chapter 16

2.1K 124 2
                                    

Kak Livian menggamit pundak Tanaya yang basah. Saat dia berdiri disamping Tanaya.
 
“A...adikmu? Bukan pacarmu?” Tanya senior itu tercekat.

Dimana keberaniannya semenit lalu, kenapa dia seperti kerbau dicucuk hidungnya sekarang.
 
“Iya adik kandungku, bukan sepupuku, juga bukan adik tiriku, apalagi pacarku...” setiap kalimat yang dilontarkannya seperti duri.

Dia menggamit lengan Tanaya kali ini, Tapi Tanaya menyentaknya kasar. Dan berlari meninggalkan kami. Aku mengejar punggung Tanaya semakin menjauh dia berbelok kearah toilet. Aku berlari kearah loker dan mengambil seragam olahraga, untuk Tanaya.
 
Tanaya menangis disalah satu bilik toilet dimana pintu merah itu terkunci rapat. Aku masih menunggunya. Sepertinya kakak beradik ini dalam hubungan yang tidak baik. Karena aku melihat Tanaya selalu menghindari kak Livian.
 
Setelah beberapa menit dia keluar dari bilik, muka merah dan mata sembab. Rambutnya basah dan seragamnya basah. Dan dia berbau jeli.
 
“Kau tidak apa apa...?”
 
Aku memberikan seragam olahragaku, dan dia menerimanya dalam diam. Masuk kedalam salah satu bilik. Cukup lama aku menunggunya diluar.
 
“Kau tidak apa apa..?” Suara kak Livian terdengar diluar toilet. Aku melongokkan kepala dan mendekat kearahnya. Dia sangat khawatir.
 
“Tanaya tidak apa apa? dia sedang bersih bersih...”
 
Kak Livian memijit pangkal hidungnya. Dan menatapku. Dia memandangiku lama. Apa dia mengingatku sekarang.
 
“Aku minta tolong. Katakan pada Tanaya untuk menemui ku nanti. Banyak yang ingin ku tanyakan padanya...” setelah bicara seperti itu, dia berlalu dari hadapanku.
 
Tanaya keluar dari toilet, ternyata seragamku muat Ditubuhnya. Dia masih menunduk dihadapanku.
 
“Maaf, aku tidak menceritakannya denganmu terlebih dahulu..”

“Bahwa kau saudara Perempuan kak Livian...?” potongku cepat.
 
Dia menatapku dan kepalanya mengangguk. Tanganku terulur dan menekan bahunya.
 
“Tidak apa apa... aku memang penasaran. Apa hubunganmu dengan kak Livian. Tapi, aku tak semarah mereka kok. Kalaupun kau sebenarnya pacaran dengan kak Livian juga tak masalah. Kalian terlihat cocok...”
 
Dia menyelidiki setiap muka ku. Aku tersenyum kecil.
 
“Bukannya kau dan Sonia membicarakanku waktu itu...”
 
“Aah.. kau salah paham. Tepatnya hanya Sonia.. aku... tidak ikut tuh... kau tahu, kadang manusia itu mendengar apa yang ingin mereka dengar dan percaya apa yang mereka anggap benar. Berbusa pun mulutmu berkata tidak, mereka tidak akan pernah percaya...”
 
“Dan.. kalau aku berkata kalau aku bukan pacar Livian sebelum kejadian tadi menimpaku. Apa kau percaya padaku...”
 
“Tentu saja..” jawabku mantap. Yah, aku mempercayainya seperti aku percaya bahwa bumi ini bulat.
 
“Terimakasih, aku senang kau adalah temanku...” ujarnya menggenggam tanganku. Aku memeluknya dan memberikan kekuatan. Sebenarnya aku ingin bertanya apa yang membuat dia menghindari kak Livian. Tapi, aku akan menunggu Tanaya bercerita terlebih dahulu.
 
“Apa kau tidak menyukai Livian..?”
 
Aku menatap Tanaya dia tersenyum jail kearahku.

“Oh.. tidak...” dia masih menyelidikiku... “Maksudku belum...” kenapa aku gelapan.

Sekarang Tanaya tertawa kearahku.
 
“Kau jangan sampai menyukainya seperti yang lain. Dia berbeda dengan Livian yang dulu aku kenal. Sekarang, entahlah.. aku merasa dia bukan kakakku..”

wajah Tanaya berubah murung. Aku ingin bertanya banyak tapi saat itu juga bel masuk bernyanyi riang Seolah mengantarkan kami masuk kedalam kelas.
 
Aku merasakan semuanya berbeda, dari semua siswa menatap Tanaya apalagi senior yang kami temui dikoridor tadi.
 
Sonia menyapa Tanaya terlebih dahulu. Aku mendengus kesal. Aku tahu dia ada maunya. Setelah tahu kalau Tanaya adalah adik kak Livian. Gadis itu berjalan kemeja kami dan berdiri disamping Tanaya.
 
“Aku minta maaf Naya. Atas perlakuanku selama ini... sungguh... aku tulus mengucapkannya. Kau mau kan berteman denganku...” suaranya semanis gula dan senyumnya Sekecut cuka.
 
Tanaya menggenggam tanganku dibawah meja. Aku ikut menggenggamnya, tapi tak mengerti maksud dari semua ini.
 
Kepalanya terangkat dan dengan berani menatap mata Sonia.

Reyna, How Are You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang