15. Rasa yang Tertinggal

1.2K 252 28
                                    

Ceunah menghembuskan napas panjang dengan pandangan kosong menatap ke layar komputer. Saat ini dia sedang bekerja, tepatnya mendapat shift di bagian Peminjaman/Pengembalian buku.

Sudah tiga hari lewat dari kejadian dimana dia berciuman dengan Koko dipuncak bianglala raksasa, tapi kenapa rasa bibir lelaki itu masih menempel di bibir dan relung hatinya? Kemana perasaan jijiknya pergi?

Pun tidak ada yang berubah dalam hubungan mereka. Ceunah masih ingat jelas betapa canggungnya mereka setelah turun dari bianglala. Kalau Ceunah tidak segera menguasai diri dan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi, mungkin kecanggungan itu masih melingkupinya dengan Koko.

Tanpa berucap, keduanya setuju kalau kejadian tersebut hanya karena terbawa suasana romantis. Tapi, ada sebagian dari hati Ceunah yang berharap lebih.

Bukankah wajar kalau perempuan muda sepertinya ingin memiliki pacar? Jika tidak ingat alasan-alasan mengapa dia menghindari sebuah hubungan, mungkin memang akan ada perubahan dalam status hubungannya dengan Koko. Emh--Ceunah tidak yakin kalau itu benar-benar akan terjadi.

"Ano, permisi." Suara orang asing menyentak Ceunah ke alam sadar. Seulas senyum otomatis terukir dibibir perempuan itu melihat salah seorang pengunjung berdiri didepan mejanya sambil membawa buku.

"Ah, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ceunah sopan.

"Saya ingin mengembalikan buku ini," jawab pelanggan yang merupakan ibu-ibu tersebut.

"Tentu. Bisa saya minta kartu anggota anda, nyonya?"

Selama Ceunah mengetik nomer anggota tersebut di komputer, Mina datang membawa setumpuk buku. Perempuan itu memperhatikan Ceunah sebentar sebelum berujar,

"Feo-san, kalau kau sudah selesai dengan itu, bisa kau atur buku-buku ini ke rak mereka masing-masing?" tanya Mina, menepuk cover buku paling atas. Ceunah melirik dan tersenyum sekilas.

"Tentu saja," jawabnya.

Mina kemudian pergi lagi. Mungkin membereskan hal lain yang lebih urgent. Selesai melayani pengunjung, Ceunah bangkit untuk melaksanakan tugas dari Mina. Dia memeriksanya sejenak, memilah-milah sesuai jenis buku sebelum kemudian menatanya.

Ketika duduk lagi dikursinya, Ceunah mendapat satu pesan dari Koko. Lelaki itu mengajaknya makan siang bersama. Ada Yui, Naoki dan Keita juga. Koko bilang, mereka akan berkunjung ke perpustakaan setelah makan siang. Ceunah menyetujui usulan Koko begitu saja.

Tidak lama setelah itu, Ceunah melihat Ravi masuk ke dalam perpustakaan. Atensi lelaki itu langsung tertuju ke Ceunah, begitupun tubuhnya. Ceunah juga mendekat, heran dengan kedatangan Ravi yang tiba-tiba.

"Apa ada sesuatu yang salah?" tanya Ceunah, mengamati rupa Ravi yang agak lebih datar daripada biasanya.

"Aku mendengar ada seseorang bernama Grace yang memakai namaku. Apa itu kau, Feo-san?" tembak Ravi langsung.

"Ah, itu..." gumam Ceunah salah tingkah. Rupanya dugaan dia tentang Mr. Kamitani tidak meleset. "Ya. Maaf melakukannya tanpa persetujuanmu."

"Kau kenal Kamitani-san?" tanya Ravi lagi. Kali ini Ceunah menggeleng.

"Dia pelanggan yang membeli hasil foto Koko-kun. Aku sedang bersama Koko-kun saat mereka melakukan transaksi. Karena gelagatnya sudah tidak baik, Koko-kun mengganti namaku begitu saja. Aku menabahkan namamu supaya dia tidak berani melakukan hal yang lebih... Nekad?" cerocos Ceunah, menjelaskan panjang lebar.

Ravi mengamatinya cukup lama, lalu membuang napas kasar. Pria itu bahkan meletakkan kedua tangan di pinggang seolah sedang mencoba untuk mendominasi.
"Kau tau apa yang sudah kau lakukan?" gumam Ravi pelan.

Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang