaya masuk kekamar. Sekali lagi Tanaya nanap dan bertebangan langsung keatas kasurku dengan tidur terentang tanpa canggung. Dan aku sangat menyukai Tanaya yang seperti ini. Ini tandanya hubungan kami bukan hanya sekedar teman biasa.
 
Mom masuk kedalam kamarku Menenteng minuman dan cemilan diatas baki. Dan menempatkannya diatas meja kecil disamping pembaringanku.
 
“Hai.. Tanaya.. anggap ini rumah mu sendiri...” sapa Mom ramah. Yah, aku sangat menyukai sifat Mom yang mau menerima siapa saja temanku tanpa pilih pilih.
 
“Berarti setengah dari rumah ini milikku...” jawab Tanaya. Aku tahu dia bercanda. Dan Mom langsung tertawa renyah. Seperti air beriak.
 
“Ya... sebagian dari rumah ini punyamu...” Mom Menepuk bahu Tanaya lembut. Dan ikut duduk Disamping Tanaya.
 
“Nah, mungkin kau juga ingin tidur disini. Nanti malam kita bisa meraton  nonton film atau buat pesta piyama...” Kata Mom riang dengan ide cemerlangnya. Menggerak gerakkan pinggangnya yang tampak kaku. Tanaya tersenyum simpul.
 
“Mom... Ingat pinggangmu...” aku mencium pipi kiri Mom dan duduk didepan mereka. Kami seperti sekumpulan gadis biang gosip duduk berkeliling diatas tempat tidur. Siap menceritakan tentang apa saja.
 
Susah payah Mom beringsut naik, karena rok ketat yang Mom kenakan buat dia tak bisa leluasa.
 
“Mom santai.. jangan dipaksakan.” Ujarku lembut. Mom menyerah dan membiarkan kedua kakinya bergelantungan diudara.
 
“Apa ada laki laki yang disukai Reyna... ??? ah, yang difoto itu... siapa namanya Li....”
 
“Mooooom...” teriakku menghentikan keingintahuan Mom. Aku mendelik kearah Mom. Dan menggerak gerakkan mataku. Agar Mom mengerti maksudku. “Mom, maaf bukan maksudku ingin mengusirmu. Tapi client Mom tengah menunggu dibawah..." Ku gamit lengan Mom lembut dan menuntun Mom keluar kamar. Mom melihatku jenaka, seolah berkata kita harus bicara hanya dengan matanya. Aku mendaratkan kecupan ringan dipipi kanan Mom dan menutup pintu kamar.
 
Tanaya mengamatiku setajam pisau dapur. “Ada yang kau sukai.. dan kau tidak menceritakannya denganku...” tuduhnya.
 
“Tidak.. Mom hanya bertanya denganmu.. adakah yang aku sukai...?” Jelasku.
 
“Kau tidak akan merasahasiakannya denganku kan.. jika ada...?” Nadanya sedikit memaksa. Dan aku terangguk angguk saja. Mencari aman.
 
“Omong omong, Happy Birthday Rey..” Tanaya mendengkap bahuku dan mengecup kedua pipiku. Gadis itu mengambil seseuatu didalam ranselnya. Dan Mengulurkan kotak persegi empat warna merah kearahku. Dan aku menerima hadiah kedua yang kuterima.
 
Hadiah pertama kudapati dari kak Aland  sebuah kalung cantik padahal aku mengharapkan Kak Livian  memberikanku hadiah. Oh, itu terdengar tidak mungkin.
 
Aku membeberkan isi kotak tersebut. Disana Sebuah kalung cantik dengan bandul hati warna warni bertuliskan BBF. Aku mematahnya menjadi dua. Setengah hati kuberikan untuk Tanaya dan setengah hati lagi langsung kepakai. Kalung ini cantik sekali. Dan aku akan memakainya setiap saat. Aku memeluk Tanaya berucap
“Terimakasih karena kau lah sahabat terbaikku...”

 OH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
OH.. sungguh dihari bahagia ini aku tak ingin menangis. Walaupun tak ada pesta kejutan untukku. Aku juga tak mengharapkannya. Tapi, dengan Tanaya mengingatnya. Aku sangat bersyukur.
 
Mom masuk lagi kekamarku tanpa permisi dengan menjinjing cake cantik dikedua tangannya. Serta  lilin bertuliskan 17 dimana sumbunya   terdapat api kecil menari nari.
 
Dan aku melihat Dad masuk dengan gagah, aku langsung berhamburan memeluk Dad. Mungkin lebih dua minggu aku tak bertemu Dad dan aku sangat merindukan ayahku. Aku sungguh bahagia, orang orang yang aku sayangi merayakan pesta kecil untukku. Dan... salahkah aku mengharapkan  kak Livian ada disini juga bersama kami.
 
“Aaaaahh...” erangan parau keluar dari tenggorokan Livian. semakin dia membaca buku diari Reyna, semakin dia menyesal dengan kebodohannya.

Livian menekan pangkal hidungnya dan berpaling melihat kearah Tanaya, dimana dia mengayak duduk diatas ubin. Gadis itu asik memoleskan sesuatu di sepuluh kuku jari tangannya.
 
“Naya, kapan ulang tahun Rey...?” Livian mengamati Tanaya memoles cat warna peach kekuku jari manis sebelah kiri.
 
“27 mei...” gadis itu menjawab tanpa menoleh kearah Livian. “Oh, itu berarti tiga hari lagi..” Tanaya berpaling dari cat kuku ke muka Livian. “Kau akan memberinya hadiahkan?”
 
“Tentu saja, kali ini aku tidak akan melewatkannya dan aku akan mengabulkan keinginannya... omong omong, dimana kalungmu...?? kalung persahabatan kalian?” Karena akhir akhir ini Livian tak pernah melihat Tanaya memakainya.
 
“Aku menyimpannya didalam box dengan kalung Reyna juga. Aku akan memberikannya lagi saat Reyna siuman nanti.. Aku sangat merindukannya... Menurutmu, apa dia...”
 
“Pasti... dia pasti akan siuman..!!” Sela Livian cepat. Dia tak ingin adiknya bersedih dan hilang harapan. Jika kita yakin. Pasti hasilnya juga baik.
 
“Apa yang kau lakukan...?” Tanya Livian melihat Tanaya memoles lagi kukunya.
 
Tanaya merentangkan lima jari dengan kuku berwarna peach kearah Livian. “Biar tampak bersih dan rapi. Namanya juga anak perempuan...”
 
“Menurutku rapi itu seperti ini...” Livian merentangkan kesepuluh jarinya dimana kesepuluh kukunya sudah dipotong rapi dan terlihat bersih. “Itu tampak aneh Dan aku tak melihat faedahnya....”
 
Tanaya mendengus kecil. “Yang aneh itu kalau kau yang memakainya kak...laki laki tahu apa sih...???” ujar Tanaya tak mau kalah.
 
“Padahal kau dulu polos dan tak tahu apa apa..”
 
Tanaya mengerling kearah Livian. “Apa Reyna menceritakan ku seperti itu..?”
 
“Memangnya dia salah...”
 
“Tidak sih.. tapi, seiring waktu sifat, prilaku, Dan kebiasaan seseorang kan berubah. Selagi itu masih dijalan benar. Apa salah nya sih... Apa ini semengerikan itu...?” Sekali lagi gadis itu merentangkan sepeluh jarinya, dimana pekerjaannya hampir selesai.
 
“Tidak sih, setidaknya kau memilih warna lembut bukan hitam. Lakukan saja jika itu buat kau bahagia Naya..”
 
Livian masih memperhatikan apa yang dilakukan Tanaya, dan dengan isengnya Livian menyenggol siku Tanaya sehingga cat kuku tersebut meleber sampai kekulit jarinya.
 
“Liiiiiivvviiiaannn...” teriak Tanaya histeris.
 
Livian tertawa terpingkal pingkal sampai perutnya sakit. Karena Tanaya juga tak bisa menjabak rambut Livian. Gadis itu hanya memberengut dan berpindah kekamarnya.

“Ayo hapus...” teriaknya diluar ruangan Tv.
 
“Jangan harap...” jawab Tanaya juga ikut berteriak. Bertepatan dengan bel flat mereka Berdenting nyaring.
 
Bersambung
****
Terimakasih udah baca  ceritaku.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Padang, 18 september 2019

Reyna, How Are You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang